NovelToon NovelToon
Rawon Kesukaan Mas Kai

Rawon Kesukaan Mas Kai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Beda Usia / Keluarga / Karir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:947
Nilai: 5
Nama Author: Bastiankers

Shana dan Kaivan, pasutri yang baru saja menikah lima bulan lalu. Sikap Kaivan yang terlalu perfeksionis kadang menyulitkan Shana yang serba nanti-nanti. Perbedaan sikap keduanya kadang menimbulkan konflik. Shana kadang berpikir untuk mengakhiri semuanya. Permasalahan di pekerjaan Kaivan, membuatnya selalu pulang di rumah dengan amarah, meluapkan segalanya pada Shana. Meski begitu, Kaivan sangat mencintai Shana, dia tidak akan membiarkan Shana pergi dari hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bastiankers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6

Tirai kuning muda di jendela kamar tampak berterbangan. Bergoyang seirama dengan desir angin sehabis hujan yang juga menggerakkan jendela. Buka dan tertutup, begitu seterusnya. Berusaha mengusik pikiran buruk seorang perempuan yang terduduk di atas ranjang dengan memeluk lututnya. 

Pikirannya gamang dengan wajah yang diletakkan di atas lutut. Pandangan matanya lurus, namun pikirannya kacau. Mulutnya terkatup rapat, namun otaknya berisik. Terkadang air matanya turun di pelupuk mata, terkadang juga dia tertawa kecil sendirian.

Sejam dua jam lalu, sejak kepergian Kaivan, Shana tidak mengubah posisinya. Masih duduk dengan memeluk lutut. Dia tidak bisa mengekspresikan perasaannya sendiri saat mengetahui bahwa dia sedang hamil. Dia bahkan tidak menyangka dan tidak menyadarinya. Pantas saja, dia sering menangis tanpa alasan yang jelas. Ternyata, itulah alasannya.

Shana tersenyum dengan tangan yang mengusap perut ratanya. Masih teringat jelas bagaimana wajah bahagia Kaivan tadi malam. Senyum paling manis yang baru saja Shana lihat. Bahkan, tadi pagi Kaivan bangun lebih awal demi membuatkan makanan bergizi untuk Shana. Pria itu tidak mau Shana kecapekan. 

Senyum Shana memudar. Wajah ibunya tiba-tiba muncul di benaknya. Bagaimana kalau ibunya tau? Padahal kemarin dia sudah mewanti-wanti Shana. Bagaimana? 

Jantung Shana berdebar-debar, dia menggigit kuku-kukunya. Pikiran buruknya mulai muncul lagi. Dia turun dari ranjang dan berjalan ke sana kemari demi mendapatkan jawaban di otaknya.

Dia bisa saja mengatakan yang sebenarnya pada ibunya. Tapi, sesuatu yang buruk akan terjadi. Ini sama saja Shana mengundang sebuah musibah. Tangannya memegangi kening. Kepalanya terasa pusing, bersamaan dengan bunyi dering di ponsel. 

Langkah Shana terayun mendekati meja samping ranjang. Meski jalannya sudah sempoyongan dengan pandangan yang mulai buram, Shana berusaha menggapai ponselnya.

Tepat setelah menggeser panel hijau, suara di seberang mulai terdengar. “Halo, Sayaaaang? Aku rindu banget nih. Hehehe…”

Bruk!

“Shana? Kamu masih di sana? Shana? Jawab aku!!!”

***

“Keadaannya baik-baik saja. Tapi, saya harap, dia bisa mengendalikan pikirannya. Dia baru saja memasuki trimester pertama, yang di mana harus bisa menjaga pikirannya, tidak boleh stres,”jelas Dokter Agni seraya keluar dari pintu kamar. Sesekali menoleh pada Kaivan yang berjalan mengiringi langkahnya.

Kaivan mengusap wajahnya. “Tapi … semua aman, kan, Dok?” Wajahnya cemas sekali.

Dokter Agni tersenyum sembari mengangguk yakin. “Aman. Yang penting vitaminnya diminum terus. Dan juga … nggak boleh stres ibunya. Bahaya buat perkembangan janin. Kalau ibunya stres, janinnya juga stres. Jadi, kalau bisa istrinya diajak happy terus.”

Kaivan mengangguk. Mereka telah sampai di depan pintu. Setelah Dokter Agni memasuki mobil dan meninggalkan teras rumah, sebuah taksi muncul di sana. Menghentikan langkah Kaivan yang hendak menutup pintu.

Tante Mona, ibunya Shana, keluar dari jok belakang dan membanting pintu mobil dengan keras saat melihat wajah Kaivan. Dia berjalan dengan kipas yang sering ditentengnya. Membuat Kaivan membuka pintu selebar mungkin. 

“Mana Shana? Kok kamu masih di sini? Nggak kerja kamu?”cecar Tante Mona menatap sinis Kaivan, belum sempat Kaivan membalas, Tante Mona langsung berbicara. “Mau makan apa anak saya kalau kamu nggak kerja? Mau makan cinta?”

Kaivan tersenyum kaku. Dia memang tahu dari awal Tante Mona memang tidak menyukainya. Beliau bahkan sering melakukan segala hal demi menjauhkan Shana dari Kaivan.

“Mari, Tante, masuk dulu.” Kaivan mempersilahkan masuk dengan sikap seramah mungkin. Namun, Tante Mona masih cuek padanya, dagunya selalu terangkat.

“Tanpa kamu persilahkan pun saya akan tetap masuk!”ketusnya, lalu mulai berjalan masuk meninggalkan Kaivan yang masih di ambang pintu. “Shana!! Kamu di mana, Nak?!”teriaknya sambil menatap seluruh ruangan mencari keberadaan Shana.

“Saya bisa persilahkan Tante masuk ke dalam kamar, tapi untuk saat—”ucapan Kaivan harus terhenti saat Tante Mona mulai berjalan memasuki kamar mereka. 

“Astaga, Shana!” Terdengar pekik melengking milik Tante Mona, membuat Kaivan mendengkus. Dia bukannya melarang Tante Mona untuk bertemu Shana, tapi untuk saat ini, Shana masih pingsan. Dia butuh istirahat lebih.

Kaivan bergegas menghampiri Tante Mona. Tante Mona sangat dramatis sekali. Dia berpura-pura sedih tanpa mendekati Shana yang masih terbaring lemas. “Tante, kita bicara di luar saja.” 

“ANAK SAYA, KENAPA? KENAPA, KAIVAN?!” Mata Tante Mona melotot marah pada Kaivan. 

Kaivan melepaskan napas kasar. Dia berusaha sadar meski rahangnya sudah mengeras akibat bentakan Tante Mona. “Tante, kita keluar dan saya akan jelaskan—”

“KAMU APAIN ANAK SAYA?! KENAPA DIA BISA SEPERTI INI?!” 

Perkataan itu nampaknya membuat keadaan semakin memanas. Kalau saja di depannya ini bukan ibu mertuanya, ingin sekali Kaivan mencekiknya. Namun, Kaivan masih sadar. Dia melonggarkan dasinya yang membuat dadanya terasa sesak. 

“Tante, tolong keluar! Saya mau jelaskan! Tapi, tolong keluar!”bentak Kaivan dengan suara yang lebih tinggi daripada tadi. 

Tante Mona mengipas wajahnya dengan dagu yang terangkat. Dia akhirnya keluar dari kamar. Sesaat setelah Kaivan menutup pintu, kipasnya menusuk dada Kaivan. “Kalau sampai ada apa-apa sama Shana. Kamu tau ‘kan apa yang akan terjadi?”lirihnya, namun penekanan.

Kaivan mengangguk lemah. Dia berusaha mengalah untuk wanita paruh baya di hadapannya ini. Dia berjalan terlebih dulu kearah ruang tamu, lali diikuti Tante Mona. 

Tante Mona mengibas sofa sebelum dia duduki. Menaikkan salah satu kakinya di atas kaki yang lain. “Cepat, jelaskan!”

“Shana butuh istirahat yang lebih, Tante. Maaf, kalau tadi suara saya agak tinggi.” Kaivan menurunkan volume suaranya.

Tante Mona berdecak, “Alah…! Sok-sokan banget kamu. Emang gitu ‘kan kepribadian kamu? Kamu kira saya seperti Shana?” Dia terkekeh, “Saya nggak gampang terbodohi oleh mulut kurang ajar milik kamu!”

Perkataan itu nampaknya menghina Kaivan, terbukti dengan napas Kaivan yang rasanya sesak. Seperti ada sekat di bagian tenggorokannya.

“Terserah Tante mau ngomong apa tentang saya. Saat ini, saya hanya minta untuk Tante bisa menjaga perasaan Shana. Itu saja,”jelas Kaivan dengan suara memohon. Dia belum tahu kalau Shana pingsan karena mengingat reaksi ibunya.

Tante Mona terkekeh, “Kaivan. Kaivan. Anak orang miskin mah miskin aja. Nggak usah belagu. Peduli apa saya sama omongan kamu? Perlu saya dengar?” Dia berdecak, “Mentang-mentang kamu sudah menikahi anak saya, saya sudah lepas andil terhadap dia? Begitu? Oh tentu, tidak.”

Mendengar jawaban itu, Kaivan merasa kepalanya sudah memanas. Dengan tangan terkepal dan rahang yang mengeras, dia mendekati Tante Mona. Mengambil segelas air dan meneguknya sampai tersisa setengah. Suara bising saat dia menghentakkan gelas secara kasar, membuat Tante Mona terkesiap. 

“Kali ini, saya nggak akan meminta, tapi saya menyuruh. Saya nggak akan biarin Tante mengusik Shana lagi. Apalagi sekarang dia sedang hamil, kalau sampai itu terjadi—”

“APA?! SHANA HAMIL?!”

1
kanaikocho
Alur yang brilian
Bastiankers
terima kasih sudah berkunjung
Kiran Kiran
Wow, aku gak bisa berhenti baca sampai akhir !
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!