Memiliki julukan sebagai anak pembawa sial, tak membuat gadis bernama Chessy larut dalam kesedihannya. Ya, anak pembawa sial adalah julukannya sejak dia di lahirkan, karena kelahirannya yang berbarengan dengan kematian kedua orang tuanya.
Kehidupan yang begitu menderita membuatnya tak lantas putus asa, dia selalu meyakinin bahwa akan ada pelangi setelah hujan, akan ada kebahagiaan setelah penderitaan, dan inilah yang selalu di rindukan Cheesy, Merindukan Pelangi saat hujan.
Dapatkah Cheesy menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir
Ceklek
Dokter membuka pintu UGD, Langit Ranti dan Kenzie gegas mendekat untuk menanyakan keadaan Cheesy.
"Dokter, bagaimana keadaan Cheesy?" Tanya Langit.
"Pasien sepertinya mengalami syok berat. Saat ini pasien sedang beristirahat, tunggu sampai dia bangun baru boleh di jenguk." Terang dokter.
"Tapi dia tidak apa apa kan dok? Tadi sepertinya Cheesy demam." Tanya Kenzie memastikan.
"Alhamdulillah pasien tidak apa apa, demam nya juga sudah mulai turun, mungkin karena terlalu syok jadi suhu tubuhnya meningkat terlebih sepertinya pasien belum makan dari pagi. Dan setelah saya melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, hasilnya tidak ada yang perlu di khawatirkan." Jawab dokter.
"Alhamdulillah." Gumam Langit, Ranti dan Kenzie serempak.
"Kalau begitu saya permisi." Pamit dokter.
"Baik dok, terimakasih." Ucap Langit.
Dokter itu pun segera pergi untuk kembali memeriksa pasien yang lainnya, Kenzie menatap kepergian dokter itu hingga punggungnya sudah tak terlihat lagi.
"Ada apa Ken? Kenapa melihat dokternya seperti itu?" Tanya Langit.
"Ngga apa apa Pah, kagum aja kalau lihat seorang dokter, jadi pengen secepatnya jadi dokter. Hehehe." Ucap Kenzie cengengesan.
Langit dan Ranti saling pandang lalu tersenyum, ternyata putranya memang menginginkan menjadi seorang dokter.
Kemudian mereka pun memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan dimana Cheesy tengah terbaring.
"Om, Tante." Ucap Cheesy terbangun saat merasa ada orang yang masuk.
"Maaf, kami mengganggu tidur kamu ya?" Tanya Langit.
"Tidak Om, Cheesy memang ingin bangun." Jawab Cheesy menggelengkan kepalanya.
"Maafkan Cheesy sudah membuat kalian khawatir." Ucap Cheesy.
"Hei, kenapa kamu meminta maaf, kamu tidak salah apa-apa Sy." Ucap Kenzie yang langsung mendekat dan berdiri di samping ranjang Cheesy.
"Kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Kenzie.
"Aku tidak apa apa Ken." Jawab Cheesy.
"Sebenarnya apa yang terjadi Nak?" Tanya Ranti mengusap kepala Cheesy.
Cheesy terdiam sembari menatap kedua orang tua Kenzie, dia bingung harus menjawab apa, Karena dia takut jika dia jujur teman sekolahnya akan mendapat masalah, tapi mengingat Ayah Kenzie juga seorang polisi, Cheesy nampak ragu jika harus berbohong, karena bukan hal yang sulit bagi seorang polisi untuk menyelidiki yang sebenarnya.
"Kamu tidak perlu takut Nak, katakan saja yang sejujurnya, siapa yang sudah mengunci kamu di gudang?" Tanya Langit mulai mengintrogasi.
Cheesy menatap Kenzie, lalu Kenzie berkata, "Katakan Sy."
Dengan ragu, Cheesy menceritakan bagaimana dia bisa terkunci di gudang.
"Jadi Clara pelakunya." Ucap Kenzie nampak mengepalkan tangannya.
"Aku harus beri Clara pelajaran." Sambungnya hendak pergi namun Langit segera menahan tangannya.
"Mau kemana kamu?" Tanya Langit.
"Pah, aku harus bicara dengan Clara, aku tidak terima dia menyakiti Cheesy." Jawab Kenzie.
"Tidak perlu Ken, Papah yang akan menanganinya, Papah sudah menyuruh rekan kerja Papah untuk menangkap siapapun yang berani menyakiti Cheesy." Ucap Langit.
Sontak Cheesy pun terperangah, lalu berkata, "Om Cheesy mohon jangan lakukan apapun pada mereka, mereka hanya salah paham saja sama Cheesy Om." Ucap Cheesy.
"Cheesy, Om tau kamu anak yang baik, tapi apa yang di lakukan Clara dan teman temannya ini sudah sangat keterlaluan. Mereka harus diberi pelajaran, kalau dibiarkan begitu saja, mereka bisa melakukan hal yang sama kembali." Ucap Langit.
"Tapi Om, kasihan kalau mereka sampai dikeluarkan dari sekolah." Ucap Cheesy.
"Mereka layak mendapatkan hukuman itu Nak." Jawab Langit.
"Tapi Pah, apa papah tidak tau siapa Ayah Clara?" Tanya Kenzie.
"Ngga, memang siapa Ayahnya?" Tanya Langit yang memang tidak tau siapa Ayah dari Clara ini.
"Mas, jadi Clara itu Anak dari Pak Darwin rekan kerja Papah itu loh Pah." Jawab Ranti yang teringat pernah membahas Clara dengan Kenzie.
"Oh ya, Benar itu Ken?" Tanya Langit nampak terkejut.
"Iya Pah, Clara itu anak Pak Darwin." Jawab Kenzie.
"Astagfirullah." Ucap Langit tak menyangka orang yang mencelakai Cheesy ternyata anak rekan kerjanya.
***
"Bagaimana? Apa sudah di selidiki?" Tanya Langit pada rekannya, meskipun sudah tau siapa pelakunya, namun Langit tetap harus mencari buktinya.
"Sudah komandan, saat ini para pelaku sudah kami amankan di kantor. Semua bukti mengarah pada Nadia yang ternyata atas suruhan dari Clara komandan." Jawab Daniel
"Apa motif nya?" Tanya Langit.
"Kecemburuan Clara pada Cheesy komandan." Jawab Daniel
"Huffttt, anak jaman sekarang semakin berani saja, melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya." Ucap Langit.
"Apa Pak Darwin sudah tau kalau anaknya di bawa ke kantor?" Tanyanya kemudian.
"Siap sudah komandan." Jawab Daniel
"Lalu apa reaksinya?" Tanya Langit.
"Sangat terkejut komandan, dan dia juga tadi memanggil seorang pengacara komandan, Dia ingin memberikan jaminan meminta agar malam ini Clara di perbolehkan pulang." Jawab Daniel.
"Jadi dia ingin bermain-main dengan saya, hanya karena dia anak polisi bukan berarti dia bisa lepas dari hukuman begitu saja." Gumam Langit menyeringai.
***
"Nak Cheesy." Pak Bandi yang baru masuk ke kamar rawat Cheesy segera berlari menghampiri cucunya.
"Kakek." Cheesy tersenyum lalu memeluk sang kakek.
"Kamu tidak apa apa kan Nak?" Tanya Pak Bandi.
"Tidak apa-apa Kek, Cheesy baik baik saja." Jawab Cheesy.
"Syukurlah Nak, kakek sangat takut kamu kenapa kenapa." Ucap Pak Bandi mengusap kepala Cheesy dengan sayang.
"Kakek kesini sama siapa? Nenek mana?" Tanya Cheesy sembari celingukan mencari sosok neneknya.
"Kakek sendirian sayang, Nenek...." Ucapan Pak Bandi berhenti saat pintu kamar rawat Cheesy ada yang membuka.
"Nak Kenzie." Lirih Pak Bandi.
"Assalamualaikum kek." Sapa Kenzie.
"Wa'alaikumsalam, Nak Kenzie belum pulang?" Tanya Pak Bandi.
"Belum kek, tadi Mamah dan Papah saja yang pulang, Kenzie akan menemani Cheesy disini." Jawab Kenzie.
"Tapi besok kan nak Kenzie harus sekolah." Ucap Pak Bandi.
"Iya kek, nanti Kenzie berangkat sekolah dari sini, kakek juga ngga bisa nemenin Cheesy disini kan, jadi biar Kenzie saja yang menemani Cheesy kek." Jawab Kenzie.
"Alhamdulillah, Terimakasih ya Nak Kenzie, Maaf jadi merepotkan. Kakek emang tidak bisa menemani Cheesy disini karena Nenek juga sedang sakit di rumah, Tadinya kakek bingung harus bagaimana, tapi sekarang Kakek sedikit lega karena cucu kakek ada yang menemani." Ucap Pak Bandi.
"Iya Kek, sama sama." Ucap Kenzie.
Malam ini Kenzie menemani Cheesy di rumah sakit, setelah Pak Bandi pulang kini di kamar rawat itu hanya ada Cheesy dan Kenzie, mereka berdua terus mengobrol. Hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.
"Sudah malam, lebih baik kamu tidur ya." Ucap Kenzie membenarkan selimut Cheesy.
"Iya Ken, kamu juga tidur ya." Sahut Cheesy yang segera memejamkan mata setelah Kenzie mengiyakan ucapannya.
Kenzie segera merebahkan tubuhnya di sofa setelah di rasa Cheesy sudah terlelap. Kenzie terus memandangi wajah cantik Cheesy sebelum akhirnya tertidur.
***
"Bagaimana perkembangannya? " Tanya Langit pada seorang polwan yang menangani kasus Cheesy.
Saat ini Langit yang sedang bertugas pagi, ingin melihat langsung kasus Cheesy yang saat ini sudah di tangani oleh unit PPA (Perlindungan perempuan dan anak). Langit ingin memastikan orang yang sudah menyakiti anak dari sahabatnya menerima ganjarannya.
"Saat ini status mereka sudah dinaikan menjadi tersangka, pak." Jawab seorang polwan.
"Maaf apa anda keluarga dari korban bernama Cheesy?" Tanya seseorang yang berdiri di belakang Langit.
Langit menoleh dan melihat seseorang yang bisa Ia duga adalah seorang pengacara.
"Iya benar." Jawab Langit.
"Perkenalkan nama saya Yudha Manggala, pengacara dari keluarga Pak Darwin." Ucap laki-laki itu memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya.
Langit tersenyum lalu menjabat tangan laki-laki bernama Yudha itu, dia sudah bisa menebak apa yang akan dilakukan pengacara itu untuk bisa membebaskan Clara.