Anindiya Dianka Putri
Gadis cantik yang harus rela menelan pil pahit di hari pernikahan nya. Sang calon suami membatalkan pernikahan mereka tepat di hari pernikahan mereka karena dia harus menikahi gadis lain setelah empat tahun mereka menjalin asmara namun semua nya hancur dalam sekejap
Sekuat apakah hati Anin menghadapi semua ini, akan kah kebahagian datang menghampiri serta bisa mengobati luka hati yang sedang dia derita dan apakan Anin mau membuka hati nya kembali setelah pengkhianatan itu.
Hingga datang seseorang di hidupnya, mengacaukan kinerja otak nya, mengenalkan diri dengan status yang berbeda dengan diri Anin.
Bagaimana kelanjutan nya apa mereka bisa menerima status satu sama lain
Cerita hasil karya sendiri....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka
Beberapa bulan setelah kejadian itu, Anin menjadi sedikit pendiam dan menghindar dari makhluk yang bernama pria.
Kini dia tengah disibukan dengan menggambar rancangan bajunya. Akhir akhir ini butiknya mendapat pesanan setelan jas dan tuxedo, dari salah satu perusahaan dari luar kota.
Tok
Tok
Tok
"Mbak Anin, waktu nya makan siang." Anin yang tengah menunduk pun, segera mengangkat wajah dan melepas kaca mata bening yang membingkai mata indahnya.
"Jam berapa?" cukup singkat jawaban yang di berikan oleh Anin, pada karyawan nya itu. Tentu bukan sifat Anin yang biasanya, sebelum peristiwa itu terjadi.
"Hampir tengah hari, apa Mbak Anin mau aku pesenin aja makan siang nya?" tawar sang karyawan.
Anin terlihat menegakkan tubuhnya, lalu menyambar tas slempang di meja.
"Gak usah, kita makan siang di luar saja." ajaknya pelan, sang karyawan hanya mengangguk, lalu mengikuti langkah Anin keluar dari butik.
Tidak lama mereka sampai di salah satu resto seafood sederhana. Anin memilih tempat duduk lesehan agar lebih nyaman, serta menghadap langsung pada kolam ikan koki yang cantik.
"Kamu pesan aja Rin," Anin memberikan intrupsi, saat melihat karyawan nya itu ragu ragu untuk memilih.
"Gimana jahitan kita, apa sudah selesai?" Anin mulai mengobrol dengan sang karyawan, setelah mereka memesan makanan.
"Hampir 95% lagi kok Mbak." sahutnya tenang, dan Anin terlihat mengangguk lalu fokus lagi pada ponsel nya.
Tidak lama pesanan mereka datang, mereka berdua begitu menikmati makan siang hari ini, Anin sengaja membawa Rinda- karyawannya untuk makan siang agar dia ada yang menemani, karena setelah ini Anin berencana mengambil pesanan kain songket dari salah satu sahabatnya.
"Setelah makan siang, kita akan mengambil kain songket yang sudah kita pesan minggu lalu." ucap Anin.
Rinda terlihat hanya mengangguk patuh, sembari kembali menikmati makanannya.
💞
💞
💞
Setibanya mereka di sana, Anin dan Rinda segera masuk ke sebuah ruko yang di jadikan sebagai kantor jasa kirim barang.
Setelah lima belas menit berlalu, Anin dan Rinda membawa dua paket besar berisi kain songket, serta kain batik yang dia pesan dari Sumatra dan Pekalongan.
Anin memang lebih menyukai kain lokal, untuk baju rancangan nya. Menurut Anin, kain lokal bernilai estetik tinggi ketimbang kain model lainnya. Maka dari itu, jangan heran kalau seluruh rancangan pakaiannya, banyak yang berbahan kain kain lokal indonesia, mungkin hanya kebaya dan beberapa pesanan pelanggan yang meminta bahan rancangannya menggunakan bahan lain, seperti brokat atau satin.
"Nanti kamu letakan itu di atas aja ya Rin, minta tolong sama temen yang lain biar ikut bantu ngangkatnya. Hari ini aku harus pulang cepat, kalau kalian mau pulang kunci nya kamu bawa saja." titah Anin.
"Iya Mbak, nanti aku minta bantuan Indri buat ngangkat paket nya." ucap patuh Rinda.
Tidak lama mereka sampai di butik, Anin membantu menurunkan kedua paket besar berisi kain itu dari dalam bagasi mobil. Setelah melihat para karyawannya membawa paket masuk kedalam butik, barulah Anin kembali masuk kedalam mobil, dan segera meninggalkan butik.
Di dalam mobil Anin kembali melamun, benar- dia tidak semudah itu melupakan Tirta yang sudah resmi menjadi mantan dan suami wanita lain. Sebenarnya saat itu, Anin ingin sekali menjambak, menampar atau bahkan memukul wanita yang telah di nikahi oleh sang mantan calon suami. Namun saat dia melihat ke arah sang wanita, dan tatapan Anin tepat mengarah pada perut buncit wanita itu, Anin dapat segera menyimpulkan semua itu sekarang. Ini alasan Tirta lebih memilih menikahi wanita itu, dan membatalkan pernikahan mereka, benar benar laki laki brengsek. Bahkan Arlan sempat menghajar Tirta, saat sang adik menyusul nya bersama beberapa saudara mereka. Arlan yang nota bene sebagai anggota militer, tidak sebanding dengan Tirta yang menjabat sebagai seorang direktur, dalam adu otot.
Bahkan mungkin, kalau saja Anin tidak segera memisahkan mereka berdua, entah apa jadinya nasib Tirta di tangan Arlan saat itu.
Sesampainya Anin di rumah orang tuanya, dia segera turun dari mobil dan segera masuk kedalam rumah. tapi Anin mengernyitkan dahi, saat melihat satu mobil mewah terparkir apik dihalaman rumah Ayah dan Bundanya.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsallam,"
Terdengar seruan salam dari dalam rumah, Kenapa keadaan rumah orang tuanya sangat ramai? apa ada acara yang tidak di ketahui oleh nya, karena selalu disibukan oleh pekerjaan.
"Nah, ini dia yang kita tunggu." Anin semakin mengernyitkan dahinya saat mendengar ucapan sang Bunda. Untuk apa mereka menunggu nya? apa akan ada pembagian warisan? tapi siapa ini, Anin tidak pernah mengenal mereka sebelumnya.
Namun dengan sopan Anin menyalami kedua orang yang beda gender itu, mungkin seumuran dengan Ayah dan Bundanya.
"Wah, ternyata Anin sudah besar ya Mel, padahal dulu pas kita masih tinggal di sini dia masih kecil." ujarnya antusias.
Anin yang tidak tahu apa apa hanya tersenyum canggung, pada wanita paruh baya yang sedang memandangnya berbinar.
"Ya iya atuh, kan aku kasih makan makanya dia cepat besar." Semua orang yang ada di sana tertawa, kecuali Anin yang tidak tahu apa apa seperti orang bodoh.
"Maaf Ayah Bun, ini siapa ya? Anin beneran lupa." ucap Anin tidak enak.
Mendengar ucapan Anin, atensi mereka langsung mengarah pada gadis cantik yang masih terlihat bingung.
"Oh iya Bunda sampai lupa, ini tante Rika sama Om Delon. Tetangga kita dulu waktu kamu masih berumur 3 tahun , Delon sama Rika harus pindah tugas ke daerah lain waktu itu, dan sekarang mereka menyempatkan diri berkunjung ke rumah kita sekalian ikut anak nya yang meninjau perusahaan nya di sini. Udah gak usah di pikirin kamu juga gak mungkin ingat kan." ucap sang Bunda.
Anin hanya tersenyum canggung mendengar ucapan sang Bunda. Pantas saja dia tidak mengenali mereka sudah lama sekali ternyata.
"Jadi, di mana putra kalian?"
Ayah memulai kembali obrolan mereka, di selingi dengan camilan dan minuman yang di suguhkan oleh bunda.
"Oh anak itu, entah lah semenjak perceraian dia dengan mantan istrinya beberapa bulan yang lalu, anak itu malah digilakan dengan pekerjaan. Bahkan untuk menengok kami saja, hanya bisa di hitung dengan jari." Pria paruh baya itu terlihat menyendu saat membicarakan kondisi anak nya.
Ayah dan Bunda terlihat kaget mendengarnya. Namun seperdetik kemudian raut wajah mereka terlihat biasa lagi.
"Maaf, kami tidak tahu kalau putra mu sedang dalam keadaan seperti itu." Ayah terlihat tidak enak pada teman nya, namun pria paruh baya yang bernama Delon itu hanya tersenyum tulus tanpa ada rasa tersinggung.
"Tidak apa apa mungkin sudah takdirnya, dan oh ya maaf sebelum nya apa benar putri mu tidak jadi menikah. Aku mendengar beritanya dari teman kita Roni." tanya Dellon hati hati.
Raut wajah Ayah dan Bunda menegang, lalu menoleh pada Anin yang terlihat sama menegang nya seperti mereka. Apa kah luka lama itu harus di ungkit kembali disini.
*HOOHOOHOOOO....MASIH BERSAMA NENG OTHOR YANG CETAR MEMBAHENOL ,KURANG PIKNIK ,DAN KURANG DUIT.
JANGAN LUPA LIKE KOMEN DAN VOTE NYA OOKEEEYYYYYY
NEXT PART SEE YOU BABAYYYYY*...