Rull adalah seorang pemuda yang kehidupannya diwarnai oleh tragedi, kehilangan, dan pencarian jati diri. Ditinggal mati oleh ibunya yang merupakan satu-satunya keluarga yang ia miliki, Rull tumbuh dengan hati yang penuh luka. Kehilangan itu membuatnya jatuh dalam keputusasaan, meragukan tujuan hidupnya dan merasa terasing dari dunia di sekitarnya.
Namun, segalanya berubah ketika ia menemukan dirinya di dunia asing setelah sebuah peristiwa aneh. Dunia baru ini, penuh dengan keajaiban dan bahaya, memaksa Rull untuk menghadapi ketakutan terbesarnya dan menggali kekuatan yang tersembunyi dalam dirinya. Rull mulai memahami bahwa dirinya memiliki peran besar dalam menentukan takdir dunia ini, dan mencari kebenaran diambang kebohongan.
Note :
Cerita ini merupakan revisi novel "Reincarnation In A Fantasy World" Aku tidak bisa melanjutkan novel itu Dikarenakan akun tersebut (The rull) hilang karena hilangnya hp aku beserta akun-akun nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The rull 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arc Irdlia Bab 14 : Janji Ratu
"Setelah perang usai… aku masih ditelan oleh kesedihan," ucap Ratu Arendelle lirih
Matanya menatap kosong ke dalam gelas wine yang ia genggam.
"Rasa kehilangan itu benar-benar menghancurkan hatiku."
"Yang Mulia… aku turut prihatin atas kehilangan itu. Jadi… itulah yang dimaksud dengan korban perang?"
"Ya… Clathria mengalami kehancuran besar. Banyak rakyatku kehilangan rumah serta keluarga mereka… semua karena tindakan Demous."
Ia meneguk sedikit wine, mencoba menenangkan dirinya.
"Sejak saat itu, aku dipilih untuk memimpin Clathria. Menjadi satu-satunya pemimpin wanita di seluruh region Irdlia."
"Jadi… Anda yang membangun kembali Clathria?" tanya Rull
"Aku berusaha. Tapi yang lebih sulit… adalah membesarkan Tsaritsa, Tsaritsa dibesarkan tanpa kasih sayang seorang ibunya."
"Tanpa kasih sayang?" tanya Rull bingung
"Ya… Ayahku… sebelum wafat, ia menyuruhku untuk berhati-hati dalam mengurus Tsaritsa. Karena sejak kecil… setiap kali Tsaritsa menyentuh seseorang, orang itu akan membeku. Aku ingin sekali merawat putriku dengan kasih sayang, menyentuhnya tanpa adanya keraguan… Tapi setiap kali aku mendekatinya… aku selalu dihantui rasa takut."
Ia menatap tangannya sendiri, seolah mengingat betapa seringnya ia ragu untuk menyentuh putrinya sendiri.
"Dan karena itu… Tsaritsa tumbuh tanpa kasih sayang dari ibunya sendiri. Tsaritsa… maafkan Ibu. Ibu ingin sekali memelukmu… menggendongmu saat kamu masih bayi. Ibu ingin sekali menyuapimu…"
Suasana ruangan menjadi hening.
Tiba-tiba, Rull terdiam. Ada sesuatu yang terlintas dalam pikirannya. Sebuah ingatan yang terasa begitu nyata… namun asing.
...****************...
"Rull, sebelum berangkat sekolah, kamu makan dulu ya." suara lembut seorang wanita terdengar di benaknya
"Tidak sempat, Ibu! Aku belum merapikan buku-bukuku." jawab suara kecilnya sendiri dalam ingatan yang samar-samar
"Kalau begitu, biar Ibu suapi."
...****************...
Rull tersentak. Matanya melebar, napasnya tercekat. Tanpa ia sadari, air mata mengalir di pipinya.
Arendelle yang melihat itu merasa bersalah.
"Maaf, Rull… aku terlalu dalam menceritakan semuanya hingga membuatmu menangis."
"Hah…? Mengapa aku menangis…? Dan… ingatan apa itu…?" Rull bergumam pada dirinya sendiri
Ingatan itu terasa begitu nyata, tapi ia tidak bisa mengingat siapa wanita itu.
Ratu Arendelle menatap Rull dengan lembut. Ia mengangkat tangannya, menghapus air mata yang masih tersisa di pipi pemuda itu.
"Dilihat dari wajahmu, sepertinya usiamu tidak jauh berbeda dengan Tsaritsa. Aku harap kamu dapat membantunya… Dan sebagai gantinya, aku akan membantumu menemukan kembali ingatanmu."
Tangannya yang hangat menyentuh wajah Rull, seolah memberikan ketenangan.
"Jika aku benar-benar satu-satunya kunci, maka aku akan melakukan apa pun yang aku bisa. Bukan hanya untuk Tsaritsa, tapi juga untuk menemukan siapa diriku sebenarnya."
"Terima kasih, Nak. Aku berjanji akan membantumu menemukan jati dirimu."
Rull menundukkan kepala dengan hormat, lalu berbalik meninggalkan istana.
...****************...
Di bawah pohon beringin yang rindang, Arlecchino bersandar dengan tangan terlipat di dada, menatap Rull dengan ekspresi datar.
"Bisakah kita berbicara sebentar?" tanyanya tanpa basa-basi
Rull mengangguk. Mereka berjalan ke tempat yang lebih sepi, di mana angin berhembus lembut di antara dedaunan.
"Eh, Arccelino… Terima kasih sudah menolongku waktu itu."
"Haah, panggil saja aku Peruere. Itu lebih mudah untuk disebut."
"Hah? Apa aku salah menyebut namamu?" Ucap Rull memggaruk kepalanya
"Darimana kau pergi sebelum diserang monster itu?"
"Aku... aku tidak tahu. Aku terbangun di tempat yang gelap dan hanya berjalan tanpa arah. Hingga entah bagaimana, aku sampai di sini."
Arlecchino memperhatikannya sejenak sebelum bertanya lagi.
"Lalu, tentang makhluk galaksi yang kau ceritakan tadi... seperti apa bentuknya?"
"Entah kenapa sulit dijelaskan. Dia begitu besar… Aku merasa seperti berdiri di genggamannya. Aku hanya bisa melihat bagian kepalanya, dan itu saja sudah cukup untuk membuatku merasa kecil. Rasanya mustahil melihat seluruh tubuhnya."
"Apa kau melihat sesuatu yang lain dalam mimpi itu? Semacam bulan merah?"
"Hah? Bulan merah? Apa maksudmu?"
"Cih, sepertinya kau tidak ada hubungannya." Arlecchino mendecak
Dari kejauhan, Blade dan Jack tidak sengaja melihat Rull dan Arlecchino, kemudian mereka mengintip dari balik semak-semak.
"Blade, lihat itu! Rull sedang berbicara dengan seorang wanita! Dan bukan sembarang wanita—dia seorang pendekar pedang!" Bisik Jack
Blade mempersempit matanya, mengamati sosok Arlecchino dengan cermat.
"Peruere, yang juga dikenal sebagai Arlecchino. Pendekar pedang peringkat kedua… pedang berkekuatan api… Aku masih mengingatnya."
"Astaga, Rull benar-benar berani berbicara dengannya..."
Sementara itu, Arlecchino tampaknya menyadari ada yang mengawasi mereka.
"Sepertinya kita diperhatikan."
Arlecchino mempersempit matanya, tangannya bergerak perlahan ke gagang pedangnya.
"Siapa di sana? Keluar sebelum aku bertindak."
Jack langsung melompat keluar dari persembunyian dan berjalan ke arah Rull.
"Tenang, jangan marah. Itu aku!"
"Jack? Kau ada di sini?" Rull terkejut
"Jadi kau kenal orang ini?" Ucap Arlecchino
"Ya, dia teman baikku."
"Rull, Lisa bilang kau keluar untuk mencari angin. Aku jadi khawatir kau malah tersesat. Dan sekarang, kau di sini, berbicara dengan… siapa sebenarnya wanita ini?"
"Panjang ceritanya, Jack. Apa Blade tidak bersamamu?"
Jack menoleh ke belakang.
"Blade, keluarlah. Tidak perlu bersembunyi lagi."
Beberapa detik kemudian, Blade melangkah keluar dengan tenang dan mendekati mereka. Matanya langsung tertuju pada Arlecchino dengan tatapan tajam.
"Rupanya kau... Mengapa kau menguping pembicaraanku?" Ucap Arlecchino waspada
"Justru aku yang ingin bertanya kepadamu. Apa kau memanfaatkan dia untuk kepentingan kalian para pendekar pedang?"
Arlecchino terdiam sesaat. Ada sedikit getaran di ekspresinya, seolah ia tidak menyangka dituduh seperti itu.
"Apa yang kau bicarakan? Aku hanya mengobrol biasa."
Rull, yang berdiri di antara mereka, merasa bingung.
"Kenapa Arlecchino terlihat begitu waspada terhadap Blade?" pikirnya
Rull mengangkat kedua tangannya, mencoba menenangkan suasana yang mulai tegang.
"Tidak apa-apa, Blade. Aku hanya ingin meminta dia untuk mengajariku cara bertarung."
Semua terdiam sejenak sebelum Jack berseru kaget.
"Hah? Bertarung?"
"Kau tidak bisa bertarung." Ucap Arlecchino terkejut
"Iya, aku tahu. Tapi itulah kenapa aku ingin belajar. Aku ingin menghentikan ancaman yang akan datang. Tolong ajarkan aku."
"Aku tidak bisa mengajarimu bertarung."
"Kenapa? Kau ini pendekar, kan?"
Arlecchino menatapnya sebentar sebelum melirik ke arah Blade.
"Karena pengalaman bertarungku tidak sehebat orang yang ada di sampingmu."
Setelah mengatakan itu, ia berbalik dan pergi tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Rull menoleh ke Blade dengan ekspresi penasaran.
"Blade, jadi kau jago bertarung?"
"Itu dulu. Sekarang tidak lagi."
Jack, yang masih bingung dengan situasi ini, menggaruk kepalanya.
"Kenapa rasanya ada sesuatu yang kita tidak tahu di sini?"
"Lebih baik kita pulang sekarang. Tessa sudah memasak banyak hari ini." Ucap Blade
Rull masih ingin bertanya, tapi perutnya tiba-tiba berbunyi.
Mereka berjalan pulang, pikiran Rull masih dipenuhi tanda tanya.
"Apa sebenarnya yang terjadi antara Blade dan Arlecchino?"
......................
Ratu Arendelle tidak pernah menyentuh Tsaritsa selama bertahun-tahun tahun, sentuhan pertamanya saat Tsaritsa lahir saja.
Kutukan Tsaritsa sangat sensitif, apapun yang ia sentuh akan membeku.
Jika ada kesalahan typo atau sulit dimengerti silahkan komentar saja.
Terimakasih sudah membaca 🙏