Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DUA PULUH
Bara yang baru bangun tidur langsung segera ke kamar mandi untuk bersiap siap pergi berkencan dengan Sekar. Setelahnya ia memilih baju yang cocok untuk dia gunakan, pilihannya terjatuh pada kaos polos putih yang akan ia lapisi kemeja kotak-kotak berwarna hitam juga jeans robek yang jelas bermerek terkenal. Ketika melihat tampilannya yang sudah siap lalu berlanjut memakai sepatu sport harganya menguras dompet kaum mendang-mending.
Mengambil helm yang disimpan diatas meja lalu membuka pintu segera menguncinya, takut ada yang culik barang berharga didalam rumahnya.
"Aduh, mau kemana udah ganteng sampai wangi semerbak gini," ucap Bu Ani, tau tau nongol sambil memegang sapu untuk bersiap menyapu.
"Bu Ani, selalu ngagetin," ucap Bara tak habis pikir ada saja manusia satu ini setiap ada dirumah.
"Hehe, maaf ,Mas. Soalnya seneng aja lihat yang seger gini," ucap Bu Ani sambil cengengesan.
"Saya, mau ketemu Sekar."
"Oh, kayak pacaran aja mau ngapel."
"Ya karena saya kan gak pulang kesana, Bu."
"Berarti gak dibelai dong kasian amat," ledek Bu ani.
"Ya elah Bu, ikut campur urusan orang aja, soal belai membelai mah terserah mas bara aja," ujar Trisno, yang tiba-tiba ikut nimbrung obrolan.
Dengan mendengus kesal Bu Ani bicara, "kamu ngapain sih nimbrung mulu gak cape apa, sana masuk kamar tidur atau gak nyari cewek di belokan biar gak ganggu orang."
"Yee, si ibu marah marah mulu nanti cepat tua," ledek Trisno kepada Bu Ani yang sensi setiap melihat dirinya.
Karena tak ingin waktu terbuang sia sia mendengar obrolan tak berfaedah, Bara langsung menghentikan obrolan.
"Supri, tolong keluarin motor gue mau pergi," perintah bara kepada Trisno
"Siap, bos," ucap Trisno sambil memberikan hormat kepada Bara.
Lalu Trisno segera berlari kecil ke arah rumahnya, untuk mengeluarkan motor Bara yang menginap dirumahnya bekas kemarin malam beraksi.
"Memang, Mas Bara bos ya?" tanya Bu Ani penasaran.
"Oh, itu cuman becandaan aja. Gak perlu bawa perasaan," sangkal Bara agar tak ada pertanyaan lain, saat pandangan mata tertuju sapu yang dipegang Bu Ani segera ia berkata lagi, "Bu Ani bukannya mau nyapu ya, kok masih diem aja."
"Iya juga, saya lupa hehe. Maklum yang ganteng bikin lupa diri," ujar Bu Ani langsung menjalankan tugasnya menyapu halaman.
Setelah memanaskan mesin motor, segera Bara memakai helmnya untuk berangkat menemui Sekar, sebelum itu tak lupa ia klakson motornya tanda berpamitan kepada tetangganya itu.
Pagi hari pukul 09.00 wib, Bara mulai menjalankan kendaraan membelah jalanan kampung yang suasananya masih sangat asri dengan pohon pohon didepan rumah warga menambah kesejukan udara disekitarnya. Namun tiba-tiba dipertengahan jalan ia di hadang oleh seorang perempuan bermotor yang memakai helm berwarna merah muda, saat dia membuka helm ternyata Asri yang menghadangnya orang yang selalu menggoda Bara ditempat kerjanya.
"Mas bara, mau kemana udah rapih gini?" tanya Asri dengan nada dibuat lemah lembut.
"Mau jemput istri," jawab bara to the poin agar cepat beranjak pergi, namun bukannya pergi malah semakin menjadi.
"Memang kemana istrinya? kok malah jauhan sama suami udah gak bener itu, mas," cerocos asri membuat Bara jengah.
"Sorry nih, gue harus pergi sekarang takut dia nunggu lama, permisi," ucap bara sambil berlalu pergi mengendarai laju motornya.
"Mas!! Mas Bara malah ditinggal orang masih mau ngobrol juga," gerutu Asri yang masih didengar Bara.
Saat sudah menjauh dari hama ulat bulu, lagi dan lagi ada yang mengganggu perjalanannya. Handphone yang di dalam saku celananya bergetar tanda ada telpon masuk berulang kali karena tak dia angkat. Ketika tiba di jalanan sepi, Bara tepikan motor untuk mengangkat telpon, ketika melihat nama (om arga) asisten Opa nya segera dia angkat, takut ada sesuatu yang penting.
"Halo, om," tanyanya saat telpon terhubung.
"Bara, kamu bisa pulang dulu sekarang?" ucap om Arga dengan suara bergetar menahan sesuatu.
"Memang, kenapa om? ada sesuatu yang terjadi sama opa?" tanya Bara yang mulai ketakutan dengan kabar yang akan dia dengar.
"Iya, opa masuk rumah sakit karena sempet mengeluh sakit kepala, lalu akhirnya pingsan sekarang sudah dilarikan ke rumah sakit."
"Ya udah kalau gitu, aku berangkat ke sana sekarang tolong share lock tempat Opa dirawat."
Lalu Bara segera menghubungi Supri karena hanya dia yang bisa menolongnya di saat genting begini. Setelah telpon terhubung segera Bara berbicara.
"Halo, Supri," panggil Bara pertama kali saat telpon diangkat.
"Iya mas bara, bukannya mau kencan kenapa malah telpon saya?"
"Gue gak jadi pergi kesana, gue harus balik ke Jakarta sekarang. Opa gue masuk rumah sakit"
"Innalilahi, terus gimana mas," ucap Trisno yang ikut merasa prihatin.
"Tolong jemput motor gue di stasiun kereta, nanti gue ganti ongkosnya bisa?"
"Bisa mas, nanti saya kesana. Mas yang tenang jangan panik, yang penting kabarin istri kalau mau pergi-pergi biar gak khawatir."
"Ya udah, gue tutup dulu telponnya," ucap Bara sambil menutup telpon.
"Ah benar juga, pasti Sekar khawatir gue belum datang juga," ujarnya pada diri sendiri lalu segera ia mencari nomer istrinya itu. Setelahnya lalu Bara mengirim pesan memberitahukan bahwa ia tidak bisa datang karena opa yang mendadak masuk rumah sakit.
Sekalipun ponsel yang terus berdering tak membuat ia gentar untuk mengejar pemberangkatan kereta siang ini juga semoga ia tak terlambat sampai kesana.
"Opa tunggu aku pulang, jangan tinggalkan aku sendirian, hanya opa yang aku punya sekarang dan mungkin ditambah Sekar," tuturnya dalam hati sambil menambah kecepatan motornya.
Sampai di stasiun ia segera meminta petugas untuk memberi arahan mendapatkan tiket, segera dan menitipkan motornya sampai orang yang akan mengambil motornya datang.
Sungguh rasanya melelahkan hari ini bagi Bara, ia baru saja melepaskan nafas lega saat duduk dibangku kereta. Ketika ia membuka ponsel terlihat banyak notifikasi panggilan dari Sekar. Saat ingin menelpon kembali tiba tiba hp nya mati total karena kehabisan daya baterai.
"Astaga, lupa nge charger lagi. Pasti Sekar khawatir mana gak bawa charger," keluh Bara dalam hati tampa sadar," kenapa jadi mikirin dia? apa mungkin gue mulai suka sama dia, daripada mikirin yang gak penting mending tidur"
Setelah menempuh waktu satu jam perjalanan dan akhirnya berhenti di stasiun kereta di Jakarta. Segera Bara keluar dari gerbong kereta karena sebelum handphone nya mati ada pesan yang memberitahukan bahwa ada sopir yang akan menjemput. Tak lama ia melihat sopir opa yang menunggu di depan pintu keluar.
"Mas, ayo jalan ke sebelah sini," ucap sopir menunjuk ke tempat mobil diparkir lalu segera bara mengikuti sopirnya dan langsung masuk kedalam setelah dibukakan pintu.
"Pak, gimana keadaan Opa?" tanya Bara saat sudah duduk dengan nyaman didalam mobil.
"Masih diperiksa kayaknya, saya langsung pergi waktu dapat perintah dari asisten opa untuk jemput."
"Ada charger gak hp saya mati takut ada yang penting menghubungi."
Segera supir mengambilkan charger yang dibutuhkan Bara di dalam dashboard mobil lalu menyerahkan kepada Bara, "ini mas"
"Maaf, mas. Istrinya gak diajak," tanya sopir penasaran karena cucu majikannya datang sendirian tampa pasangannya.
"Enggak, soalnya saya dikontrakkan dia di rumahnya."
"Marahan."
"Enggak juga, kemarin saya ada urusan jadi gak pulang kesana, karena Om Arga mendadak telpon saya jadi saya gak bisa jemput ke sana takut ada sesuatu yang terjadi sama opa."
"oh, begitu," ucap sopir sambil manggut-manggut tanda mengerti.
paksa hancurkan pernikahan anaknya..