AREA DEWASA+
"Sudah ku bilang, kalau memang jodoh ku pasti tidak akan kemana!" ucap Marvel sambil memandang wanita yang selama ini menghilang entah kemana.
Sejak sekolah menengah atas, Kiran tidak pernah menduga jika ia akan di sukai oleh seorang pria yang terpaut usia dua belas tahun darinya.
Kiran sangat risih, gadis ini tidak suka dengan tatapan Marvel yang suka melihat dirinya dengan penuh nafsu.
Marvel, seorang pria tampan yang harus rela pernikahannya kandas di saat usia pernikahannya baru berjalan satu hari. Bukan tanpa alasan, semua itu di karenakan mantan istri Marvel tiba-tiba menggugat cerai dan lebih memilih pergi bersama laki-laki lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 01
"Kemana kau malam ini Ran?" tanya Gama, teman sekelas Kiran yang baru di kenalnya sejak masuk ke SMA.
"Kerja lah, kemana lagi?"
"Sebentar lagi kan ujian, kurangi lah aktifitas mu di luar. Kau harus banyak belajar!"
"Mau bagaimana lagi, gak kerja gak makan!"
"Kau ini aneh, keluarga punya. Ayah ada, ibu juga ada dan kakak pun juga ada. Tapi kenapa harus kau yang kerja untuk membiayai kehidupan mu?"
"Lah, kau tahu sendiri kalau aku di rumah cuma numpang tidur. Ayah mana mau memberi ku uang, semua hanya untuk ibu dan kakak tiri ku saja."
"Malang betul nasib mu ini Kiran. Ya udah, ayo ke kantin, aku yang traktir!" ajak Gama seperti biasa.
"Gak enak lah Gam, setiap hari kau selalu mentraktir ku makan di kantin."
"Udah, santai saja. Kita kan teman!" ucap Gama sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Menjijikan!" seru Kiran membuat Gama tertawa.
Mereka berdua pergi ke kantin, jam kosong seperti ini memang bagusnya berada di luar kelas.
"Pulang sekolah ini kau mau kemana?" tanya Gama yang sebenarnya ingin mengajak Kiran pergi jalan-jalan seperti muda mudi lainnya.
"Ya kerja lah Gam, sore ini aku harus mengantar kue ke perumahan permai asri."
"Wuah,....itu kan perumahan mewah. Ajak aku dong, aku mau lihat rumah-rumah di sana, siapa tahu bisa ketularan punya rumah besar."
"Ah, jangan." tolak Kiran, "nanti gaji ku di bagi dua sama kamu!"
"Dasar cebong, aku gak minta gaji mu. Aku hanya ingin menemani mu, aku cuma ingin melihat rumah-rumah di sana."
"Ya udah, terserah kau. Jangan lupa jemput aku di ujung gang ya...!"
Singkat cerita, sepulang sekolah Gama langsung berganti pakaian kemudian pergi menjemput Kiran. Gama hanya tinggal bersama kakak laki-lakinya sedangkan kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Gama dan kakaknya termasuk dalam keluarga mampu, karena kedua orang tua mereka meninggalkan usaha berupa toko sembako yang memiliki dua cabang dan saat ini di kelola oleh sang kakak. Untuk kakak Gama sendiri, dia belum menikah.
"Banyak bener kuenya, buat apaan?" tanya Gama penasaran.
"Gak tahu juga, ya udahlah ya yang penting di antar sekarang."
Mereka berdua pun kemudian langsung pergi menuju alamat pemesan. Gama, meskipun ia tergolong keluarga mampu tapi ternyata udik juga saat melihat rumah-rumah besar dan mewah ini.
Mereka berhenti tepat di depan pagar yang menjulang tinggi, sungguh Kiran dan Gama kagum melihat konsep rumah ini.
"Cari siapa ya mbak, mas?" tanya penjaga rumah.
"Mau nganterin pesanan kue atas nama bu Dona pak," jawab Kiran.
"Dari toko kue manis manja terasa ya?" tanya penjaga untuk memastikan lagi.
"Iya pak, benar!"
Kiran dan Gama langsung di izinkan untuk masuk. Untung saja ada Gama, jadi ia bisa membantu Kira membawa beberapa kue masuk kedalam.
"Wuah, besar sekali rumahnya," ucap Gama yang kagum.
"Rumah mu besar juga, tapi yang ini jauh lebih besar," sahut Kiran.
"Astaga, lihatlah. Mobil-mobil ini sangat mewah, kakak ku punya dua mobil tapi tidak seperti ini bentukannya."
Di dalam ternyata sedang ada acara, Kiran dan Gama di bantu seorang pembantu rumah masuk kedalam.
"Bantuin si mbok bawa keluar ya mbak. Gak apa-apa kan merepotkan sebentar?"
"Eh, iya mbok. Tadi mbak Tansya udah bilang sama Kiran untuk bantu di sini dulu."
"Itu temennya udah di kasih tahu belum?" tanya mbok Rumi.
"Tenang aja mbok, santuy. Aku bisa setia menunggu Kiran!" sahut Gama.
Kiran membantu mbok Rumi mengeluarkan kue-kue yang baru saja selesai di tata. Kiran sebenarnya gugup, ia merasa sangat aneh berada di tengah acara seperti ini. Terlihat jelas ini pesta orang-orang kaya yang suka memamerkan harta.
"Heh, siapa kamu?" tanya suara berat mengejutkan Kiran yang sedang berjalan menuju dapur.
Kiran terperanjat, menoleh ke arah sumber suara. Di depannya sudah ada seorang pria tampan, tinggi dengan tatapan dingin menyelidik Kiran.
"Anu om,....!" Kiran gugup.
"Kamu maling ya....?" Marvel menuduh.
Kiran langsung menggeleng kepala,
"Maaf mas Marvel, mbak Kiran bukan maling. Dia pengantar kue dari toko kue manis manja terasa. Mbak Kiran lagi bantuin si mbok buat menghidangkan kue untuk para tamu ibu," jelas mbok Rumi yang tiba-tiba muncul di belakang Marvel.
"Hati-hati sama orang asing mbok!" ucap Marvel membuat Kiran tersinggung.
"Ya ampun mas bewok, kalau ngomong di rem sedikit dong. Biar aku kismin seperti ini, aku gak mau mencuri. Enak aja!" sahut Kiran tidak terima.
Mata Marvel melotot, tidak terima di panggil bewok oleh Kiran.
"Dasar bocah ingusan!"
"Mbok, Kiran pulang ya. Gak enak sama tuan rumah nih,"
"Eh, iya mbak Kiran. Makasih loh udah bantuin si mbok."
"Anu mbok, kuenya belum di bayar sama bu Dona. Hehe....!" ujar Kiran lalu menoleh ke arah Marvel, "bayar cepat, aku mau pergi nih. Enak aja di katain maling!"
Marvel tidak ingin memperpanjang masalah dan langsung membayar kue-kue tersebut.
"Om, lebihin selembar dong buat jajan es," pinta Kiran tanpa malu.
Marvel menarik nafas panjang, kembali membuka dompet dan mengeluarkan selembar uang pecahan dua puluh ribu.
"Nih,...!" ujar Marvel.
"Hih, apaan ini. Masa orang kaya ngasihnya dua puluh ribu. Dasar pelit!" ketus Kiran, "aku udah bantuin si mbok tapi cuma di kasih segini. Dasar pelit!"
Merasa harga di lempar dengan kotoran burung, Marvel kembali mengeluarkan selembar uang berwarna merah.
"Nah gini dong, ginikan bisa di tabung buat bayar ujian!" celetuk Kiran membuat dahi Marvel berkerut, "makasih om, pergi dulu ya...!"
Marvel hanya bisa menggelengkan kepala, mata elangnya terus memandang punggung Kiran dengan juntaian rambut panjang yang sungguh indah di pandang mata.
"Di mana dia bekerja mbok?" tanya Marvel seketika ingin tahu tentang Kiran.
"Toko Kue manis manja terasa mas."
Marcel hanya mengangguk, pria ini kemudian bergabung dengan para tamu yang tak lain adalah saudara-saudara dari pihak mamahnya sendiri.
"Udah selesai?" tanya Gama.
"Udah, lumayan dapat seratus ribu. Makan bakso yuk!" ajak Kiran.
"Ya udah, ayuk. Biar aku yang traktir!" ujar Gama.
"Lah, aku yang dapat duit kenapa kau yang malah mentraktir aku?" tanya Kiran heran pada temannya yang satu ini.
"Udah, gak apa-apa. Aku tahu kamu butuh duit buat bayar ujian nanti. Simpan aja!"
"Makasih Gama, kau lah yang paling pengertian dengan kondisi ku."
"Gak usah lebay, cepat naik atau ku tinggal kau!"
Gama dan Kiran kemudian pergi dari rumah tersebut. Gama senang sekali bisa menemani Kiran mengantar kue sore hari ini.
hhhh ayah macam apa itu, kok lah sama kyk ayah q..
😓
gitu lihat sinopsis nya sama kyk aq sama suami yg jarak umur 12th..
langsung penasaran sama ceritanya 🤭..
tp bagus juga loh, unik malah orang bisa jd hafal..