Ricard Dirgantara, pelayan bar yang terpaksa menjadi suami pengganti seorang putri konglomerat, Evelyn Narendra.
Hinaan, cacian dan cemooh terus terlontar untuk Richard, termasuk dari istrinya sendiri. Gara-gara Richard, rencana pernikahan Velyn dengan kekasihnya harus kandas.
Tetapi siapa sangka, menantu yang dihina dan terus diremehkan itu ternyata seorang milyader yang juga memiliki kemampuan khusus. Hingga keadaan berbalik, semua bertekuk lutut di kakinya termasuk mertua yang selalu mencacinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 : MENGUNJUNGI RICHARD
“Yasudah, kalau begitu bersiaplah. Biar kakek minta pelayan menyiapkan bekal, dan sopir biar bersiap mengantarmu,” ucap Kakek Alex meregangkan pelukannya.
“Iya, Kek. Terima kasih,” balas Velyn mengangguk. Ia membantu sang kakek untuk berdiri, mengantarnya hingga keluar kamar.
Ia segera kembali masuk dan bersiap, memilah dan memilih gaun yang sekiranya cocok dengannya. Dadanya berdegup saat mematut dirinya di cermin, sembari mencocokkan beberapa gaun di tubuhnya. Hingga pilihannya jatuh pada gaun lengan panjang berwarna hitam. Setelahnya, sedikit memoles wajahnya dengan make up tipis. Rambut panjangnya digerai di kedua sisi bahunya.
Velyn menuruni anak tangga dengan perlahan, pelayan dan beberapa penjaga sudah berkumpul menyambutnya atas perintah Kakek Alex. Langkahnya sempat terhenti di tengah-tengah tangga.
“Velyn, ayo kemarilah, Nak!” pinta Kakek Alex melambaikan tangannya.
Semua mata tertuju padanya, Velyn menunduk malu. Kemudian melanjutkan langkahnya dengan sangat pelan.
Kakek Alex tersenyum sangat lebar, ia begitu membanggakan cucu menantunya, tanpa melihat bibit bebet dan bobotnya. Kakek sangat percaya dengan pilihan Richard.
“Jadi mulai hari ini kita kedatangan anggota keluarga baru. Bi, siapkan makanan yang bergizi agar cucu menantuku bisa segera hamil,” ucapnya tertawa menepuk-nepuk bahu Velyn.
Nyaris saja, Velyn tersedak ludahnya sendiri. Ia menjadi gugup mendengar ucapan sang kakek. Semakin menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah.
“Dan kalian, jaga Velyn ya. Antar ke mana pun Velyn ingin berkunjung,” titahnya pada beberapa lelaki berseragam hitam.
“Baik, Tuan Besar,” sahut mereka serentak.
“Nyonya, ini bekal makan siang untuk Tuan Muda,” ujar salah seorang ART memberikan satu paper bag berisi makanan.
“Terima kasih, Bi.” Velyn menerimanya sembari mengurai senyum, matanya berkaca-kaca. Terenyuh atas perhatian dan sikap Kakek Alex beserta seisi rumah tersebut. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang dialami Richard di kediamannya. Dadanya tiba-tiba sesak dan ia menunduk menyeka air mata dengan cepat.
“Kalau begitu Velyn berangkat sekarang ya, Kek,” pamit Vellyn mencium punggung tangan sang kakek.
“Hati-hati ya,” balas sang kakek menepuk puncak kepala Velyn.
Wanita itu beranjak keluar, diikuti seorang sopir pribadi yang akan mengantarkannya. Pintu pun dibukakan oleh sopir tersebut. “Di sini aku diperlakukan seperti ratu, sedangkan di rumah sendiri....” Velyn bergumam dengan senyum getir.
Ia segera duduk di kursi penumpang. Menarik napas dalam-dalam, menetralkan detak jantungnya yang menggema di dalam sana. Mendadak gugup mengingat akan bertemu dengan suaminya. Dalam hatinya tengah menyusun berbagai untaian kalimat permohonan maaf pada sang suami.
“Nyonya, silakan. Kita sudah sampai,” ucap sopir membukakan pintu.
Velyn terperanjat dari lamunan, pandangannya mengedar dan baru menyadari bahwa mobil telah berhenti di pelataran gedung pencakar langit Dirgantara Corp. “Terima kasih, Paman,” ucap Velyn menjajakkan kedua kakinya di pelataran.
Perlahan kakinya mengayun hingga mengantarkan ke depan resepsionis. “Permisi, apa Richard ada di ruangannya?” tanya wanita itu pelan.
“Maaf, apa sudah ada janji sebelumnya?” Karyawan resepsionis bertanya balik.
“Eee ... belum, sampaikan saja kalau istrinya datang,” ujar wanita itu.
Dua karyawan saling berpandangan, raut wajah mereka terlihat tak percaya. Bahkan jelas sekali tengah menahan tawa. “Maaf, Nona. Tapi sepertinya Tuan Richard sedang tidak bisa diganggu.”
“Oh, baiklah. Boleh saya menunggu di sini?” tanya Velyn.
“Silakan, Nona,” sahut karyawan mempersilahkan, lalu kembali pada pekerjaannya.
Velyn melenggang ke arah sofa. Mendudukkan diri di sana sembari memangku bekal makan siangnya. Ia merogoh ponsel, ingin menelepon tapi takut mengganggu. Berkali-kali menatap jam di tangannya.
Hingga beberapa waktu kemudian, Velyn mendengar suara wanita yang berteriak memanggil suaminya. Ia langsung beranjak mencari sumber suara.
“Icad, tunggu! Jangan harap kali ini kamu bisa kabut gitu aja dari aku!” pekiknya berlari mengejar Richard.
Namun, lelaki itu tetap melangkah panjang. Tampak berbicara serius dengan lelaki di sebelahnya, mengabaikan suara-suara yang tak henti-henti memanggilnya.
Wanita di belakang Richard berlari dengan heelsnya, menarik lengan Richard hingga langkahnya terhenti, berbalik dan refleks menangkap pinggang wanita itu karena tubuhnya terhuyung ke belakang.
“Richard,” panggil Velyn yang sudah berdiri di depan Richard.
Mendengar suara yang tidak asing, Richard segera menoleh. Matanya membelalak dengan lebar, ketika menemukan istrinya berdiri di sana. Lengannya sontak melepas pinggang Catty, hingga wanita itu terjatuh ke lantai. “Aaawww! Icaad!”
“Velyn,” panggil Richard masih dengan keterkejutannya.
Bersambung~
Maaf lama yaa... Darahnya naik, terus bengkak tangannya pas dipaksa ngetik 😁 makasihh yang masih setia nungguuin 💋
semoga sehat selalu 🤗🤗🤗
ck.. ck.. ck..
Malunya gak akan abis tujuh turunan..
Sulit buat Velyn.. makin cinta dech.. /Heart//Heart/
aq kasih bunga sama Vote
Mana panas pula lihat Stevy dah masuk mobil Delon