NovelToon NovelToon
Aku Yang Kau Buang

Aku Yang Kau Buang

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Patahhati / Balas Dendam / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:16.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: aisy hilyah

Seira, 25 tahun, istri dari seorang saudagar beras harus menerima kenyataan pahit. Dikhianati suami disaat ia membawa kabar baik tentang kehamilannya. Zafran, sang suami berselingkuh dengan temannya yang ia beri pekerjaan sebagai sekretaris di gudang beras milik mereka.

Bagaimana Seira mampu menghadapi semua ujian itu? Akankah dia bertahan, ataukah memilih pergi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masalah

"Mas, kapan kamu mau beliin aku cincin itu? Aku udah nggak sabar, Mas. Keburu ada yang beli nanti, ini udah mau satu bulan juga. Nggak apa-apa aku nggak bisa beli mobil, itu aja cincin, ya," rengek Lita sambil duduk di tepi ranjang dan merangkul bahu Zafran.

Baru saja mereka melakukan ritual cinta meski harus hati-hati karena perut Lita semakin membesar.

Zafran menoleh, tubuhnya masih polos hanya tertutup selimut sebagian. Ia berniat pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tapi urung disaat sang istri merengek tentang permintaannya.

"Sabar, ya. Keadaan di gudang juga pailit, banyak beras yang dikembalikan karena kondisinya yang jelek. Padahal, sebelum dikirim beras-beras itu sangat bagus. Mas lagi pusing sekarang, pendapatan menurun karena itu. Untung yang punya restoran itu nggak komplain dan nggak minta ganti rugi, coba kalo dia nuntut ganti rugi bisa-bisa kita kehabisan modal," papar Zafran mengeluhkan kondisi keuangannya saat ini.

Lita terdiam mendengar penuturan panjang suaminya tentang kondisi gudang sekarang.

"Oya, kamu masih punya uang di tabungan, 'kan? Tiap bulan aku isi dan pastinya masih banyak, itu akan cukup buat nambah modal. Boleh aku pake dulu, ya?"

Zafran berbalik dan berhadapan dengan sang istri. Ia menggenggam jemari Lita menunggu jawaban darinya. Wanita itu menunduk, menggigit bibir bingung. Bagaimana mengatakannya kepada Zafran tentang semua uang yang dikirim ke rekeningnya.

"Kenapa kamu diem? Uangnya masih ada, 'kan?" tanya Zafran lagi menggoyangkan sedikit tangannya agar Lita lekas menjawab.

"Mmm ... itu, uangnya udah aku kirim sama Ibu. Katanya, ada yang jual tanah di sana. Uangnya buat beli tanah juga," jawab Lita lirih dan pelan. Ada rasa takut yang menggerogoti hatinya.

Alih-alih marah, Zafran justru tersenyum.

"Ya udah, pinta Ibu kamu buat jual tanah itu lagi. Pasti harganya bisa lebih tinggi, kita butuh modal tambahan. Kalo keuangan stabil, kan, kita semua nggak akan kesulitan. Kamu bisa beli apa aja yang kamu mau," titah Zafran semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Lita.

Bimbang. Itulah yang sedang dirasakan Lita, tapi yang diucapkan Zafran juga benar. Ia berpaling dalam keadaan menunduk, menimbang permintaan Zafran dan menduga jawaban sang Ibu.

"Yah, Lita? Coba kamu telepon Ibu kamu sekarang, ceritakan sama mereka soal kondisi keuangan kita dan kita butuh banget modal," ucap Zafran lagi merayu sang istri.

Lita mendongak, ada pancaran bimbang yang menguar dari maniknya. Pun kegelisahan yang tersirat di wajahnya. Zafran membulatkan mata, meyakinkan Lita soal kondisi mereka setelah mendapatkan suntikan modal.

Pada akhirnya, ia mengangguk patuh. Mengambil ponsel dan menghubungi kedua orang tuanya di kampung.

Semoga aja mereka mau bantu, kalo nggak ... aku nggak tahu harus ke mana cari bantuan modal.

Zafran menatap Lita, menunggu dengan sabar panggilan sang istri tersambung.

Oh, Sei ... astaga! Kenapa aku malah inget sama dia? Nggak, Zafran. Istri kamu sekarang itu Lita. Dia juga pasti bisa bantu, jangan inget-inget lagi perempuan itu.

Ia merutuki dirinya sendiri yang tiba-tiba teringat pada Seira. Dulu, kondisi gudang lebih buruk dari sekarang. Zafran bahkan sempat dilaporkan ke polisi karena dugaan mengedarkan beras palsu. Namun, berkat dukungan juga bantuan dari Seira, ia terlepas dari itu semua.

Nama baiknya kembali, dan gudang tetap berjalan bahkan semakin maju meskipun Seira harus rela kehilangan harta satu-satunya peninggalan orang tua. Tak masalah baginya, yang penting hidup mereka tetap makmur dan bahagia.

Harusnya memang seperti itu, jika saja Lita tidak hadir dalam lingkaran kehidupan mereka. Seperti menolong anj*ng terjepit, setelah ditolong malah menggigit.

"Hallo, Bu!"

Zafran beringsut, menempelkan telinga pada ponsel sang istri. Ingin mendengarkan kabar baik yang akan dia terima.

"Hallo, Nak. Kenapa kamu telepon malem-malem begini? Tumben."

Suara Ibu di seberang sana, seperti angin segar bertiup di hati Zafran yang gersang.

"Begini, Bu. Sebulan lalu, kan, aku kirim uang sama Ibu buat beli tanah yang kata Bapak itu. Udah Ibu beliin?" tanya Lita harap-harap cemas.

Zafran meneguk ludah tak sabar sampai-sampai tangannya tanpa sadar meremas sprei.

"Oh, itu. I-iya, emangnya kenapa? Kamu nggak percaya sama Ibu? Masa sama orang tua sendiri aja kamu nggak percaya? Emangnya kamu keluar dari batu?" cerocos Ibu yang terdengar kesal.

Lita dan Zafran saling melirik cemas. Senyum harapan perlahan pudar, berganti dengan raut bingung.

"Udah, ya. Kalo kamu telepon malem-malem begini cuma mau tanyain itu aja, Ibu udah jawab tadi. Ibu ngantuk mau tidur-"

"Bentar, Bu!" sergah Zafran dengan cepat merebut ponsel sang istri disaat Ibu hendak menutup sambungan.

"Nak Za-zafran?"

Suara Ibu di seberang sana terdengar gugup, entah seperti apa ekspresi wajahnya saat ini. Mereka tak ingin menebak-nebak.

"Iya, Bu, ini Zafran. Tadi barusan Lita cerita sama aku, katanya dia ngirim semua uang buat Ibu beli tanah. Kalo bisa tolong tanah itu dijual dulu karena gudang lagi butuh modal tambahan. Bisa, ya, Bu?" ucap Zafran penuh dengan kehati-hatian.

Lita terdiam memperhatikan, tak bereaksi apapun. Hanya saja mendengar suara Ibu yang gugup, ia sedikit cemas.

"Oh, gitu. Nggak bisa, dong, Nak. Kan, itu udah dikasih sama Ibu. Jadi nggak bisa diminta lagi, lagian tanahnya itu lagi digarap sama Bapak. Kita di sini lagi mau berkebun supaya nggak nyusahin kalian terus."

Mendengar penolakan, Zafran menatap tajam pada istrinya. Lita menunduk sambil menggigit bibir kuat-kuat hingga rasa asin dan amis terasa di lidahnya.

"Nggak apa-apa, Bu. Aku lagi butuh modal, nanti kalo keuangan udah stabil, kan, bisa beli lagi. Aku lagi bener-bener butuh tambahan modal, Bu. Dijual dulu, ya."

Zafran menahan geram, rahangnya mengetat tanpa sadar. Melirik Lita dengan ekor mata, kesal pada istrinya itu.

"Aduh, gimana, ya? Nanti, deh, Ibu diskusiin dulu sama Bapak. Soalnya sayang tanamannya, udah mau berbunga juga," ucap Ibu, tapi Zafran tidak peduli. Alasan yang dibuat-buat.

"Ya udah, tapi jangan lama-lama, Bu. Karena aku butuh uangnya sekarang-sekarang ini, bukan nanti-nanti," tegas Zafran kesal.

Ia menutup sambungan tanpa pamit, membanting ponsel Lita ke kasur. Matanya mendelik tajam sebelum beranjak menyeret dirinya ke dalam kamar mandi.

Bukannya menyesal ataupun merasa bersalah, Lita justru mendengus. Mencibir Zafran yang menurut pemikirannya amat perhitungan soal uang.

"Itung-itungan amat, sih, jadi laki. Cuma seratus juta juga, itu semua beras di gudang kalo dijual juga lebih dari seratus juta. Udah kayak orang kebakaran jenggot aja, paniknya nggak ketulungan," gerutu Lita seraya merebahkan diri tak peduli.

Sementara Zafran di dalam sana, mengguyur tubuhnya dengan air. Dada yang bergemuruh membuatnya kembang-kempis menahan sesak. Tangannya yang mengepal dihantamkan pada dinding kamar mandi. Ingin berteriak, tapi malu rasanya.

Disaat seperti ini dia teringat lagi pada Seira, wanita itu selalu punya solusi untuk setiap permasalahan. Dia bahkan tak segan menyerahkan semua uang tabungannya ataupun perhiasan yang dia punya untuk membantu keuangan Zafran.

Seira tak pernah banyak permintaan apalagi sampai menuntut dan mengancam. Berbeda dengan Lita yang seringkali menjadikan bayi di dalam perutnya sebagai ancaman. Kelemahan terbesar Zafran dan selalu membuatnya tak berkutik.

Zafran membenturkan kepalanya pada dinding, rasa pening menyerang akibat permasalahan yang sedang menimpanya. Ternyata dia bukan apa-apa tanpa Seira.

"Sei, di mana kamu?" Tanpa sadar lidahnya bergumam lirih.

1
Ratna Dewi
Luar biasa
May Keisya
mestinya udah pada lapang hatinya...udah bertahun2 yakin klo setiap perbuatan ada balesannya,pasrahkan semuanya sama Allah.
AYU TIME KARTIKA
akhirnya♥️♥️♥️
May Keisya
asa gmn ya ky angkuh gitu si sei...jgn gitu sei dia tetep bapaknya,klo ga ada dia Rayan jg ga ada... berprasangka baiklah, setiap mnsia punya salah...trauma mu terll lm,biasanya yg Deket dgn Allah sakitnya hnya sethn dua thn setelah itu Allah hdrkan kelapangan ht dan ketenangan ht,dan hdp lebih kuat dlm menghadapi hdp...semua ujian ada hikmahnya
Khusnul Khotimah
Luar biasa
AYU TIME KARTIKA
Lita jelas shock dung😀
AYU TIME KARTIKA
hukum tabur tuai 😀
AYU TIME KARTIKA
hayo pertandingan......
AYU TIME KARTIKA
semua merindukan masakanmu sei
Betty Susilorini
Luar biasa
AYU TIME KARTIKA
mang rasa tak pernah bohong ya fan .... 🤣🤣🤣
AYU TIME KARTIKA
sat set yuk😅😅😅
AYU TIME KARTIKA
rasain kamu Lita......😁😁😁
AYU TIME KARTIKA
pacarnya mungkin yg nelpon😁😁😅
aksari
Lumayan
AYU TIME KARTIKA
takut seperti dia mungkin....jadi pelakor🤭🤭🤭🤭
AYU TIME KARTIKA
takut seperti dia mungkin....jadi pelakor🤭🤭🤭🤭
AYU TIME KARTIKA
ooooooo gitu ya ceritanya....taruhan
AYU TIME KARTIKA
tuhhh kaaannn jadi keingetan sm sie terussds
AYU TIME KARTIKA
dulu kedatangan wanita bisa hamil saja bangga buuuu....sekarang..😁😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!