"Aku pikir, kamu malaikat baik hati yang akan membawa kebahagiaan di hidupku, ternyata kamu hanya orang sakit yang bersembunyi di balik kata cinta. Sakit jiwa kamu, Mas!"
Kana Adhisti tak menyangka telah menikah dengan lelaki sakit jiwa, terlihat baik-baik saja serta berwibawa namun ternyata di belakangnya ada yang disembunyikan. Akankah pernikahan ini tetap diteruskan meski hati Kana akan tergerus sakit setiap harinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Pernikahan Mewah
... - Sesakit apapun kenyatan, jauh lebih sakit saat tahu ada sebuah kebohongan yang ditutupi -...
Ballroom hotel bintang lima tempat resepsi pernikahan diselenggarakan nampak sangat mewah. Rangkaian bunga putih menghiasi hampir di setiap sudut ruang. Harum semerbak wangi bunga langsung memenuhi indra penciuman para tamu undangan. Semua tamu yang hadir kagum dengan dekorasi pernikahan yang digadang-gadang merupakan resepsi pernikahan termewah tahun ini.
Hari ini, Kana Adhisti, seorang artis cantik akan mengikat janji suci dengan Adnan Chaman, seorang politikus muda sekaligus pebisnis sukses yang sangat karismatik. Pernikahan mereka menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat, perpaduan sempurna antara dunia hiburan dan politik.
Kana berdiri di depan cermin, mengamati dirinya dalam balutan gaun pengantin putih yang anggun. Detik-detik menjelang resepsi pernikahan ini membuatnya merasa gugup sekaligus bahagia. Namun, di balik senyum yang terukir di wajahnya, Kana teringat secuil keraguan yang menghantui hatinya saat upacara sakral dilakukan tadi siang. Entah mengapa tiba-tiba perasaan itu menelusup dalam diri Kana seolah menjadi sebuah pertanda namun Kana memilih untuk mengabaikannya. Hari ini adalah hari bahagianya, titik. Kana yakin dengan pilihannya dan ia tak akan mundur lagi.
Pesta pernikahan berlangsung meriah. Tamu undangan dari berbagai kalangan hadir untuk memberikan ucapan selamat kepada pasangan baru secara langsung. Para wartawan dari berbagai media massa berdesakan untuk mendapatkan foto-foto eksklusif. Sorot lampu blitz menyilaukan mata, namun Kana berusaha untuk tetap tenang.
Kana Adhisti berjalan dengan anggun di atas karpet merah dengan dagu yang terangkat dan senyum bahagia di wajahnya. Tangannya menggandeng lengan lelaki tampan nan gagah penuh pesona, Adnan Chaman. Tamu undangan yang hadir terpukau melihat sepasang pengantin yang nampak serasi, cantik dan tampan, seperti menonton adegan di dalam film dimana aktor dan aktris sedang beradu akting. Senyum Kana seakan menghapus semua luka yang beberapa waktu lalu menghinggapi hidupnya. Kana merasa pada akhirnya ia mendapat akhir kisah yang bahagia yakni memulai kehidupan baru dengan pria sangat spesial di dalam hidupnya.
Alunan musik yang dinyanyikan oleh trio diva terkenal di negeri ini membuat suasana pesta semakin meriah. Sungguh pesta pernikahan yang mewah, yang tak akan pernah dilupakan oleh para tamu undangan.
"Kana, kamu terlihat sangat cantik hari ini, Sayang," puji Adnan seraya berbisik. Adnan sesekali melempar senyum untuk menyapa orang-orang penting yang ia lewati.
"Terima kasih, kamu juga tampan sekali hari ini, Mas," jawab Kana, balas tersenyum.
Kana dan Adnan terus berjalan sampai pelaminan. Hanya ada mereka berdua yang berdiri di atas pelaminan nan megah, tak ada kedua orang tua yang mendampingi. Orang tua Kana diminta membaur bersama tamu undangan sebab orang tua Adnan tidak hadir dengan alasan sedang di luar negeri mengurus bisnis penting. Adnan beralasan kalau hanya ada orang tua dari satu pihak saja yang mendampingi, maka akan menjadi sasaran empuk media untuk menciptakan gosip baru, lebih baik tak usah ada yang mendampingi, cukup Adnan dan Kana saja yang berdiri di pelaminan, bak raja dan ratu sehari.
Kana tak mau banyak protes pada Adnan. Bisa menikah dengan lelaki hebat seperti Adnan saja sudah membuatnya banyak mengucap syukur. Adnan telah menariknya dari lumpur fitnah dan hinaan sehingga Kana bisa berdiri tegak sambil tersenyum seperti hari ini.
.
.
.
Setelah acara resepsi selesai, Kana dan Adnan menuju rumah mewah milik Adnan. Tak pernah terbayang dalam benak Kana kalau suatu hari nanti ia akan tinggal di rumah nan megah dan mewah seperti rumah Adnan ini.
Senyum di wajah Kana menunjukkan betapa bahagianya ia saat ini. Banyak impian indah yang menari di benaknya. "Aku akan memulai kehidupan baruku yang bahagia di rumah ini. Bersama suamiku yang hebat dan anak-anak kami kelak," batin Kana.
"Kana, ayo masuk!" ajak Adnan dengan wajah yang nampak letih sehabis menerima banyak tamu undangan.
"I-iya," jawab Kana agak gugup.
Adnan memperkenalkan Kana dengan Ibu Erin, pelayan di rumah mereka yang terlihat sangat setia padanya. Setelah berkenalan, Adnan mengajak mereka ke lantai atas. "Ayo, kita ke atas!"
"Kamar kita di atas, Mas?" tanya Kana. Mata Kana tertuju pada kamar utama yang ada tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Iya. Ada masalah?" tanya balik Adnan.
"Bukankah ... kamar utamanya ada di sana?" Kana menunjuk kamar besar yang menyita perhatiannya.
"Kamar itu memang kamar utama namun sudah ada yang menempati," jawab Adnan.
"Sudah ada yang menempati? Siapa? Orang tua Mas Adnan?" tanya Kana semakin penasaran. Kana sadar rasa penasaran dan banyak pertanyaan yang ia ajukan hanya akan membuat keadaan makin tidak nyaman namun Kana tak peduli. Ia tetap ingin tahu karena terlalu banyak hal yang ia tidak ketahui dari suaminya.
"Bukan orang tuaku," jawab Adnan.
"Lalu ... siapa?"
"Istriku. Lebih tepatnya istri pertamaku."
Pengakuan Adnan membuat Kana tertegun. Ia tidak pernah menyangka bahwa pria yang dicintainya sudah memiliki istri. Rasa sakit dan kecewa pun langsung memenuhi hatinya.
"Kenapa kau tidak pernah memberitahuku tentang ini?" tanya Kana dengan suara bergetar.
"Kita bicarakan di atas!" Adnan berbalik badan. Ia berjalan menaiki anak tangga dan meninggalkan Kana yang masih tak percaya dengan kenyataan yang baru ia ketahui.
"Mas, tunggu!" Meski enggan, Kana akhirnya memilih untuk mengejar langkah Adnan. Ia butuh penjelasan.
Adnan masuk ke dalam kamar dan membiarkan pintu terbuka. Ia yakin Kana tak lama lagi akan masuk dan menuntut penjelasan darinya.
Benar saja, tak lama Kana masuk ke dalam kamar dengan langkah kesal. Wajah Kana memerah dengan air mata yang sudah berkumpul dan tinggal menetes saja.
"Jelaskan padaku apa maksud semua ini, Mas?" tanya Kana seraya mengontrol emosinya.
"Tutup pintu baru aku jawab!" balas Adnan dengan tegas. Adnan membuka jas miliknya lalu melemparkannya dengan asal ke atas sofa.
Dengan kesal, Kana menutup pintu di belakangnya. Sekali lagi ia harus menahan kemarahannya.
Adnan melepaskan dasi lalu melemparkannya ke sofa, sama seperti jas yang tadi. Ia menatap Kana seraya tersenyum tipis. "Bagus. Ternyata kamu istri yang penurut ya?"
"Sekarang jelaskan padaku apa maksud ucapan kamu tadi?" tagih Kana.
"Tentang istriku?" Adnan melipat kedua tangannya di dada. Senyum tipis di wajahnya lenyap sudah. "Istri pertamaku ada di kamar utama."
"Istri pertama? Lalu aku?"
"Kamu adalah istri keduaku."
Kana menggelengkan kepalanya. "Kamu bohong, Mas. Aku sudah memeriksa latar belakangmu. Kamu belum menikah, bagaimana mungkin kamu sudah punya istri?"
Adnan kembali tersenyum kecil. "Bagaimana kalau pernikahan pertamaku tidak pernah kudaftarkan? Sudahlah, tak perlu repot mengurusi urusanku. Aku akan membagi waktu dengan adil pada kalian berdua."
Adnan berjalan menuju toilet lalu secara tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Jangan coba-coba untuk menemuinya atau kamu akan kuhukum!"
****
hhmmm Adnan kah yg selalu memantau Kana
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
Adnan apakah sudah sembuh...gimana kabarnya setelah setahun bercerai
semangat terus Kana
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
Bu Erin juga sangat kuat sekarang menyayangi Kana
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
makasih kaak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
buat Adnan semoga bisa yaaa sadar juga klo Rara udah gak ada
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️