NOTES!!!!
Cerita ini hanya di peruntukan untuk orang-orang dengan pikiran terbuka!!
Cerita dalam novel ini juga tidak berlatar tempat di negara kita tercinta ini, dan juga tidak bersangkutan dengan agama atau budaya mana pun.
Jadi mohon bijak dalam membaca!!!
Novel ku kali ini bercerita tentang seorang wanita yang rela menjadi pemuas nafsu seorang pria yang sangat sulit digapainya dengan cinta.
Dia rela di pandang sebagai wanita yang menjual tubuhnya demi uang agar bisa selalu dekat dengan pria yang dicintainya.
Hingga tiba saatnya dimana pria itu akan menikah dengan wanita yang telah di siapkan sebagai calon istrinya dan harus mengakhiri hubungan mereka sesuai perjanjian di awal mereka memulai hubungan itu.
Lalu bagaimana nasib wanita penghangat ranjang itu??
Akankah pria itu menyadari perasaan si wanita sebelum wanita itu pergi meninggalkannya??
Atau justru wanita itu akan pergi menghilang selamanya membawa sebagian dari pria itu yang telah tumbuh di rahimnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan Adrian
Pagi harinya Elena merasakan kebas pada kakinya karena seperti tertimpa sesuatu yang berat dari hingga batas pinggangnya. Elena mengerbkan mata menyesuaikan cahaya yang masuk menembus iris matanya.
Tangan tak sengaja menyentuh bagian pinggangnya, namun di sana dia menemukan sesuatu yang keras dan berotot membelit pinggang rampingnya itu.
Elena menoleh ke belakang, menemukan wajah tampan yang sedang terlelap sambil memeluknya. Begitu terkejutnya dia hingga spontan ingin menjauh dari pria yang memeluknya itu.
"Mau kemana?? Aku masih ngantuk, temani sebentar tar lagi!!" Perintah pria itu hingga membuat Elena kembali berbaring dalam dekapannya.
"Kapan kau pulang?? Bukankah seharusnya kau baru kembali besok??"
Adrian tersenyum sinis meski matanya masih terpejam saat ini.
"Apa kau begitu lelah sehingga tidak menyadari kedatangan ku?? Atau mungkin kekalahan setelah semalam menemani pria lain??" Sindir Adrian.
"Apa maksud mu??" Elena berusaha menjauh dari Adrian namun pria itu tidak membiarkan Elena bergerak sedikitpun.
"Aku sudah bilang kepadamu, jangan dekat-dekat dengan pria lain selama masih terikat perjanjian denganku Elena!!" Tegas Adrian kini dengan matanya yang terbuka dan tatapan matanya yang mampu menghujam siapa saja yang ada di depannya.
"Ayolah Adrian!! Aku dan dia hanya sebatas rekan kerja. Lagipula tadi malam juga ada Hary di sana. Kenapa kau jadi mempermasalahkan hal seperti ini?? Di sana tertulis jelas kalau kita tidak berhak mencampuri urusan masing-masing. Kau ingat itu kan??"
Adria terdiam karena dia membenarkan apa yang dikatakan Elena itu. Tapi rasanya dia tetap tidak terima jika Elena dekat dengan pria lain. Jika Elena beralasan hanya demi uang, Adrian akan memberikan lebih dari yang seharusnya, asalkan Elena tidak berhubungan dengan pria lain selain dirinya.
"Lalu kenapa kau memilih pulang lebih dulu meninggalkan ku??" Elena membuang wajahnya ke samping, dia tidak ingin melihat wajah tampan tapi selalu menyakitkan itu.
Adrian tiba-tiba bergerak mengubah posisinya menjadi mengungkung Elena di bawahnya.
"Jawab!!"
"A-aku, tentu saja karena masih banyak pekerjaan yang aku tinggalkan di sini. Lagipula sudah ada wanita yang kau cintai di sana, dia juga pasti akan merawat mu dengan baik kan?? Jadi kau sudah tidak membutuhkan ku lagi, jadi untuk apa aku lama-lama di sana"
Adrian justru menyeringai mendapat jawaban seperti itu dari Elena.
"Kau cemburu makanya kau memilih pulang lebih dulu??" Adrian menatap Elena dengan dalam.
"Buang pikiran konyol mu itu!!" Sahut Elena mencoba mengelak.
"Benarkah?? Aku mengira kau cemburu karena aku memilih tinggal di apartemen Kamila daripada menemanimu di sana"
"Itu kau tau, dasar Adrian b*doh!!" Umpat Elena, tentu saja hanya berani di dalam hatinya.
"Dari tatapan matamu itu, kau seperti sedang mengumpat ku dalam hati mu" Ucapan Adrian itu membuat Elena kegelapan dan menghindari tatapan Adrian.
"Kenapa kau pulang-pulang aneh sekali Adrian. Menyingkir!! Aku mau mandi!!" Elena mendorong dada Adrian agar menjauh namun usahanya itu hanyalah sia-sia.
"Apa mau mu??" Tanya Elena melihat sorot mata yang berbeda dari Adrian.
"Tentu saja kau tau apa mau ku sayang"
Elena merinding mendapatkan panggilan sayang. Elena tau apa yang Adrian inginkan jika sudah memanggilnya seperti itu.
"Tapi aku belum mandi, aku belum gosok gigi Adrian!!"
"Tidak masalah"
Cup..
Adrian langsung meraup bibir Elena dengan gemas. Sudah dua hari dia menganggur tak ada yang memanjakannya. Sekarang giliran Elena membayar lunas karena telah membiarkan Adrian menahan h*sratnya kemarin.
"Aku merindukan mu sayang" Lirih Adrian di tangan ciuman mereka.
Sontak ucapan Adrian itu membuat Elena merasa senang. Akhirnya Adrian menganggap keberadaannya. Elena berpikir jika dirinya mulai memasuki hati dan pikiran Adrian.
"Aku merindukan belaian mu, aku juga merindukan kau yang pintar memuaskan ku"
Deg...
Bagaikan di bawa terbang ke atas langit, lalu di hempasan lagi ke bumi tanpa belas kasih. Elena telah salah menafsirkan ucapan Adrian. Ternyata Adrian hanya merindukannya sebatas itu. Bukan rindu atas dasar perasaan seorang pria kepada wanita yang dia cintai.
Elena mengatupkan bibirnya hingga membuat mata Adrian terbuka padahal dia sedang menikmati ciuman mereka berdua.
"Ada apa El??"
"Maaf Adrian, aku sedang datang bulan"
Wajah Adrian berubah layu saat ini, kekecewaan tergambar jelas di wajah tampannya. Dia menyingkirkan tubuh berototnya dari atas Elena. Ambruk begitu saja di samping Elena.
"Maaf, aku lupa memberitahumu" Elena mengusap pipi Adrian dengan lembut.
"Tapi bisa kan kau puaskan aku dengan cara lain??" Pinta Adrian penuh harap. Dia sudah menahannya selama dua hari, jadi sangat sulit untuknya menahan rasa itu lagi.
Elena memang kecewa dengan Adrian karena ucapannya tadi. Tapi dia lebih merasa kasihan kepada Adrian yang begitu mendambakan pergulatan panas itu.
"Iya tapi nanti, sekarang kita harus pergi ke kantor"
"Tapi El, aku sudah menahannya selama dua hari. Apa kau tidak kasihan kepada ku?? Apa perlu aku mencari wanita lain??" Ucap Adrian dengan frustasi.
"Dua hari?? Bukankah kau selalu bersama Kamila?? Apa kau tidak melakukan itu dengannya??"
"Dia tidak mau, kau harus tau kalau dia wanita baik-baik, tidak seperti dirimu. Dia tidak mau melakukan itu sebelum kita menikah. Apa yang terjadi antara aku dan dia hanyalah sebatas ciuman saja"
Cerita Adrian itu membuat Elena merasa bahagia. Padahal Elena sempat berpikiran yang tidak-tidak saat Adrian memilih tidak pulang ke hotel malam itu. Berarti, selama perjanjian mereka itu, Adrian hanya berhubungan dengannya saja. Itulah yang membuat Elena sedikit lega saat ini.
"Benar, dia memang wanita baik Adrian. Jadi sebenarnya apa yang kau lakukan selama ini itu salah. Bagaimana mungkin wanita sebaik itu akan mendapatkan pria yang telah mencicipi banyak wanita sebelumnya" Cibir Elena, dia juga merasa sakit hati karena dibandingkan dengan Kamila.
Adrian justru terkekeh mendengar cemoohan dari Elena itu.
"Kau jangan sok suci Elena. Kelak saat perjanjian kita berakhir, aku tetap akan menikah dengan Kamila. Sedangkan dirimu?? Apa ada pria yang mau menerima wanita sepertimu?? Wanita yang telah selesai di pakai orang lain??"
Bagaikan boomerang yang telah di lempar Elena, kini cemoohan itu kembali menyerang dirinya sendiri. Adrian benar-benar membalikkan semuanya kepada Elena.
"Mudah saja, jika tidak ada yang mau menerimaku , aku tinggal membuat perjanjian seperti ini lagi dengan pria kaya di luar sana. Aku rasa tidak akan ada yang menolak jika melihat bagaimana cara ku memuaskannya"
Bodohnya Elena mengeluarkan kata-kata yang membuatnya semakin rendah di mata Adrian. Dia seperti tidak bisa mengontrol lidahnya sendiri untuk terus berbohong.
"Aku sungguh tidak percaya dengan ucapan mu itu El. Kau seperti bukan Elena yang ku kenal" Adrian menatap Elena dengan tatapan yang sangat susah di artikan.
...sungguh cerita author bnyk yg bikin nangis
dia hanya emosi krn elena tidak bisa jujur
dia hanya pura ² lugu saja biar kelihatan baik