Cerita ini kelanjutan dari novel "Mencari kasih sayang"
Pernikahan adalah ibadah terpanjang karena dilakukan seumur hidup. Pernikahan juga disebut sebagai penyempurnaan separuh agama.
Dua insan yang telah di satukan dalam ikatan pernikahan, tapi kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Hari memiliki rahasia yang dapat menghancurkan kepercayaan Resa. Apakah dia dapat bertahan?
Resa menemukan kebenaran tentang Hari yang telah menyembunyikan kebenaran tentang status nya. Resa merasa dikhianati dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah dia harus memaafkan Hari atau meninggalkannya?
Apakah cinta Resa dan Hari dapat bertahan di tengah konflik dan kebohongan? Apakah Resa dapat memaafkan Hari dan melanjutkan pernikahan mereka?
Apakah mereka akan menemukan kebahagiaan atau akan terpisah oleh kebohongan dan konfliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33 Referensi
"Aku berangkat bareng Teh Rima aja ya, jadi AA gak perlu anterin aku ke rumah Bapak," izin Resa setelah berada di dalam kamar.
Hari memandang Resa dengan tatapan yang mendalam. Resa menatap mata suaminya dengan perasaan yang was-was. Pria itu menarik napas berat, kemudian berkata, "Boleh, Ai."
Resa mengukir senyum senang dan mengucapkan terima kasih pada Hari. "Tapi nanti AA nyusul ke sana ya, kalau udah pulang kerja," pinta Resa.
Hari hanya mengangguk sebagai jawaban, tidak menambahkan kata-kata lain. Resa memandang suaminya dengan mata yang penuh pertanyaan, tapi tidak bertanya lebih lanjut. Dia hanya tersenyum dan berpamitan dengan Hari sebelum keluar dari kamar.
Tak lupa mereka berpamitan pada haji Surya. kemudian,Mereka keluar rumah beriringan dengan tujuan yang berbeda. Hari akan kembali ke tempat kerjanya, Bu Tika akan pulang ke rumah utama, sedangkan Resa dan Rima akan pergi ke rumah orang tuanya.
Bu Tika memandang Rima dan tersenyum. "Teh Rima, jangan lupa menjaga Resa, ya. Dia sedang hamil muda, jangan sampai kecapean."
Ucapan Bu Tika membuat Rima tercengang. Resa belum memberitahu kehamilannya, dan Rima tidak menyangka bahwa mertuanya sudah tahu. Dia menatap Resa dengan tatapan penuh pertanyaan, namun Resa berusaha menghindari tatapan itu, membuat perasaannya tidak enak.
Rima tersenyum dan mengangguk pada mertua Resa. "Baik, Bu. Aku akan menjaga Resa."
Dia menjawab seolah sudah mengetahui kehamilan adiknya. Biarlah nanti dia bertanya pada Resa tentang kebenaran yang diucapkan mertuanya.
Resa tersenyum dan memeluk ibu mertuanya. "Makasih, Mah. Aku akan hati-hati." Dia kemudian berpamitan dengan ibu mertua dan suaminya.kemudian berjalan keluar bersama kakaknya.
Rima memandang Resa dengan tatapan yang penuh pertanyaan. "Res, apa yang di maksud Ibu mertua kamu tadi? Apakah kamu...?" Rima tidak menyelesaikan kalimatnya, menunggu Resa untuk menjawab.
Resa terlihat tidak enak dan berusaha menghindari tatapan kakaknya. Rima memandang Resa dengan mata yang tajam. "Jawab pertanyaan Teteh, Res. Kamu beneran hamil?" tanyanya dengan suara yang lebih keras.
Resa tak bisa berkata-kata, dia hanya mengangguk membuat kakaknya merasa gemas. Rima merasa kecewa karena adiknya tidak memberitahu kabar bahagia ini. Bahkan dia saja sudah menantikan momen itu selama 2 tahun pernikahannya. Tapi malah Resa duluan yang Allah titipkan janin di rahimnya.
Rima merasa sedikit kecewa dan merasa tidak dipercaya oleh adiknya. "Teteh ikut bahagia mendengar kabar kehamilan kamu. Tapi, kenapa kamu harus hamil di saat kondisinya seperti ini, Resa?" kata Rima dengan suara yang sedikit kesal.
Resa masih diam, tidak bisa menjawab pertanyaan kakaknya. Dia hanya memandang ke bawah, dia juga tidak tahu harus bahagia atau sedih dengan keadaan nya saat ini.
Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di kediaman Nurdin, ayah dari kakak beradik itu. Terlihat sangat ramai karena semua kerabat berkumpul untuk menghadiri acar nikahan keponakan nya besok.
keduanya menyapa semua orang yang berada di sana. Tina dan Dian, sang adik, menghampiri Resa dengan semburat senyum di wajah mereka, menyambut kedatangan kakaknya.
"Teh Resa! Kenapa baru datang!" seru Tina dan Dian bersamaan, berlari menghampiri Resa dengan gembira.
Resa tersenyum dan memeluk adik-adiknya. "Iya nih,maaf ya.Sedikit terlambat Teteh !" jawab Resa, membalas pelukan adik-adiknya.
"Gimana kabar, Teteh? Baik kan?" tanya Tina, menatap Resa dengan rasa khawatirnya.
Resa hanya tersenyum dan mengangguk, namun salah satu dari kerabat ibu sambungnya menyela. "Iya tuh, gimana rasanya nikah sama duda Res?" tanya seseorang dengan tatapan yang agak sinis menatap pada Resa.
Namun Resa hanya menanggapi dengan senyuman tanpa berkata sepatah kata pun. Dia berpikir bahwa, mau bagaimana pun keadaan dia, orang lain tidak akan bisa merubah keadaan menjadi lebih baik.
Salah satu dari mereka menatap dengan selidik kemudian berkata, "Ngomong-ngomong, Resa sekarang kurusan ya, bener gak sih? Apa aku yang salah lihat?" imbuhnya menyenggol orang di dekatnya mencari pembenaran.
Rima yang berada di dekat Resa langsung memotong pembicaraan tersebut. "Resa memang sedang kurang sehat, tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan,"
kata Rima berusaha menyumpal mulut orang-orang yang julid dengan cepat dan efektif. Dia tidak ingin adiknya, Resa, merasa tidak nyaman atau tersinggung oleh komentar-komentar yang tidak perlu.
Dengan senyum yang di paksakan, Rima mengalihkan topik pembicaraan ke hal-hal yang lebih positif dan menyenangkan. Dia berbicara tentang rencana keluarga, acara-acara yang akan datang, dan hal-hal lain yang menarik.
Orang-orang yang julid mulai kehilangan minat untuk melanjutkan komentar-komentar negatif mereka, dan perlahan-lahan mereka mulai bergabung dengan pembicaraan yang lebih positif dan menyenangkan.
Resa, yang awalnya merasa tidak nyaman, mulai merasa lebih baik dan lebih santai. Dia berterima kasih kepada Rima yang telah membantunya menghadapi situasi yang tidak nyaman tersebut.
Saat malam tiba, Resa duduk sendirian di dalam kamar, merasa kesepian di tengah keramaian di rumah itu. Matanya terpaku pada layar ponsel yang masih menyala, wajahnya terlihat murung.
Setelah berbalas pesan dengan suaminya, Hari, yang ditunggu-tunggu dari tadi sore, Resa merasa kecewa. Hari beralasan tidak bisa datang karena ada hal penting yang harus dia kerjakan untuk membantu kakak sepupunya, pemilik konveksi yang sekarang sedang dalam keadaan pailit.
"Dan mungkin aku tidak bisa hadir di acara nikahan Wati besok juga," tulis Hari dalam pesannya.
Resa merasa sedih dan kesepian, dia merindukan kehadiran suaminya. Dia berharap bahwa Hari bisa segera menyelesaikan urusannya dan menyusulnya ke sana.
Di saat Resa masih melamun, datang Tina dengan senyum yang mengembang menghampiri Resa. Tina berusaha untuk menghibur kakaknya yang terlihat murung.
"Teh,lagi sedih ya ?" tanya Tina dengan suara yang lembut.Resa tersenyum tipis.
Tina duduk di sebelah Resa dan mengelus pundaknya."Kenapa gak ikut gabung sama yang lain di luar? Malah menyendiri di kamar mana raut wajahnya jelek gini," usil Tina, berusaha mencari suasana yang membuat kakaknya terlihat murung.
"Iya, Tin, bentar lagi Teteh keluar, ko," jawab Resa.
"Ya udah, ayo! Tapi dari tadi aku belum lihat Teteh makan, loh. Aku kesini juga disuruh Mamah. Katanya suruh Teteh makan dulu. Mahmud lagi sibuk di dapur, dia dari tadi nanyain Teh Resa mana," kata Tina.
"Teh gak lapar, ko, Tin," jawab Resa.
"Lah, tumben? Setelah tinggal di perkotaan, Teteh jadi merubah kebiasaan, ya?" tanya Tina.
"Enggak juga, Tin. Akhir-akhir ini Teteh emang lagi gak napsu makan. Bawaannya enek kalau lihat nasi," jelas Resa.
"Walah, kenapa bisa gitu, Teh? Kayanya kalau aku dalam kondisi hati lagi gak baik juga belum pernah sampe enek liat nasi. Bawaannya ada yang kurang kalau seharian belum ada sesuap nasi yang masuk ke perut," kata Tina dengan kekehan yang tak habis pikir dengan kakaknya yang malah sebaliknya.
Resa hanya tersenyum meringis. "Kalau gitu kita jajan aja, Tin. Kayanya enak kalau beli rujak sama cilok gitu?" usul Resa dengan mata yang berbinar saat membayangkan makan rujak yang pedas.dan cilok panas yang di taburi cabe bubuk.
"Ya elah, Teh! Malam-malam gini mana ada yang jualan rujak? Lagian Aya Aya wae , masa makan rujak asinan sama cilok? Referensi dari mana itu?" keluh Tina, tak menerima saran dari kakaknya.
Resa berbinar saat membayangkan makan rujak yang pedas. "Gak ada referensi, Tin. Tiba-tiba aja muncul di pikiran, pengen itu," kata Resa.
Tina menggelengkan kepala. "Aish, naha heunteu sate atau kupat tahu, nu gampang wae lah, Teh?"
Resa tertawa. "Emang ada persamaan sate dan kupat tahu?"
Tina tersenyum meyakinkan. "Ada!"
"Apa tuh?" tanya Resa penasaran.
Tina menjawab dengan percaya diri. "Sama-sama pake kacang tanah!"
Jawaban Tina membuat Resa terkekeh. "Haha, kamu benar, Tin!"
dan hari JD suami harus peka
apalgi resa LG hamil
moodnya it sprti bunglon
g bs berpaling aq Thor😅