Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sah
"Saya terima nikah dan kawinnya Salwa Nanda Haris binti Haris Dwi Ahmad dengan mas kawin tersebut dibayar tu-nai!"
"Sah...!"
"Alhamdulillah..."
Senyum kebahagiaan terpancar dari wajah Oak Ferdi. Ia sangat senang, keinginan selama ini bisa tercapai.
Pagi ini juga Salwa sudah menjadi istri dari Tristan. Ia tidak menyangka takdir telah membawanya sejauh ini. Ia bahkan tidak pernah mengenal orang yang sudah menjadi suaminya saat ini.
Dengan gemetar, Salwa mencium punggung tangan suaminya. Tristan membaca do'a lalu ia tiupkan di ubun-ubun istrinya.
Mereka menikah di rumah sakit, karena Pak Ferdi belum bisa dibawa pulang. Hanya ada penghulu, keluarga inti Pak Ferdi, keluarga inti Ayah Haris, dan asisten Tristan yang menyaksikan pernikahan mereka.
Dengan gamis putih yang dihiasi sedikit aksen payet di bagian pergelangan tangan dan pinggang, serta tak lupa hijab dan cadar putihnya. Salwa nampak begitu anggun meski hanya matanya saja yang nampak.
Flash Back On
Ayah Haris, Bunda Raisya dan Salwa pulang dari rumah sakit. Salwa masih belum menjawab permintaan Pak Ferdi. Pak Ferdi mengerti perasaan Salwa. Ia pun memberi waktu kepada Salwa sampai malam ini.
Salwa dan kedua orang tuanya sudah sampai di rumah. Di sepanjang perjalanan tadi ia berpikir keras. Hatinya dilema, di sisi lain ia ingin kembali ke Turki untuk melanjutkan mimpinya. Di sisi lain, ia ingin membantu teman Ayahnya. Namun ia harus mengorbankan perasaannya.
Saat Salwa tengah melamun di atas tempat tidurnya, Bunda Raisya masuk ke kamarnya. Kebetulan Kamarnya terbuka sedikit, dan ia tidak tahu kalau ada orang yang masuk dan duduk di sampingnya.
"Wa...!" Bunda Raisya menyentuh bahu putrinya.
Sontak Salwa terkejut dan menoleh.
"Bunda...!"
"Nak, Bunda tahu kamu pasti bingung dengan semua ini! Kamu boleh berbagi dengan Bunda!"
"Bunda.... kenapa harus aku? Apa tidak ada orang lain?"
"Om Ferdi maunya kamu! Bunda juga tidak tahu kenapa dia sangat ingin kamu menjadi menantunya!"
"Tapi, kontrak kerjaku masih panjang! Aku bisa kena denda, Bun! Bukan hanya itu, aku tidak kenal dengan Mas Tristan!"
"Ayah bisa mengatasi masalah kerjaanmu! Cukup kamu menyetujui pernikahan ini! Ayah mohon, Ayah sangat berhutang budi kepada Om Ferdi! Dulu saat Ayah kuliah di Jepang, Ayah pernah kecelakaan dan perlu tranfusi darah. Akhirnya Om Ferdi lah yang mendonorkan darahnya kepada Ayah. Dari sejak itu Ayah berjanji akan membalas kebaikannya. Namun, sejak saat itu dia tidak pernah meminta bantuan Ayah. Justru Ayah yang selalu merepotkan. Bahkan saat kita berangkat umroh bersama, dia menggendongmu! Tristan dia biarkan dengan Umminya." Ujar Ayah Haris yang tiba-tiba datang ke kamar Salwa.Ayah Haris menjelaskan dengan Panjang lebar.
"Baiklah, katakan kepada Om Ferdi! Aku akan menikah dengan anaknya!" Ujar Salwa dengan mata yang berkaca-kaca."
Flash back off
"Selamat, Nak! kemarilah!" Ujar Pak Ferdi.
Salwa pun mencium punggung tangan mertuanya itu. Begitu pula dengan Tristan. Kemudian mereka beralih mencium punggung tangan Bu Ratna. Bu ratna mengusap lembut kepala menantunya.
Kini mereka beralih kepada kedua orang tua Salwa.
"Tristan, kamu sudah diberi kesempatan untuk melihat wajah dari calonmu sebelum kamu mengucap akad! Tapi kamu menolak! Sekarang Salwa sudah menjadi istrimu. Maka jangan menyesal jika ia tidak sesuai dengan yang kamu harapkan!" Ujar Ayah Haris kepada menantunya.
"Iya, Om!"
"Jangan panggil Om lagi! Aku ini sudah menjadi Ayahmu sekarang!"
"Eh iya! Baik, Ayah!"
Ayah haris menepuk punggung menantunya.
"Ayah titip Salwa, dia buah hati Ayah yang sangat berharga. Bahkan dulu untuk mendapatkannya, perlu perjuangan yang extra. Dia cinta pertama Ayah setelah Bundanya. Sekarang tugasku aku serahkan kepadamu! Dia sudah menjadi tanggung jawabmu!" Ucapnya lirih.
"Insyaallah, aku akan menerima dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Yah!"
"Aku percaya, itu!"
Salwa memeluk erat sang Bunda. Hatinya masih bimbang, namun janjinya kepada Tuhan sudah ia ikrarkan. Matanya mulai berembun lagi, namun ia berusaha untuk menahannya.
"Wa, kamu sudah menjadi seorang istri sekaligus seorang Ibu. Bunda yakin kamu paham terhadap peranmu! Ada Bunda yang akan selalu mendukungmu."
Bunda Raisya mengelus punggung putrinya. Ia sebenarnya ragu untuk melepas Salwa. Putri sulungnya itu terlalu lama di negeri orang, dan kini ia harus menjadi milik orang.
Sesuai kesepakatan, setelah pernikahan Tristan dan Salwa Pak Ferdi akan menjalani pengobatan ke Singapura. Hari ini juga dia akan berangkat ke Singapura.
Saat ini mereka sudah berada di Bandara untuk mengantar Pak Ferdi.
"Bi, apa Abi yakin aku tidak usah ikut?"
"Yakin, biar Ummi dan adikmu yang menemani Abi!"
"Tapi Abi janji ya, Abi harus sembuh!"
"Setelah Abi melihat kamu menikah lagi, semangat Abi bangkit! Terima kasih sudah memenuhi permintaan Abi! Jangan lupa buatkan cucu yang baru! Abi tunggu kabar bahagianya!"
"Hem, insyaallah!"
Tidak lama kemudian mereka cek in. Tidak menunggu waktu lama, pesawat pun lepas landas.
Tristan dan keluarga Ayah Haris sudah meninggalkan bandara beberapa menit yang lalu.
Saat ini Salwa sedang berada di dalam mobil milik suaminya. Ia duduk di kursi tengah bersama suaminya. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut keduanya. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Bos, kita kemana?"
"Langsung ke rumah, Yan!"
"Siap, Bos!"
Iyan mengamati bos dan istri barunya itu dari balik kaca depan.
"Fokus, Yan! Jangan melihat kemana-mana!"
Ujar Tristan, yang tahu dirinya diam-diam sedang diperhatikan asistennya.
"Eh, iya Bos!"
"Tahu aja nih sih, bos! Kalau aku sedang ngelirik mereka berdua." Batin Iyan.
Salwa hanya menunduk dan memainkan jari-jarinya. Salwa mendadak menjadi pendiam saat ini. Tristan sibuk dengan Handphone-nya. Ia mengabari sekretarisnya, bahwa hari ini ia tidak bisa datang ke kantor.
Beberapa menit kemudian, mereka memasuki gerbang sebuah rumah yang sangat megah. Bahkan lebih mewah dari rumah orang tua Salwa yang memang didesain sederhana.
"Ayo turun, kita sudah sampai di rumah!" Ucap Tristan, kaku.
Kata itu yang pertama kali Salwa dengar dari suaminya. Salwa pun turun tanpa menunggu dibukakan pintu.
"Ayo masuk!"
Tidak ada gandengan tangan atau rangkulan mesra dari suaminya. Mereka berjalan sejajar seperti orang yang baru kenal.
"Selamat siang, Den!"
"Siang, Bi! Kemana Ira?"
"Ada di kamarnya, tadi pulang sekolah dia menangis mencari orang-orang! Sekarang mungkin tidur, Den!Encusnya ada di belakang lagi makan siang."
"Oh, ya sudah! Bi, perkenalkan ini istriku!"
"Masyaallah, jadi beneran aden nikah? Bibi kira cuma isu!"
"Hem, tolong bilang kepada yang lain!"
"Ah iya, Den! Siap, laksanakan!"
Bi Eni enggan menjabat tangan nyonya barunya. Namun Salwa terlebih dahulu mengulurkan tangan.
"Salam kenal, Bi! Saya Salwa."
Dengan ragu Bi Eni menerima jabatan tangan Salwa.
"Masyaallah, suaranya nyonya muda begitu merdu! Pasti wajahnya secantik suaranya."
Salwa tersenyum di balik cadarnya.
Bi Eni pun memanggil asisten yang lain dan memperkenalkan mereka kepada nyonya barunya.
Bersambung....
...----------------...
Next ya kak....
Bahasanya Sangat Sempura..
Ceritanya Suka Bgt...👍🏻😍😘
Bagus Baca Ceritanya Si Salwa...😘🤗