NovelToon NovelToon
Transisi

Transisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:553
Nilai: 5
Nama Author: Ida Riani

cerita tentang perubahan para remaja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

"Apakah titin membawa putrinya" tanya lian.

"Dia ingin aku membantunya menemukan sekolah untuk anaknya, wanita itu benar-benar...." ucap pak hari menggantung

"Dia seharusnya langsung mengatakan padamu, kamu dan rangga sudah tidak ada hubungan dengannya" ucap lian.

"Dia benar-benar tidak melihatmu sebagai orang luar, apa yang akan aku katakan pada titin?, tapi, neneknya rangga ibunya, hubungan ini benar-benar tidak bisa putus" ucap pak hari lagi.

"Itu benar, kamu sudah memberitahu rangga?" Tanya lian.

"Bagaimana ya, tidak ada yang ingin aku katakan pada titin, jadi apa yang harus aku katakan pada rangga?, lupakan saja, kita tidak harus memberitahunya" Jawab pak hari.

Dirumah rangga, ia baru saja selesai mandi, ia duduk di kursi dengan santai, menatap ke arah meja ada satu mangkuk mie ayam yang masih hangat dan diskursi ada jihan dan zidan yang juga duduk dengan santai.

"Bawa kembali aku tidak lapar" ucap rangga.

"Makanlah, ayah menambahkan telur khusus untukmu" pinta jihan.

"Aku tidak mau makan, sudah gosok gigi" ucap rangga.

"Hei, kamu bilang ibumu.... " ucap zidan tidak melanjutkan ucapannya karena kakinya diinjak oleh jihan.

"Sorry, aku membicarakan mami titin, aaapa yang harus disembunyikan?" ucap zidan lagi sambil meringis kesakitan karena jihan mencubit lengannya.

"Setidaknya ibunya meninggalkan dia setelah bercerai" ucap zidan kesal.

" Ibuku?, dia meninggalkan ku setelah menelantarkan diriku, bukankah sebelumnya kamu tidak mau membicarakannya, dia dan aku hanyalah orang asing sekarang, aku tidak mau mendengar kabarnya" ucap rangga menjelaskan.

"Betul itu" sahut jihan membenarkan.

"Apanya yang betul?"tanya zidan.

"Aku beritahu, suatu hari nanti, ibumu akan datang dan memintamu untuk kembali padanya" ucap zidan.

"oiya, aku sudah kehilangan kasih sayang dari seorang ibu, aku tidak mungkin kembali padanya" jawab rangga.

"ha ha ha, meskipun kau kamu kehilangannya kasih sayang dari seorang ibu, tapi kau tidak kehilangan kasih sayang dari dua orang ayah" ucap jihan bersemangat.

Namun seketika gadis itu meringis kesakitan dan memegangi pipinya.

"Ada apa?" tanya zidan.

"sakit?" jawab jihan.

"Jangan bergerak, biar aku lihat" ucap rangga kemudian mengambil senter untuk melihat bagian gigi jihan yang sakit.

"Tidak ada gigi yang berlubang, mungkin gigi bungsumu sedang tumbuh dan mungkin sedikit sakit" ucap rangga memastikan tdak ada gigi yang berlubang dan meletakkan kembali senter ke meja.

"Kenapa kamu bisa yakin, kamu bahkan bukan dokter?" ucap zidan.

"Coba biar aku lihat" ucap zidan menyuruh jihan untuk membuka mulutnya lagi.

Hal itu mendapat penolakan dari jihan dan menepis tangannya agar tidak memaksanya membuka mulut.

"Jika kamu tidak tahu, bacalah buku tentang gigi dan gusi, minta ayah untuk obat anti radang, dan pastikan kamu menyikat gigi dengan benar dua kali sehari" nasehat rangga.

"Iya, baiklah" jawab jihan lemas.

"Sekarang kalian cepat pulang, aku istirahat" ucap rangga.

"Ayo pulang" ajak zidan pada jihan.

"Tidak mau kecuali, kakak mau menghabiskan mi ayam terlebih dahulu" ucap jihan tidak mau pergi dan masuk kamar rangga.

"Jihan, jangan begitu cepat pergi" perintah rangga sambil mengejar gadis itu.

"Tidak, aku tetap tidak akan pergi sebelum kakak makan terlebih dahulu" ucap jihan kemudian naik ke tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Sudahlah, makan saja mie ayamnya, sini aku suapin" ucap zidan mengambil mangkok berisi mi ayam dan ikut masuk ke kamar rangga kemudian duduk di kursi belajar rangga.

"Aku makan sendiri" ucap rangga menyambar mangkok dari tangan zidan kemudian duduk di tepi tempat tidur dan mulai memakan mie ayam dengan perlahan.

"Kakak, bau selimutmu seperti dirimu, aromanya sangat menakjubkan" ucap jihan mengendus-endus aroma selimut rangga.

"Uhuk-uhuk" rangga terasa tersedak kemudian bangkit dan meletakkan mangkok mie ayam ke meja dan memaksa gadis itu pergi dari tempat tidurnya.

"Sudah berapa kali aku bilang, jangan tidur di tempat tidurku?, kamu mengerti?" ucap rangga tegas.

"Apa masalahnya?" ucap jihan tidak terima.

"Jika kamu melakukan lagi, apalagi tidur di kamar zidan, aku akan memukulmu" ancam rangga.

" Baiklah, aku tidak akan melakukan lagi, apa salahnya aku tidur di kamar kamu dan kamar kak zidan, apa ada emasnya di kamar tidur?, dasar tidak jelas" ucap jihan kesal kemudian melangkah pergi, namun ia kembali untuk mengambil mangkok mie ayam yang belum habis dimakan rangga.

"Semoga kamu kelaparan" ucapnya lagi kemudian meninggalkan kamar dan pulang ke rumah dengan perasaan sedikit kesal.

"Kenapa kamu kasar dengannya, dan mengusir dari tempat tidurmu, dia hanya anak kecil menurutku" tanya zidan heran.

"Dia sudah dewasa, sudah berumur enam belas tahun, mestinya kamu paham hal itu" Jawab rangga kemudian merapikan tempat tidurnya.

"Baiklah, aku paham, kalau begitu, mulai sekarang aku akan mencuci kamar kalau mau istirahat, bagaimana" ucap zidan

"Bagus kalau paham" jawab rangga.

"Selamat istirahat, aku juga mau istirahat" ucap zidan kemudian keluar dari kamar rangga dan kembali pulang.

Keesokan harinya bu cici mengantar mia berangkat ke sekolah dengan mengendarai mobilnya.

"Terimakasih, aku sudah sangat merepotkanmu, ketika sudah selesai, aku akan mentraktirmu makan, assalamualaikum" ucap bu cici pada seseorang dari sambungan teleponnya.

Kemudian bu cici memberi isyarat pada mia, agar memutus sambungan telepon pada ponselnya

"Aku hanya satu hari libur di hari Minggu dan aku masih harus mengerjakan tugas" gerutu mia pada ibunya karena dihari libur ia tetap disuruh ibunya untuk belajar.

"Aku harus mengenalkanmu pada teman ibu, agar kamu bisa masuk ke kelas matematika ini, muridnya berhasil masuk ke universitas terbaik tahun lalu, kamu lemah di pelajaran matematika, kamu bahkan salah menjawab tiga soal saat ujian" ucap bu cici.

"Guru matematika memberikan kami soal yang salah, yang itu adalah tingkat senior" jawab mia.

"Lalu bagaimana bisa yeni mendapatkan nilai sempurna?" ucap bu cici bertanya.

"Kedepannya, kamu harus berteman dengan murid seperti yeni, bukan berteman dengan murid seperti jihan, aku tidak punya permintaan atas teman-temanmu, tapi kamu harus memilih teman yang memiliki prestasi, dengan begitu kamu bisa saling mempengaruhi secara positif" nasehat bu cici.

"Iya, dulu aku biasa mendiskusikan pelajaran dengan yeni" ucap mia lirih.

"Syukurlah kalau begitu, kamu memang anak yang baik dan penurut" ucap bu cici sambil tersenyum bangga.

"Oke, untuk ulang tahunmu, ibu akan memberimu hadiah, kamera digital!"ucap bu cici pada mia.

"Serius, terimakasih bu!" jawab mia antusias.

"Tapi ibu punya satu syarat, ujian selanjutnya kamu harus bisa mengalahkan yeni, bahkan waktu masih SMP kamu bisa juara kedua dikelas, pertahanan itu dan kalau bisa, kamu harus menjadi yang pertama" ucap bu cici

"Baik bu" jawab mia lemas karena dituntut untuk menjadi yang terbaik disekolah.

"Alhamdulillah, sudah sampai, jangan lupa belajar dengan baik" ucap bu cici sesampainya mereka di depan sekolah.

"Iya, bu" ucap mia kemudian mencium tangan bu cici dan turun dari mobil.

Bersambung

1
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca.
Ditunggu komentarnya.
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca /Good/
Idar
Selamat Membaca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!