Xin Lian, seorang dukun terkenal yang sebenarnya hanya bisa melihat hantu, hidup mewah dengan kebohongannya. Namun, hidupnya berubah saat seorang hantu jatuh cinta padanya dan mengikutinya. Setelah mati konyol, Xin Lian terbangun di dunia kuno, terpaksa berpura-pura menjadi dukun untuk bertahan hidup.
Kebohongannya terbongkar saat Pangeran Ketiga, seorang jenderal dingin, menangkapnya atas tuduhan penipuan. Namun, Pangeran Ketiga dikelilingi hantu-hantu gelap dan hanya bisa tidur nyenyak jika dekat dengan Xin Lian.
Terjebak dalam intrik istana, rahasia masa lalu, dan perasaan yang mulai tumbuh di antara mereka, Xin Lian harus mencari cara untuk bertahan hidup, menjaga rahasianya, dan menghadapi dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah dia bayangkan.
"Bukan hanya kebohongan yang bisa membunuh—tapi juga kebenaran yang kau ungkap."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Jejak Masa lalu yang Terkubur
Xin Lian melangkah memasuki istana dengan langkah mantap, meskipun jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Bayangan samar pria tua di gerbang kematian melintas di benaknya. Ia tidak bisa mengingat apa yang dikatakan pria itu, tetapi nama Pangeran Ketiga seolah membangkitkan sesuatu yang terkubur jauh di dalam ingatannya.
Namun, seperti biasa, Xin Lian tidak menunjukkan kelemahannya. Wajahnya tetap dihiasi senyum tipis yang sombong, membuat siapa pun yang melihatnya sulit menebak apa yang sebenarnya ia pikirkan.
Di sepanjang lorong istana, para pelayan dan pejabat yang berpapasan dengannya melirik dengan penuh rasa ingin tahu. Bagaimana mungkin seorang dukun dari pasar, meskipun cantik, bisa berjalan dengan begitu angkuh di tempat yang penuh dengan intrik ini?
Ketika mereka tiba di depan pintu besar yang dihiasi ukiran naga emas, pria berjubah emas yang mengantarnya berhenti. Ia menoleh ke arah Xin Lian, matanya penuh peringatan.
"Pangeran Ketiga sedang menunggu. Ingatlah, satu kesalahan kecil saja, dan nyawamu bisa menjadi taruhannya."
Xin Lian hanya tersenyum kecil, lalu melangkah masuk tanpa ragu. "Kita lihat siapa yang sebenarnya akan membuat kesalahan," gumamnya pelan, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri.
***
Xin Lian melangkah masuk ke dalam ruangan yang gelap dan sunyi, hanya diterangi lentera merah yang bergoyang pelan. Suasana di dalamnya terasa berat, seolah udara penuh dengan bisikan kutukan yang tak kasat mata. Di tengah ruangan, seorang pria muda terbaring di ranjang besar yang dihiasi tirai sutra. Wajahnya tampan, tetapi pucat seperti kertas, napasnya tersengal-sengal, nyaris seperti embusan terakhir seorang manusia yang berjuang melawan ajal.
Namun, yang membuat Xin Lian tertegun adalah dua entitas yang melingkupi tubuh pria itu. Bayangan hitam pekat melayang-layang di atasnya, berputar seperti ular yang kelaparan, sementara cahaya putih lembut membungkus tubuh sang pangeran, melindunginya dari sentuhan kegelapan. Aura keduanya bertolak belakang, tetapi sama-sama menguasai ruangan dengan kekuatan yang membuat bulu kuduk Xin Lian meremang.
Saat ia melangkah lebih dekat, tiba-tiba bayangan hitam itu berputar cepat, seperti menyadari kehadirannya. Dalam sekejap, bayangan itu meluncur ke arahnya dengan kekuatan yang mematikan.
“Aaahh!” Xin Lian memekik saat tubuhnya terselimuti kegelapan. Rasanya seperti ribuan jarum menusuk kulitnya, membakar setiap inci tubuhnya dengan rasa sakit yang tak tertahankan. Lututnya goyah, keringat dingin mengalir deras dari dahinya, dan napasnya tersengal-sengal.
Bayangan putih yang melindungi Pangeran Ketiga tiba-tiba bergerak, memancar lebih terang, memaksa bayangan hitam itu mundur. Namun, kerusakan sudah terjadi—Xin Lian jatuh ke lantai, tubuhnya terkulai lemah, kesadarannya perlahan memudar.
***
Xin Lian terbangun dengan kepala yang berat dan tubuh yang terasa seperti dihantam ribuan palu. Saat ia membuka matanya, pemandangan jeruji besi dan dinding batu lembap menyambutnya.
“Penjara?” gumamnya, suaranya serak. Ia mengedarkan pandangannya, mencoba memahami situasi. Namun, rasa sakit di tubuhnya dan kejadian terakhir yang ia ingat—bayangan hitam menyerangnya—membuat pikirannya kacau.
Ia memijat pelipisnya, tetapi seketika gambaran samar muncul di benaknya. Wajah seorang pria yang terbaring di ranjang, tubuhnya penuh luka, dan suara samar yang tak bisa ia pahami. Ada rasa sakit yang menusuk dadanya, tetapi ia tidak tahu dari mana asalnya.
"Apa ini?" bisiknya, bingung. Namun, sebelum ia bisa memikirkan lebih jauh, langkah kaki terdengar mendekat.
Pintu penjara terbuka, dan sosok yang ia kenali langsung masuk. Pangeran Ketiga berdiri di sana, mengenakan jubah emas dengan bordir naga, wajahnya dingin seperti es. Matanya yang tajam menatap Xin Lian dengan sorot penuh kecurigaan.
"Jadi, ini dukun gadungan yang katanya bisa menyelamatkanku?" katanya dengan nada sinis.
Xin Lian, meskipun tubuhnya masih lemah, langsung mendongak dengan tatapan penuh perlawanan. "Dukun gadungan? Kalau aku gadungan, bagaimana mungkin aku masih hidup setelah menghadapi kutukanmu?"
Pangeran Ketiga menyipitkan matanya, tetapi sudut bibirnya terangkat sedikit, hampir seperti senyuman. "Mungkin kau hanya beruntung. Atau mungkin kau memang penipu yang terlalu percaya diri."
Xin Lian mendengus, lalu bangkit perlahan meskipun rantai berat membelenggu tangannya. "Pangeran Ketiga, kau benar-benar pria yang menyebalkan. Tidak cukupkah aku hampir mati karena mencoba membantumu? Sekarang kau malah melemparku ke penjara seperti ini?"
Pria itu mendekat, berdiri hanya beberapa langkah darinya. Tatapannya tetap dingin, tetapi ada kilatan penasaran di matanya. "Bantu? Apa yang sebenarnya kau lakukan? Kutukan itu masih ada, dan kau tidak memberikan solusi apa pun."
Xin Lian melangkah maju, mendekati jeruji penjara. Meskipun terbelenggu, ia tetap menatapnya dengan penuh keberanian. "Aku sudah memberimu waktu, Pangeran Ketiga. Kalau bukan karena aku, mungkin kau sudah mati sekarang."
Mata Pangeran Ketiga menyipit. "Waktu? Apa maksudmu?"
Xin Lian tersenyum tipis, tetapi ada rasa frustrasi di baliknya. "Kau terlalu sombong untuk mengerti. Tapi lihat saja, Pangeran Ketiga, aku akan membuktikan bahwa aku lebih dari sekadar dukun pasar yang kau sebut gadungan. Dan ketika saat itu tiba, aku akan memastikan kau menyesal pernah memperlakukanku seperti ini."
Pangeran Ketiga mengangkat alis, hampir terhibur oleh keberanian wanita itu. "Kau cukup berani untuk seseorang yang berada di dalam penjara."
"Dan kau cukup pengecut untuk seseorang yang mengandalkan dukun gadungan," balas Xin Lian cepat, membuat pria itu terdiam sejenak.
Untuk pertama kalinya, sudut bibir Pangeran Ketiga benar-benar melengkung membentuk senyuman kecil. "Kau menarik," katanya pelan, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri.
Namun, sebelum Xin Lian bisa membalas, ia berbalik dan berjalan keluar dengan langkah tenang, meninggalkan wanita itu yang masih berdiri di balik jeruji, menatap punggungnya dengan tatapan kesal.
"Dasar pria menyebalkan," gumam Xin Lian, tetapi ada senyum tipis di wajahnya. "Pangeran Ketiga, lihat saja. Aku akan menghitung ini padamu."
Ia menghela napas, bersiap untuk duduk kembali, tetapi tiba-tiba sesuatu menarik perhatiannya. Di lantai penjara yang dingin, sebuah simbol samar mulai muncul, berpendar dengan cahaya redup.
Xin Lian menatapnya dengan mata melebar. "Apa ini...?" bisiknya. Namun sebelum ia bisa mendekat, simbol itu perlahan menghilang, meninggalkan perasaan ganjil di hatinya.
Di luar penjara, Pangeran Ketiga berhenti sejenak, tangannya menggenggam sesuatu di balik jubahnya. Sebuah liontin kecil dengan ukiran yang sama dengan simbol di lantai penjara tadi. Matanya menyipit, tatapannya dingin, tetapi bibirnya bergerak tanpa suara.
"Xin Lian... siapa sebenarnya kau?"
***
Rahasia yang Tersembunyi
Xin Lian mengamati lantai penjara dengan penuh kewaspadaan, tetapi simbol aneh yang tadi muncul sudah benar-benar lenyap. Ia menggigit bibirnya, mencoba mengingat detail samar yang ia lihat, tetapi ingatannya terasa kabur.
"Apa-apaan ini? Kutukan, simbol aneh, dan sekarang penjara. Hidupku benar-benar kacau," gumamnya sambil mendudukkan diri di sudut ruangan.
Namun, pikirannya kembali pada Pangeran Ketiga. Ada sesuatu yang ganjil tentang pria itu—bukan hanya kutukan yang melingkupinya, tetapi juga tatapan dingin yang seolah menyimpan rahasia besar.
"Dia tidak tahu siapa aku," bisiknya pelan, lalu menggeleng cepat. "Tidak, aku sendiri bahkan tidak tahu siapa aku di tempat ini."
Di luar penjara, Pangeran Ketiga berjalan melewati lorong istana dengan langkah tenang. Namun, pikirannya penuh dengan gambaran Xin Lian. Perempuan itu tidak hanya aneh, tetapi juga mengganggu pikirannya dengan cara yang tak bisa ia jelaskan.
Tangannya meremas liontin kecil di saku jubahnya, sebuah benda yang ia temukan secara tak sengaja beberapa tahun lalu di medan perang. Ukirannya mirip dengan simbol yang muncul di lantai penjara tadi, dan entah bagaimana, ia merasa ada kaitan antara liontin itu dan Xin Lian.
“Bagaimana mungkin dia tahu sesuatu tentang kutukan ini?” gumamnya pelan, matanya menatap kosong ke kejauhan.
***
Di Dalam Penjara
Malam semakin larut, dan udara dingin menyelimuti ruangan. Xin Lian yang awalnya kesal, kini merasa lelah. Namun, sebelum ia benar-benar terlelap, suara langkah kaki yang mendekat membangunkannya.
Pangeran Ketiga muncul di depan jeruji penjara, membawa lentera kecil yang memancarkan cahaya hangat.
"Belum tidur?" tanyanya dengan nada dingin, tetapi ada sedikit ketertarikan dalam suaranya.
Xin Lian mendongak, matanya memandang pria itu dengan sinis. "Bagaimana mungkin aku bisa tidur dengan nyaman di tempat seperti ini? Atau mungkin kau ingin memastikan aku tidak kabur?"
Pangeran Ketiga tersenyum kecil, meskipun senyumnya lebih mirip ejekan. "Kau tidak memiliki kemampuan untuk kabur dari sini, jadi aku tidak perlu khawatir."
"Ah, benar juga. Pangeran yang sombong selalu merasa di atas segalanya," balas Xin Lian, menyilangkan tangannya.
Mereka saling menatap dalam keheningan, hingga akhirnya Pangeran Ketiga berbicara. "Kau tahu sesuatu tentang kutukan ini, bukan?"
Xin Lian terdiam, tetapi sudut bibirnya terangkat membentuk senyum licik. "Mungkin aku tahu, mungkin juga tidak. Tapi, kau tidak akan mendapatkan jawaban dengan cara seperti ini."
"Kalau begitu, apa yang kau inginkan?"
Xin Lian berpura-pura berpikir, lalu menjawab dengan nada main-main, "Keluar dari penjara ini untuk permulaan. Dan mungkin, sedikit rasa hormat dari seorang pangeran yang berhutang nyawa padaku."
Pangeran Ketiga mendengus, tetapi matanya memancarkan ketertarikan. "Kau benar-benar perempuan yang tidak tahu tempat."
"Dan kau benar-benar pria yang tidak tahu terima kasih," balas Xin Lian cepat.
Pangeran Ketiga terdiam, lalu berkata dengan nada lebih serius, "Kita lihat seberapa berharganya nyawamu untukku, Xin Lian. Jika kau bisa membuktikan dirimu berguna, mungkin aku akan mempertimbangkan permintaanmu."
Xin Lian menatapnya, mencoba membaca pikiran pria itu. Namun, sebelum ia bisa membalas, Pangeran Ketiga berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Xin Lian yang masih duduk di balik jeruji.
Saat keheningan kembali menyelimuti penjara, Xin Lian tiba-tiba merasa dadanya berdenyut aneh. Ia memegang dada kirinya, dan sekelebat gambaran samar kembali muncul di pikirannya—pria yang sama, terbaring hampir mati di medan perang, dan tangannya yang gemetar menyentuh sesuatu yang hangat di dadanya.
"Kenapa aku merasa seperti... aku pernah menyelamatkannya?" gumamnya pelan, matanya memandang kosong ke depan.
Di luar, Pangeran Ketiga berhenti di tengah lorong, memegang liontin itu erat-erat. Ia berbisik, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri.
"Siapa sebenarnya kau, Xin Lian? Dan kenapa aku merasa pernah bertemu denganmu sebelumnya?"
.
.
.
Halo semuanya, Ayo mampir dikarya Author yang lainnya yaa 😘❤️
Every day the crown prince Wants to capture me (Gadis Militer, Cantik, Berani, Pintar dan barbar vs Putra Mahkota, si Akting Ayam Lemah tapi Berperut Hitam)
Shadow Queen : Dance of Deception (Pencuri dan pembunuh Cantik vs Pangeran Kesembilan dan Jenderal)
Rebirth and Redemption (Mantan Aktris, dan sekarang Calon Idol vs Pria Tampan, Seksi, dan Kaya Raya)
Karakter nya ga kalah barbar dari Xinxin loh, mampir Yuksss 💕✌️
awal yg menarik 😍