Maya memiliki 3 orang anak saat dirinya diusir oleh suaminya karena pengaruh dari keluarganya, dia berjuang untuk membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil hingga tumbuh menjadi anak-anak yang hebat dan berprestasi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran keluarga
Setelah tahu apa yang terjadi, keluarga Rasya datang kerumah sakit untuk membuat perhitungan dengan keluarga Maya karena berani mengusik keluarganya.
"Apa yang kalian lakukan pada perusahaan Erlangga??". Teriak Rania dengan penuh emosi. Dia tidak perduli jika ini rumah sakit.
Semua orang mengalihkan pandangannya pada asal teriakan itu, Maya dan anak-anak nya memandang dengan jengkel begitu pun dengan Marsya beserta anak-anak nya.
" Astaga orang menyebalkan dan jahat datang lagi, menyebabkan sekali". Laura memandang kesal sang nenek dan tante yang berteriak tidak jelas itu
"Nenek lampir datang lagi". Kesal Sonya mengepalkan tangannya.
"He kalian semua apa yang kalian lakukan pada perusahaan Erlangga Ha??". Hardik ibu Rasya dengan penuh amarah.
Mereka semua memutar matanya malas menanggapi pertanyaan tidak bermutu dari orang ini. Mereka tidak menghiraukan sama sekali apa yang dikatakan oleh ibunda Rasya itu.
Melihat mereka semua tidak menghiraukannya, dirinya meradang, dia tidak terima di cuekin seperti ini.
"Dasar Kurang ajar". Umpatnya dengan kasar mendorong Maya tapi dengan sigap Sonya menangkap tangan Sang ibu agar tidak terjatuh.
Mata Sonya berkilat murka melihat apa yang terjadi pada sang ibu, dia memandang tajam dengan penuh kemarahan pada wanita paruh baya yang berani mendorong ibunya
Bu Riska yang melihat tatapan anak Maya itu menelan ludahnya kasar, dia takut tapi berusaha untuk menutupinya dengan wajahnya. Sama halnya dengan yang dirasakan Rania
Sonya maju ke hadapan sang nenek yang paling dia benci, dia sangat ingat bagaimana nenek tua bangka ini memperlakukan nya sejak kecil. Penyiksaan yang mereka lakukan kini tengah menari-nari di benaknya.
Sonya mendorong keras ibu Riska sehingga tersungkur dan terbentur tembok sedangkan Rania segera bergegas menolong sang ibu.
"Dasar anak kurang ajar tidak tahu diri". Emosi Rania meluap kemudian menghampiri Sonya ingin memukulnya Tapi tangannya kalah cepat dengan tangan Maya dan langsung diberi hadiah olehnya.
Plak.. Suara tamparan keras terdengar nyaring diruangan luas ini.
Rania jatuh tersungkur setelah mendapat tamparan keras dari Maya karena berusaha mencelakai anaknya.
"Jangan pernah menyentuh putriku dengan tangan kotormu". Maya menatap dingin dengan emosi kepada Rania.
"Dasar sialan ". Umpat Rania dengan kasar.
"Akan kutunjukkan bagaimana perusahaan yang kalian banggakan itu bisa pailit, aku akan pastikan kalian membayar semua penderitaan yang saya dan anak-anak alami, dan kupastikan kesombongan yang kalian banggakan itu lenyap dengan penuh penderitaan". Maya melipat kedua tangannya dan menatap mereka tajam.
kedua orang itu terkejut dengan perubahan besar yang terjadi pada diri mantan istri dari Rasya itu. Apalagi kini Maya memliki perusahaan yang setara dengan mereka.
"Biar kuberi tahu pada kalian, Dulu kalian bisa memperlakukan ku dan anakku sesuka hati tapi sekarang waktunya kalian menerima apa yang kalian tanam dan berikan pada kami, akan ku buat kalian semua membayar mahal apa yang telah kalian lakukan padaku dan anak-anak ku".
"Dasar perempuan jalang, mati kamu". Umpat Ibu Riska dan menghampiri Maya dengan wajah beringas.
Sonya yang berada disamping sang bunda segera bertindak, dia penuh emosi mendorong ibu Riska ditembok sehingga kembali wanita paruh baya itu terbentur. Dengan penuh emosi, Sonya memukul lukisan yang berada disamping ibu Riska sehingga lukisan itu jatuhberhamburan kelantai
"Jangan pernah berani menyentuh bundaku, jika nasibmu tak mau seperti figura lukisan itu yang hancur berantakan". Sonya menatap ibu Riska dengan tatapan membunuh sedangkan Rania menelan bulat ludahnya melihat apa yang dilakukan oleh Sonya.
"Sudahlah bu, kak Rania, kalian berdua pulang saja, berhentilah mencari gara-gara dengan orang lain, jangan salahkan jika Maya dan anak-anak nya berbuat seperti itu, toh itu buah dari perbuatan kalian dimasa lalu". Akhirnya Marsya membuka suaranya karena sejak tadi diam melihat segala yang terjadi didepan matanya.
Dia memberikan waktu keluarga Maya membalas apa yang mereka lakukan kepadanya dahulu setelah mendengar sendiri bagaimana keluarga Rasya itu memperlakukan mereka.
"Mommy benar, tante sama nenek itu hobby sekali cari gara-gara dan selalu memperlakukan orang seenaknya, giliran dibalas malah tidak terima bukankah itu orang yang aneh". Laura menggelengkan kepala nya tanda tidak mengerti jalan pikiran nenek dan tantenya itu.
"Diam anak kurang ajar, kau dan ibumu sama saja, sudah tidak berguna". Hardik Rania dengan kesal kepada Laura.
Laura yang mendengar perkataan sang tante akhirnya meradang, " Jangan pernah menghina mommy ku, harusnya tante dan nenek itu yang sadar diri, siapa sebenarnya yang tidak berguna selama ini, tante hanya tahu meminta seperti pengemis dan menikmati hasil kerja kerasnya mommy ku terus itu dikatakan apa jika tidak berguna dan tidak tahu diri". Ucap Laura dengan emosi.
Mata Rania dan bu Riska membola mendengar perkataan cucunya itu, bisa-bisanya dia menghina mereka seperti itu.
"Siapa yang mengajarimu kurang ajar pada orang tua, ha". Hardik Rania dengan kasar.
"Tidak ada yang salah dengan ucapan anakku Rania, bukankah itu kenyataan nya selama ini, kau dan keluargamu hanya tahu berfoya-foya tanpa tahu betapa aku dan Rasya dengan gigih menjalan kan perusahaan, tapi kalian enak sekali hanya duduk manis menikmati tanpa mau berusaha, betul yang Laura katakan, kalau bukan benalu yah manusia tidak tahu diri". Ucap Marsya mengindikkan bahunya acuh karena Tidak peduli.
Marsya mengelus kepala sang anak dan tersenyum Haru karena anaknya bisa membelanya sekarang. Sedangkan Sonya menghempaskan bu Riska dengan kasar, untung saja ditangkap baik oleh Rania.
"Pergilah sebelum aku menghancurkan wajah cantik penuh perawatan kalian itu". Ucap Sonya dengan dingin.
Rania bergegas membawa sang ibu pergi dari sana karena dia akan mendapatkan masalah yang lebih besar jika berani melawan keduanya, Apalagi Maya adalah orang yang akan bekerjasama dengan perusahaanya, dia tak mau kehilangan kesempatan emas mendapatkan keuntungan perusahaan.
"Dasar orang gila". Gerutu Sonya dengan kesal membawa sang bunda duduk di kursi tunggu.
"Bawalah anakmu pulang ini sudah malam, aku yakin operasinya akan lama baru selesai". Ucap Maya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kamu yakin, tidak apa-apa?? Tanya Marsya dengan khawatir.
"Tidak apa-apa, tenang saja, ada anak-anak yang bisa menjagaku, semua anak ku bisa bela diri jadi aku akan aman".
"Baiklah jika seperti itu, aku akan pulang, aku tidak akan mengusik perusahaan kalian lagi". Ucapnya menunduk.
"Tidak masalah tapi permasalahan ku dengan keluarga Erlangga akan tetap berlangsung, kamu lebih baik menempatkan suamimu ke kantor mu saja".
"Baiklah aku tidak akan ikut campur, jika terjadi permasalahan di perusahaan Erlangga aku akan membawa Rasya ke perusahaan ku, biar keluarganya tahu jika kita tak main-main dengan perkataan kita tadi".
"Tersersh padamu, aku tidak mau menyerangmu juga, jika kau berusaha membantu perusahaan Erlangga, kamu tahu sendiri bagaimana mertuamu dan kakak ipar mu itu".
"Kamu benar, aku sangat geram melihat tingkah mereka yang sangat sok berkuasa dan sok paling baik dan paling bisa padahal, mereka hanya menumpang hidup dari perusahaan Rasya dan perusahaan ku".
"Ya terserah kalian saja mau berbuat seperti apa yang jelas jika ada yang mengusik keluargaku maka aku tak akan tinggal diam sekalipun itu adalah Rasya ayah kandung anak-anak ku".