Menjalani Takdir Pernikahan yang Begitu Rumit Untuk Sania..
" Katakan Apa Salah Ku Sehingga Kau Memberikan Aku Ujian Seberat Ini! " Sania Terduduk Pilu Saat Menyadari Takdir Pernikahan Nya Tidak Sesuai Dengan Semua Nya....
Mampukah Sania Bertahan Atau Ia Akan Memilih Pergi....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hal-20
( untuk menuju Peraduan Yang Nyata, Haruskah Ada Air Mata? )
Sania Memasukan Baju Nya Kedalam Lemari, Saat Ini Aditya Sedang Bertugas ke Tetangga Desa, Karena Info Yang Di Dapatkan Ada Disana. " Nak' Sedang Apa? " bu Lastri Mengetuk Pintu Kamar Sania,
Sania Menoleh Ke Arah Sumber Suara. " ini Bu Beresin Baju." Sania Tersenyum Hangat Kepada Ibu Nya.
Bu Lasti Menghampiri Sania, Ia Duduk Di Sebelah Nya, Mereka Berhadapan, " Nak' Bagaimana Kelurga Suami Mu?... Tampak nya Suami Mu Juga Sangat Baik Nak? " Bu Lastri Tersenyum Hangat Ia Menangkap Apa Yang di lihat Nya Saja.
" Iya... Mereka Sangat Baik Bu-Bahkan Aku Tidak Pernah Melakukan Apa-pun Dirumah Itu, disana Juga Ada Asisten Rumah Tanga Nya " Umpat Sania, Ia Membuat Seolah Semuanya Baik-baik Saja.
" Lalu Kamu Akan Kembali lagi Kapan? Apa Kau Juga Akan Ikut Dengan Nak'Aditya Lusa? " Mimik Wajah Bu Lastri, Melihat Sania Yang Sepertinya Sedang Gundah.
" Tidak Bu-Aku Tidak Akan Kembali " Ucap Sania, Pandangan Mata Nya Terlihat Nanar.
" Maksudnya Bagimana? " Bu Lastri Tersentak, ia Mengusap Lengan Sania.
Sania Langsung Membuyarkan Lamunan Nya, ia Lupa Jika Pernikahan Palsu Nya Memang Harus Di Sembunyikan, namun Untuk Saat ini Ia Juga Tidak Bisa Bercerita pada Ibu Nya Perihal Yang Terjadi.
" Eh-tidak Bu... Maksud Ku, Mungkin Aku Akan Tingal Disini Untuk Sementara Waktu Ibu Tidak Keberatan Kan? " Sania Menatap Sang Ibu.
" Menggapa Begitu Nak-katakan Sebenarnya Apa Yang Terjadi? " Ucap Bu Lastri, Memasang Raut Kecemasan.
" Tidak Ada Bu-Lagi Pula Kenapa? Ap ibu Tidak Senag Sania Tingal Disini? Apa Ibu tidak Merindukan Aku? " Sania Memeluk Ibunya Erat, Ia Benar-Benar menyembunyikan Semua Nya.
Sementara Bu Septi Sedang Uring-Uringan Karena Sang Suami Merajuk, Pak Hamad Memasukan Semua Bajunya Kedalam Tas, Ia Siap Pergi Kerumah Orang Tua Nya.
" Bapak Benar-Benar Tega!" bu Septi, Merengek Seolah Ia Yang Merasa Tersakiti.
" Tega Bagimana Bu? Ibu Yang Tega selalu Menuduh Bapak Yang Tidak-Tidak " Pak Hamad Engan Melihat Wajah Bu Septi
Bu Septi terus Memegangi Kemeja Sang Suami, Beralih Ke Kaki Ia Menglerai Agar Pak Hamad tidak Bisa Keluar, Bu Septi bergelayut pada Kaki Pak Hamad.
" Bu Lepaskan Bu... kaki Bapak bisa Patah Tulang Kalu Kaya Gini, " Pak Hamad Meringis, sedangkan Bu Septi Tidak Tahu Diri Kalau Badan Nya Itu Jumbo.
" Pokoknya Bapak Ngak Boleh Pergi " Sudah Seperti Tertimpa Gadjah.
" Aduh Bu..." Pak Hamad Mengaduh, Namun Ia Tetap Tidak Mau Mendengarkan Ucapan Bu Septi.
" Tidak Bu... bapak Tidak Mau Jika ibu Terus Menuduh Bapak yang Bukan-Bukan, ibukan tahu Pagi Bapak di Ladang, bapak Pulang Sore Demi Mengarap Sawah Ibu, tapi ibu Tega Menuduh Bapak yang Tidak-Tidak " Pak Hamad Merasa Gagal Sebagai Seorang Suami.
Selama Dua puluh Tahun Pernikahan Pak Hamad Belum Pernah Semarah Ini, Namun Pak Hamad Kali Ini Sangat Kecewa karena Sang Istri Terus Menuduh Dirinya Menyukai Bu Lastri.
Padahal Dulu Saat Itu Pak Hamad Hanya merasa Iba Kepada Bu Lastri, Sania Kelaparan Pada Umur Lima Tahun, Pak Hamad Mengambil Beras Di Rumah nya, ia Berikan kepada Bu Lastri, Padahal hal itu Pak Kades Juga Memberikan Sembako Dan Di Antarkan Oleh Pak Hamad. tapi Tabiat Bu Septi Yang Memang Buruk Ia Menuduh Pak Hamad main Api Dengan Bu Lastri.
Pak Kades, Dan Bu Kades Sudah Membantu Menjelaskan Hal Itu, Namun tetap Saja bu Septi Tidak Percaya, Dan Tidak Terima Beras Itu Di Berikan Kepada Bu Lastri.
Meskipun Kejadian Itu Sudah Sangat Lama, Namun Bu Septi Tetap Saja Merasa Tidak Suka Dan Mengecap Bu Lastri Sebagai Wanita Penggoda.
" Lalu Ibu Harus Bagimana Pak? " Bu Septi Menangis Di Hadapan Sang Suami
" Sudah Bu Bapak Tidak Bisa-Lepaskan Bapak " Pak Hamad Mengibaskan Tangan Bu Septi.
Namun Tangisan Bu Septi Malah, Menjerit-Jerit, Sampai Tetangga Rumah Dan Bu Kades Keluar Melihat Apa Yang Sedang Terjadi?
" Ada Apa Ini Pak Hamad? Sudah Malam Kenapa Bu Septi Nangis? " Bu Kades Menanyakan Apa Yang Telah Terjadi.
Belum Juga Pak Hamad Menjawab Yang Sebenar Nya, Sudah Di Dahului Bu Septi Yang Ngomong Sambil Nangis. " Saya Mau di Tinggalin. Gara-gara Bapak Merasa Tersingung Dengan Ucapan Saya "
" Makanya Mbok-Yo Ati-Ati Kalau Ngomong " Bu Kades Menasehati Bu Septi
" Tapi Yah Saya Kan Juga Ngak Mau Toh, kalau Suami Saya Bener Suka Dengan Janda Gatal Itu. " Bu Septi Menyunggingkan Bibir Nya.
" Ibu Jagan Asal Tuduh! " Pak Hamad Bersuara.
" Yah Kalau Bapak Ngak Berasa Yah Ngak Usah Jengkel! " Bu Septi Masih Tetap Kekeh.
" Ibu juga Salah, Ibu Kan Tahu Setiap Hari Pak Hamad Menghabiskan Waktu nya Di Ladang Jadi Kenapa ibu Menuduh Pak Hamad? " Bu Kades Menegaskan
Bu Septi Terdiam Membisu, Ia Ingin Berbicara Lagi Namun Pak Kades Yang Baru Saja Pulang juga Ikut Melihat peristiwa Yang Sedang Terjadi.
Hinga Sampai Semua Tentang Dekat keluar Melihat Itu. " Ws Sudah Sekarang Gini Saja, Jagan Di Ulangi Lagi Tolong Dan Ini Sudah Malam, Untuk Bu Septi Dan Pak Hamad Kalian Sudah Berumah Tanga Lama, Jagan Seperti Anak Kecil, Jadilah Pasangan Yang Saling Melengkapi " Tegas Pak Kades
Akhirnya Pak Hamad Tidak Jadi Pergi, Dan Semua Tetangga Sudah Kembali Masuk Kedalam Rumah.
Sebenarnya Bukan Hanya Alasan Saja Bu Septi Melarang Sang Suami Pergi, Namun ia Juga Memanfaatkan Sang Suami Agar Sawah Mereka Tetap Di Garap Karena Bu Septi Juga Engan Jika Harus Menglurkan Uang Untuk Membayar Kuli.
Aditya Pulang Larut Malam menaiki Tumpangan Ojek Motor Ia Sengaja Tidak Menginap Di Penginapan. Namun Dirinya Ingin Menginap Di Rumah Sania.
" Mas Kayanya Bukan Asli Orang Sini Yah? " Ucap Bapak Ojek.
" Iya Pak... Kebetulan Saya Dari Kota," Jawab Aditya Sopan Penuh Wibawa.
" Oalah... Kok Bisa Samapi Kedesa Tiga Sari? "
" Ia Soalnya Istri Saya Orang Sini " Aditya Sama Sekali Tidak Canggung.
Mendengar Itu Pak Ojek, Terbelalak Tentu Saja ia Langsung penasaran. " Siapa Mas Kalau boleh Tahu? "
" Sania Sahira Salwa " Aditya Menyebutkan Nama Lengkap Sania
" Oalah.... Anaknya Bu Lastri? " Pak Ojek Langsung Paham Karena Kisah hidup Bu Lastri Yang Di tingal Sang Suami Sudah Di Kenal Warga Desa. dan Tetangga Kampung.
" Iya Betul Pak..." Aditya Tersenyum Ramah.
" Saya Ikut Senag Mas, Sania Anak Yang Ramah, Baik budi, Ibunya Orang Tua Tunggal Yang Hebat, Suami Nya Bu Lastri Dulu Pergi Mas... Pada Saat Sania Masih Dalam Kandungan, Tapi Suami Nya Sampai Sekarang tidak Pulang, Waktu Kemarin Mas nya Nikah Sama Sania Pakai Wali Hakim Yah Mas? " Pak Ojek Berbicara Samapi Mengarah Kesana.
" Iya-Pak " Aditya Mendengarkan Ucapan Pak Ojek, Namun Juga Saat Mengingat Pernikahan Nya Kala Itu Karena Tuduhan Para Warga Aditya Langsung Diam.
Motor Menuju Jalanan yang Di Keliling Oleh Pohon Jati, Udara Dingin Menusuk Tulang, Sampai Tidak Terasa Motor Sudah Sampai di Depan Rumah Sania.
" Terimakasih Pak..." Aditya Membayar Ongkos Pada Pak Ojek
" Ini Uangnya Kelebihan "
" Ambil Saja Pak... Terimakasih Yah "
Aditya Berjalan Menuju Pintu Ia Mengetuk Pintu Rumah Bu Lastri, Namun Sania Tidak Membuka Nya Dan Yang Membukakan nya Malah Bu Lastri Karena Sania Sudah Tidur
.
.
.
" Bersambung "