Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Amukan Revan
"Wow... owner kita malam ini datang. Bukankah kau akan ke markas Max, lalu kenapa kau malah kesini. Kau tidak ingin ikut mencari keberadaan Amora?," tanya Damian menuangkan alkohol untuk Maxime.
"Sudah ada Revan," jawab Maxime acuh menenggak alkoholnya.
Damian memicingkan kedua matanya menatap Maxime yang terlihat acuh dan juga tenang."Fix, Amora ada sama kau Max. Kau pasti akan kalang kabut jika kekasih hatimu itu hilang," ujar Damian.
Maxime tidak menjawab tuduhan Damian, pria itu malah fokus pada penari striptis yang ada di atas panggung.
"Dia penari baru disini. Kau ingin mencobanya?," tanya Damian menaikkan turunkan alisnya saat menyadari tatapan Maxime namun pria itu tampak langsung menggeleng.
"Kenapa? sudah taubat?," ledek Damian.
"Kau tahu jika aku tidak suka barang bekas," jawab Maxime dengan ketus. Ia datang ke sini bukanlah untuk bermain perempuan tapi untuk mengunjungi tempat usahanya.
"Tuan Max, benarkah ini anda?. Mau saya temani malam ini?," seorang wanita berpakaian sexy menghampiri Maxime dan duduk di sebelah pria itu dengan gaya sensualnya menggoda Maxime. Semua wanita yang bekerja disini tahu siapa Maxime dan mereka pasti akan berlomba-lomba untuk bisa naik ranjang pria tampan itu.
Maxime menyingkirkan dengan kasar tangan wanita itu yang berusaha menyentuhnya dan menatap wanita itu dengan tajamnya."Menyingkirlah dari sini atau hari ini adalah hari terakhir kau bekerja disini," ucap Maxime dengan tatapan dinginnya yang begitu menusuk.
Wanita itu terlihat menelan salivanya dengan kasar melihat tatapan Maxime padanya dan segara pergi dari sana sebelum ia kehilangan pekerjaannya.
"Ck...kau yakin menolaknya Max?, bukankah dulu dia adalah wanita yang paling sering kau ajak naik keatas ranjangmu bahkan kau hanya memintanya hanya melayanimu saja," tanya Damian berdecak kagum pada pertanahan sahabatnya ini.
"Oh ya Max...lusa Kakek berencana untuk melakukan penyerangan pada Markas yang di pimpin Lucas. Dan aku dengar Kakek ingin Amora yang memimpin pasukan kita. Tapi yang menjadi masalahnya, hingga sejarah Amora belum ditemukan," sambung Damian.
"Jika Amora tidak ditemukan?," tanya Maxime.
"Ya Kakek pasti menunjuk cucu kesayangannya ini," jawab Damian menepuk pundak Maxime.
"Tapi Amora ada pada kau kan Max?," tanya Damian yang masih begitu penasaran dengan sikap tenang sahabatnya ini. Seolah-olah tidak peduli dengan Amora yang menghilang padahal ia tahu jika Amora itu adalah Amelia.
"Maxime menggeleng pelan."Tidak," jawab Maxime singkat.
"Ck... masih juga tidak mengaku," ujar Damian berdecak kesal. Jika memang Amora ada pada Maxime itu jauh lebih baik dan ia tidak akan mengatakan pada Kakek Armand.
***
"Apa saja kerja kalian hingga sampai detik ini belum jua menemukan gadis itu?," teriak Revan menatap satu persatu anak buahnya yang ia tugaskan untuk mencari keberadaan Amora.
"Maaf Tuan...kami benar benar kehilangan jejaknya," jawab salah satu dari mereka.
Revan mencengkram kuat rahang pria itu."Kau tahu, itu bukanlah jawaban," ucap Revan lalu melepaskan dengan kasar cengkramannya pada pria itu hingga jatuh tersungkur ke lantai.
Revan benar-benar dibuat kelimpungan oleh Amora. Sampai detik ini ia belum kunjung menemukan titik terang keberadaan Amora padahal wakti tinggal satu hari lagi sebelum rencana mereka menyerang markas milik Lucas. Kakek Armand bisa-bisa murka tahu Amora belum di temukan. Entah siapa dalang di balik hilangnya Amora, ia yakin bukanlah orang sembarangan karena ia sama sekali tidak bisa melacak keberadaan gadis itu melalui cctv rumah sakit dan juga jalan raya.
Sementara itu di sebuah pulau yang cukup jauh dari kota, seorang gadis duduk termenung menatap langit malam dari balkon kamar yang ia tempati tiga hari ini. Ia ingin pergi jauh dari negara ini, tempatnya bukanlah di negara ini dan juga di markas Kakek Armand.
"Maaf Nona, ini sudah larut malam, sebaiknya Nona beristirahat!," ujar maid yang mendatangi kamar yang di tempati gadis itu.
"Aku tidak bisa tidur malam ini," jawab gadis itu.
"Tapi Nona, Tuan bisa marah jika tahu Nona belum beristirahat," jawab maid itu
"Katakan pada Tuanmu itu jika aku ingin bertemu," ujar gadis itu. Tiga hari ini disini tapi ia tidak pernah bertemu dengan orang yang sudah membawanya pergi dari Kakek Armand. Ya dia adalah Amora, ia dibawa seseorang kesini, atas perintah orang yang tidak ia ketahui siapa.
"Tuan akan menemui anda Nona tapi tidak sekarang," jawab maid itu.
"Siapa nama Tuanmu?," tanya Amora yang cukup penasaran siapa yang membantunya pergi dari Kakek Armand. Ia memang tidak pernah tahu siapa yang membawanya ke sini karena semalam saat masih dirumah sakit ia masih berada disana dan tiba-tiba saja paginya saat ia membuka kedua matanya ia sudah berada di mansion yang letaknya ditengah lautan ini. Mansion yang cukup luas dibangun di tengah pulau yang cukup sunyi. Disini hanya ada penjaga dan juga beberapa maid.
Maid itu menggeleng pelan."Kami yang bekerja disini tidak punya kuasa untuk mengatakan siapa Tuan kami, Nona," jawab maid itu.
Amora menghela nafas beratnya, siapa orang yang sudah menyelamatkan dari belenggu Kakek Armand?. Ia ingin sekali bertemu dengan orang itu dan mengucapkan terimakasih.
"Yang jelas Tuan kami tidak berniat jahat pada anda Nona. Kami bisa melihatnya sendiri saat ia memperlakukan Nona saat dibawa kesini," ucap maid itu.
Amora mengangguk pelan, siapapun orang yang sudah membawanya pergi dari belenggu Kakek Armand ia akan berterima kasih padanya. Amora menuruti perintah maid untuk segara masuk ke kamarnya dan beristirahat dan meminta maid itu untuk keluar.
Amora merebahkan tubuhnya diatas ranjang yang cukup luas dan tentunya begitu empuk itu dengan perlahan. Ia berusaha untuk mengingat siapa dirinya sebenarnya namun lagi-lagi kepalanya rasanya begitu sangat sakit tapi ia tetap berusaha. Ia tidak ingin terlalu lama terjebak disini, ia ingin tahu siapa dirinya sebenarnya.
"Argh...," Amora memegangi kepalanya yang berdenyut, hanya bayangan samar yang tidak begitu jelas yang ia lihat setiap kali akan memejamkan kedua matanya. Itulah sebabnya ia tidak ingin tidur, sudah satu bulan ini tidurnya terganggu oleh bayangan itu tapi ia tidak mengatakan pada siapapun termasuk Revan dan Kakek Armand.
Amora kembali duduk sembari bersandar dikepala tempat tidur. Ia ingin sekali tahu siapa dirinya tapi sampai detik ini ia selalu gagal untuk mencoba mengingatnya. Ia tidak lagi mengkonsumsi obatnya atas larangan dari Revan yang mengatakan jika ia terus mengkonsumsi obat dengan jaka panjang maka akan berdampak buruk pada kesehatannya.
Amora ingin sekali tahu siapa dirinya dan pergi jauh dari sini. Ia teringat akan perjanjiannya dengan Kakek Armand, orang yang sudah menyelamatkannya dari kecelakaan yang menimpanya delapan bulan yang lalu yang mengakibatkan ia kehilangan memori masa lalu dan juga siapa dirinya.
Kakek Armand mau membiayai seluruh pengobatannya asalkan mau bergabung dengannya. Ia yang saat itu tidak memiliki siapapun dan tidak bisa mengingat siapa dirimu mengangguk setuju. Dan semenjak itu Kakek Armand meminta orang kepercayaannya yaitu Revan untuk mendampinginya hingga sembuh dan juga melatihnya selama lima bulan lamanya.
...****************...
semoga para penjaga tidak ada yg berkhianat
bagaimana busuk nya kake Arman