Follow IG 👉 Salsabilagresya
Follow FB 👉 Gresya Salsabila
"Aku tidak bisa meninggalkan dia, tapi aku juga tidak mau berpisah denganmu. Aku mencintai kalian, aku ingin kita bertiga hidup bersama. Kau dan dia menjadi istriku."
Maurena Alexandra dihadapkan pada kenyataan pahit, suami yang sangat dicintai berkhianat dan menawarkan poligami. Lebih parahnya lagi, wanita yang akan menjadi madu adalah sahabatnya sendiri—Elsabila Zaqia.
Akan tetapi, Mauren bukan wanita lemah yang tunduk dengan cinta. Daripada poligami, dia lebih memilih membuang suami. Dia juga berjanji akan membuat dua pengkhianat itu merasakan sakit yang berkali lipat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Entah Apa
"Semoga uangnya nanti cukup untuk membuka usaha ya, Mas, biar kamu nggak kerja yang berat gini," ujar Mauren ketika Jeevan masih diam.
Jeevan mengangguk pelan, "Soal kemarin, beneran nggak ada hubungannya dengan kamu?"
"Soal yang mana, sulit melamar kerja?" Mauren balik bertanya dan lagi-lagi Jeevan menanggapinya dengan anggukan.
Mauren tersenyum masam, "Kamu beneran mencurigaiku, Mas?"
"Maaf, aku ... aku___"
"Aku nggak melakukan apa pun. Tapi, kamu tahu sendiri Victory itu cukup dikenal. Waktu itu aku sempat ribut sama Elsa dan ada beberapa karyawan yang tahu. Setelah itu juga, banyak karyawan yang kupecat secara tidak terhormat. Mungkin, salah satu dari mereka membawa berita itu ke luar dan akhirnya menyebar. Jadi, banyak yang tahu deh dengan masalah kita bertiga," pungkas Mauren.
Dia memberikan penjelasan panjang lebar yang entah salah entah benar. Kendati demikian, Jeevan percaya bahwa itu fakta. Lantas, dia meminta maaf dan mengucap banyak terima kasih.
"Kalau gitu aku pamit ya, Mas, jangan lupa besok datang ke pengadilan. Kita bersama dengan awal yang baik, semoga berpisah pula dengan akhir yang baik." Mauren pamit sambil bangkit dari duduknya.
"Iya, kamu benar." Jeevan pun turut bangkit. "Semoga nanti kamu mendapat pengganti yang lebih baik. Aku pun ingin kamu bahagia," sambungnya.
"Iya, Mas."
Tak berselang lama, Mauren melangkah pergi dan masuk ke mobil. Jeevan tetap bergeming di tempatnya sampai mobil Mauren menjauh dan menghilang dari pandangan.
"Aku akan mengabari Elsa." Jeevan merogoh ponsel di saku celana dan kemudian menelepon kekasihnya.
Namun, nomor Elsa tidak aktif. Pikir Jeevan, mungkin sedang sibuk dan ponselnya low bat.
Sementara itu, Mauren menepi sebentar di depan restoran yang tak jauh dari tempat kerja Jeevan. Bukan berniat singgah dan makan, melainkan untuk menelepon seseorang.
"Halo, Bu Mauren."
"Aku punya tugas untukmu," jawab Mauren tanpa basa-basi.
"Tugas apa, Bu?"
Mauren tersenyum miring, lantas menjelaskan tugas yang harus dikerjakan orang tersebut.
"Baik, Bu, akan saya laksanakan."
"Jangan mengecewakan!" Mauren memberikan peringatan.
"Tidak akan, Bu, karena saya pasti berusaha keras."
"Bagus." Mauren tersenyum puas, kemudian menyimpan ponselnya ke dalam tas.
Beberapa saat kemudian, Mauren kembali melajukan mobilnya dan turut berpacu di tengah padatnya jalan kota. Mauren mengabaikan makan siang dan langsung menuju kantornya.
______________
Menunggu adalah sebuah hal yang membosankan, dan ternyata ungkapan itu memang benar adanya. Lima belas menit saja rasanya sangat lama bagi Jeevan, seolah-olah detik waktu berputar lebih lambat dari biasanya.
Saat ini, Jeevan sudah berada di pengadilan agama. Tubuh tegapnya dibalut setelan formal yang tempo hari sering dikenakan saat kerja kantoran. Berulang kali Jeevan melihat jam di layar ponsel. Dia tidak sabar menunggu proses sidang yang akan digelar beberapa menit lagi.
"Mau minum, Mas?" tawar Mauren seraya menyodorkan sebotol air mineral.
"Terima kasih." Jeevan menerimanya sambil tersenyum.
Dalam beberapa saat, mereka terlibat obrolan ringan. Sampai akhirnya, hakim memanggil mereka untuk masuk ke ruangan.
Ketika hakim menanyakan duduk perkara, Wira menjelaskannya dengan gamblang. Mulai dari perselingkuhan sampai penggelapan dana. Sebuah alasan yang cukup akurat untuk menggugat cerai.
Karena tuduhan tersebut sudah diakui oleh Jeevan, maka sidang berjalan lancar. Pengajuan cerai diluluskan dan tinggal menunggu proses selanjutnya.
Dalam keputusan yang telah disepakati bersama, pihak penggugat akan memberikan uang sebesar 750 juta sebagai gaji selama dua tahun bekerja, sedangkan pihak tergugat akan menerima uang itu dan tidak berhak lagi menuntut harta gono-gini.
Sebelum sidang berakhir, Mauren terlebih dahulu memberikan cek sebesar 750 juta kepada Jeevan. Hal itu disaksikan langsung oleh hakim, bahkan juga dibuatkan tanda bukti bahwa pihak penggugat sudah melaksanakan kewajibannya.
Setelah selesai, sidang ditutup dengan damai, kedua pihak diperkenankan meninggalkan tempat dan menyiapkan diri untuk menghadiri sidang berikutnya.
Jeevan dan Mauren keluar ruangan dengan perasaan puas. Jeevan puas karena sudah mengantongi uang ratusan juta, sedangkan Mauren puas karena rencananya berjalan lancar. Dia tidak perlu lagi mengkhawatirkan harta gono-gini karena Jeevan sudah menerima uang gaji dengan lapang dada.
"Ternyata sidang berjalan lebih lancar jika tidak memperebutkan harta gono-gini. Beruntung lah Mas Jeevan kemarin menerima tawaranku," batin Mauren.
"Aku sempat takut dia hanya membual, tapi ternyata nggak. Syukurlah, akhirnya dia bisa menerima hubunganku dengan Elsa. Lebih baik memang begini, nggak ada dendam dan benci. Dia pun akan bahagia jika menerima kenyataan dengan ikhlas," batin Jeevan.
"Mauren," panggil Jeevan ketika tiba di parkiran. Saat itu sedang berjalan di belakang Mauren.
"Iya, Mas." Mauren menoleh dan menatap calon mantan suaminya.
"Bisa kita bicara sebentar?"
"Baiklah." Mauren mengangguk.
"Pak Wira, terima kasih untuk hari ini. Silakan Anda pergi lebih dulu, saya akan bicara sebentar dengan Mas Jeevan," ucap Mauren kepada pengacaranya.
"Baik, Bu."
Sepeninggalan Wira, Mauren dan Jeevan saling menatap sesaat. Kebetulan, tidak banyak orang di sana, jadi keduanya bisa bersikap dan berbicara secara leluasa.
"Terima kasih banyak, Mauren," ucap Jeevan mengawali perbincangan.
Mauren tersenyum, "Itu hak kamu, Mas. Simpan dengan baik, semoga berguna untuk hari-hari selanjutnya."
"Iya, aku akan memanfatkannya sebaik mungkin. Sekali lagi terima kasih, ya."
"Jangan berlebihan." Mauren menatap Jeevan dengan lekat. "Oh ya, Mas, ATM-mu nggak bisa kubalikin karena kemarin udah kututup. Kamu ... buka yang baru aja, ya."
"Iya, nggak masalah," jawab Jeevan.
"Ada lagi yang mau kamu bicarakan, Mas?" tanya Mauren.
"Udah cukup," jawab Jeevan. "Kamu buru-buru, ya?"
"Iya, ada kerjaan di kantor." Mauren mengangguk sambil tersenyum.
"Oh."
"Ya udah, kalau gitu aku duluan ya, Mas," pamit Mauren.
"Iya, hati-hati!" Jeevan melambaikan tangan saat Mauren beranjak pergi.
Ketika Mauren sudah melajukan mobilnya, Jeevan bersorak girang. Sorot matanya terus berbirnar ketika menatap cek yang ada di genggaman.
"Dengan begini aku bisa membuka usaha dan bisa membahagiakan Elsa," gumam Jeevan.
Lantas, dia kembali menghubungi sang kekasih. Namun, lagi-lagi kekecewaan yang ia telan. Entah apa yang terjadi dengan Elsa, dari kemarin nomornya tak bisa dihubungi.
"Mudah-mudahan dia nggak apa-apa," ucap Jeevan dengan sedikit cemas.
Beberapa saat kemudian, Jeevan menyimpan cek ke dalam dompet. Lantas, menaiki motor dan melajukannya meninggalkan pengadilan agama.
Jeevan berkendara dengan kecepatan sedang dan menyusuri jalanan yang ramai. Setelah cukup lama berpacu di atas kuda besi, Jeevan tiba di gang sepi—jalan pintas menuju binatu.
Awalnya, semua berjalan normal. Namun, ketika tiba di tikungan ada sesuatu yang terjadi. Pandangan Jeevan tiba-tiba gelap dan tenaganya melemah. Antara sadar dan tidak, Jeevan merasakan tubuhnya terhempas dan terjerembab pada benda yang keras.
Bersambung...
Suka dg karakter nya karin /Joyful//Kiss/
Suami begitu buang aj ke sampah 🤪😂