NovelToon NovelToon
ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Non Mey

Amira kira setelah menikah hidupnya akan bahagia tapi ternyata semua itu tak sesuai harapan. Ibu mertuanya tidak menyukai Amira, bukan hanya itu setiap hari Amira hanya dijadikan pembantu oleh mertua serta adik iparnya. Bahkan saat hamil Amira di tuduh selingkuh oleh mertuanya sendiri tidak hanya itu setelah melahirkan anak Amira pun dijual oleh ibu mertuanya kepada seorang pria kaya raya yang tidak memiliki istri. Perjuangan Amira begitu besar demi merebut kembali anaknya. Akankah Amira berhasil mengambil kembali anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Non Mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehilangan Anak

Beberapa hari lalu Nia uring-uringan karena belum juga melahirkan, dan tanpa dia ketahui kalau akhir-akhir ini tidak ada lagi gerakan bayi yang dia rasakan. Dan benar saja pagi itu Nia merasakan perutnya sakit dia pikir kalau masa bersalin akan segera tiba, nyatanya harapannya kini telah hancur berkeping-keping.

Nia terbaring lemah di ruang perawatan setelah menjalani operasi. Matanya kosong, menatap langit-langit tanpa ekspresi. Ia tidak hanya kehilangan bayinya, tetapi juga merasakan luka mendalam akibat ketidakpedulian keluarganya sendiri.

Angga duduk di sudut ruangan rumah sakit, kepalanya tertunduk. Dokter telah menjelaskan bahwa bayi mereka meninggal karena keracunan air ketuban. Sebuah kesalahan fatal yang sebenarnya bisa dihindari jika Nia mau mengikuti saran dokter untuk segera melakukan operasi saat waktunya sudah lewat.

"Angga, maafkan aku..." suara lemah Nia akhirnya terdengar, pecah oleh isak tangis yang selama ini ia tahan.

Angga mendekat, menggenggam tangannya. "Nia, ini bukan salahmu. Kita sama-sama lalai. Aku juga salah karena terlalu sibuk dan tidak peka."

Namun dalam hati, Angga merasakan kekosongan yang begitu besar. Kehilangan bayi yang belum sempat ia lihat dunia ini adalah luka yang tak mudah sembuh.

Ratna, yang biasanya lantang dalam segala hal, kini hanya bisa diam di samping Nia. Air matanya menetes perlahan, menyesali banyak hal yang telah terjadi. Ia tahu dirinya juga memiliki andil dalam tragedi ini.

"Aku kehilangan cucuku, Angga," kata Ratna akhirnya, suaranya bergetar.

Angga menatap ibunya tanpa ekspresi. Ia bingung harus berbuat apa sekarang, dia hanya bisa diam.

Saat kedua orang tua Nia datang ke rumah sakit, Nia sempat berharap mereka akan menghibur atau setidaknya memberi dukungan. Namun yang ia dapatkan adalah kata-kata dingin dan penuh penghinaan.

"Kami hanya datang untuk mengingatkanmu bahwa ini semua akibat keputusanmu sendiri. Kamu menikah dengan lelaki yang tidak sepadan, dan lihat apa yang kamu dapatkan, Nia" ucap ibunya tanpa rasa empati.

"Kami sudah katakan dari awal. Dan jangan harap kami akan peduli," tambah ayahnya sebelum berbalik meninggalkan ruangan.

Nia hanya bisa menangis. Dunia seolah runtuh baginya. Tidak ada cinta, tidak ada dukungan, hanya kesedihan yang semakin dalam.

Sementara itu kabar duka ini akhirnya sampai ke telinga Amira melalui Loli, yang masih sering mengunjungi kontrakan Amira. Loli terlihat gelisah, tidak tahu bagaimana menyampaikan kabar itu.

"Kak Amira, aku tahu ini mungkin bukan urusan Kakak lagi, tapi..." Loli menarik napas panjang sebelum melanjutkan. "Bayi Nia meninggal sebelum dilahirkan. Dokter bilang karena keracunan air ketuban."

Amira tertegun. Meski merasa Nia telah banyak menyakitinya, ia tidak pernah mengharapkan hal seperti ini terjadi. "Aku turut berduka," jawab Amira pelan.

"Tapi, Kak Amira... aku khawatir dengan Kak Angga. Dia terlihat sangat terpukul," tambah Loli.

Amira hanya terdiam. Rasa simpati mulai muncul, tetapi ia juga tahu bahwa dirinya kini adalah orang luar dalam kehidupan Angga.

Reza yang juga mendengar berita itu dari Loli langsung mendekati Amira yang termenung setelah mendengar kabar dari Loli, Reza mencoba menghiburnya. "Kak Amira, kamu udah melakukan yang terbaik untuk hidupmu. Jangan biarkan rasa simpati itu membebani dirimu lagi."

Amira tersenyum tipis. "Aku tahu, Reza. Tapi entah kenapa aku merasa kasihan pada mereka."

Reza menepuk bahunya lembut. "Karena Kak Amira adalah orang baik. Tapi ingat, kebaikan Kakak nggak boleh membuat Kakak lupa pada orang yang sudah menyakitimu."

Hari-hari berlalu, tetapi suasana di rumah Angga tidak pernah sama. Nia masih berjuang menerima kenyataan, sementara Angga mulai mempertanyakan kembali semua keputusan yang telah ia ambil.

Amira yang merasa turut berduka dengan sengaja datang ke rumah mantan Mertuanya itu hanya untuk melihat keadaan Nia yang masih terbaring diatas kasur dengan keadaan yang menyedihkan.

Kedatangan Amira, anaknya dan Reza disambut tuduhan oleh Ratna, namun segera disambut hangat oleh Angga.

"Kenapa kalian datang kesini? Pasti kalian ingin menertawakan kami kan?" tanya Ratna dengan mata melotot.

"Bukan, Bu. Kami hanya ingin melihat keadaan Nia aja," sahut Amira.

"alah, bilang aja kalian mau pamer kalau anak kalian lahir dengan selamat dan sehat kan?" tanya Ratna lagi sebelum mempersilahkan Amira masuk.

"Sudah ku bilang, Kak. Kita datang kesini pasti hanya untuk mendengar ocehan orang tua satu ini," ucap Reza.

mendengar hal tersebut Ratna langsung mencoba untuk mengusir Amira dn Reza.

"Pergi, kalian. Kalau hanya membuat rusuh lebih baik pergi!"

Belum sempat mereka pergi, Angga segera keluar dan menyuruh mereka masuk kedalam.

"Ibu apa-apaan sih? Mereka ini tamu hargai mereka, silakan masuk," ajak Angga sambil melihat Amira dan anaknya itu.

Betapa terharunya Angga saat melihat anak Amira yang begitu sehat dan tampan. Wajahnya sangat mirip dengan Amira sendiri.

"Selamat, Amira. Sekarang kamu menjadi seorang Ibu yang sangat kuat," batin Angga.

Amira dan Reza segera masuk untuk melihat keadaan Nia, tapi kedatangan mereka malah di cerca dengan berbagai kata kasar.

"Pergi kalian! Aku nggak butuh kehadiran kalian di sini! Aku yakin kalian sengaja datang kesini untuk menertawakan keadaan ku, kan? Dan kamu Amira kamu kira bisa menyaingi aku walaupun aku kehilangan anakku? tidak akan, aku akan tetap unggul dari pada kamu wanita miskin!" bentak Nia.

Amira hanya bisa menggelengkan kepal melihat Nia yang sepertinya stres berat karena telah kehilangan anaknya.

"Nia,jangan berbicara seperti itu. Mereka datang kesini karena mereka perduli padamu," jelas Angga.

"Aku nggak perduli dan nggak pernah meminta mereka untuk perduli padaku, usir mereka sekarang," teriak Nia memekakan telinga.

Dengan terpaksa Amira dan Reza pergi dari sana karena tidak ingin membuat Nia semakin marah.

"Maafkan sikap, Nia ya? Dia hanya terpukul saat ini," kata Angga tidak ingin membuat Amira dan Reza tidak nyaman.

"Tidak apa, berikan Nia dukungan terus, Mas. menjadi wanita itu kadang memang tidak mudah," sahut Amira sebelum pergi.

Akhirnya Amira dan Reza benar-benar pergi setelah dirasa telah selesai bertemu dengan Nia, walaupun mendapatkan penolakan.

Sementara itu Ratna, yang merasa hidupnya semakin hampa tanpa kehadiran cucu, mulai dikuasai pikiran gelap. Setiap kali ia melihat Amira hidup tenang bersama bayinya, ia merasa iri dan dendam. Ia ingin membuat Amira hidup dengan tidak tenang, Ratna ingin Amira juga merasakan sebuah kehilangan.

Ratna mulai mencari informasi tentang siapa yang mungkin tertarik untuk "mengadopsi" bayi secara ilegal. Melalui kenalan lama di pasar gelap, ia diperkenalkan dengan seorang pria bernama Pak Wijaya, tangan kanan dari seorang pria kaya bernama Bram.

Pak Wijaya memberikan penawaran "Jika Ibu bisa memberikan bayi sehat, bosku akan membayar dengan harga yang besar. Tidak ada pertanyaan soal asal-usul bayi itu."

Ratna langsung menyetujuinya. Baginya, ini adalah solusi dari semua masalah. Ia akan mendapatkan uang besar, dan Bram akan mendapatkan bayi yang diinginkannya.

Ratna mulai mengintai kontrakan Amira. Ia memperhatikan rutinitas Amira setiap hari, mencatat kapan Reza dan Bu Sari datang, kapan Amira sibuk, dan kapan kontrakan itu kosong.

“Waktunya harus tepat,” pikir Ratna. Ia tahu, jika sampai ketahuan, hidupnya akan hancur.

Pada suatu malam, ketika Amira terlihat kelelahan setelah seharian mengurusi bayinya dan bayinya sedang tertidur lelap, Ratna memutuskan untuk melancarkan aksinya.

Dengan menggunakan kunci duplikat yang ia buat tanpa sepengetahuan siapa pun, Ratna berhasil masuk ke dalam kontrakan tanpa suara. Ia melihat bayi Amira tidur di dalam boks kecilnya. Perlahan, Ratna mengangkat bayi itu dan membungkusnya dengan selimut.

“Aku akan memastikan kamu hidup lebih baik,” bisik Ratna dengan suara pelan, meskipun dalam hatinya ia tahu semua ini hanya untuk kepentingannya sendiri.

Ratna berhasil membawa bayi itu keluar tanpa ada yang menyadarinya. Ia segera menemui Pak Wijaya di lokasi yang telah disepakati. Transaksi pun berjalan lancar. Bayi itu diserahkan, dan Ratna mendapatkan sejumlah uang tunai yang sangat besar.

"Pastikan bosmu nggak bertanya apa pun tentang bayi ini," kata Ratna sambil menerima uangnya.

"Jangan khawatir, Ratna. Bos ku hanya ingin bayi ini. Urusan yang lain biar aku yang mengambil alih," jawab Pak Wijaya sambil membawa bayi itu pergi.

Ratna pulang dengan hati yang bercampur aduk. Ia merasa lega karena berhasil melancarkan aksinya, tetapi juga sedikit takut jika perbuatannya suatu saat terbongkar.

Pagi harinya, Amira bangun dengan perasaan campur aduk. Ia melihat ke arah boks bayinya, namun kosong.

"Reza! Reza!" teriak Amira panik.

Reza yang sedang berada di kamar sebelah langsung berlari masuk. "Ada apa, Kak Amira?"

“Bayi... bayiku hilang! Arka nggak ada di sini!”

Reza segera memeriksa seluruh kontrakan, tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan bayi itu. Amira menangis histeris, sementara Reza langsung menghubungi polisi dan Bu Sari.

Sementara itu, Ratna berpura-pura tidak tahu apa-apa. Ia tetap menjalani harinya seperti biasa, bahkan berusaha bersikap simpatik kepada Amira ketika mendengar berita penculikan bayi itu.

Bayi Amira kini berada di tangan Bram, pria kaya yang menginginkan anak. Bram terlihat bahagia ketika melihat bayi itu, percaya bahwa ia akhirnya memiliki "keturunan" yang akan mengisi kehampaan hidupnya.

Namun, apa yang tidak diketahui oleh Bram adalah, kejahatan ini telah menciptakan luka mendalam bagi Amira, yang bertekad untuk mencari anaknya sampai kapan pun.

Sementara itu, Ratna merasa aman. Tidak ada yang mencurigainya, dan ia yakin semua jejak telah ia hapus dengan sempurna. Namun, ia tidak menyadari bahwa kebohongan dan kejahatan memiliki cara untuk kembali menghantui siapa pun yang melakukannya.

1
Aini Qu
Lumayan
Sri Wahyuni
bagus karya ini,.... ini realisasi kehidupan nyata
Non Mey: Makasih Kakak 🩷
total 1 replies
karya yang bagus, semoga kedepannya Amira punya keberanian untuk melawan mertuanya.gedek juga lihatnya
sangat keren
lanjutkan kakak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!