Istri Sang Gubernur

Pesta telah usai, semua tamu sudah kembali ke rumah mereka. Tantra duduk di sofa ruang tengah terlihat santai dengan segelas minuman hangat yang di buatkan Marni. Johan dan Inka sibuk mengarahkan pekerja yang kembali menata ruangan utama. mereka membereskan hiasan dan ornamen sisa pesta tadi.

Amelia menatap Tantra dari kejauhan, ia memberanikan diri untuk mendekati suaminya.

"Mas..." kata Amelia ragu.

Tantra masih hanya diam, tidak memandang Amelia membuat Amelia ciut ingin bicara. ia hanya memainkan jemarinya karena grogi Tantra mengabaikannya.

Sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat untuk ku bicara dengan mas Tantra. mungkin besok saja aku akan bicara dan meminta maaf padanya.

Saat Amelia akan beranjak pergi, Tantra tiba-tiba mengulurkan tangannya menatap Amelia dengan senyum samar. Amelia menyambut tangan Tantra, suaminya itu menariknya perlahan hingga terjatuh tepat di pangkuan Tantra yang masih duduk bersandar sofa.

"Ada apa?" suara khas sedikit serak itu begitu dekat dengan telinga Amelia.

Dengan reaksi canggung dan wajah memerah Amelia memulai pembicaraan.

"Mas aku mau minta maaf" kata Amelia memberanikan diri menoleh ke samping menatap dua bola mata Tantra.

Baru kali ini Amelia memandang mata Tantra begitu dekat. mata yang nampak misterius dan sulit di tebak. terkadang terkesan lembut tapi juga terkadang terlihat kejam dan dingin.

"Baiklah, jangan membuatku marah aku tidak suka itu" kata Tantra.

Amelia mengangguk, meski seribu pertanyaan tentang Delita berkecamuk di pikirannya tapi ia menahannya di hadapan Tantra. jika Amelia membuat Tantra marah maka ia akan lebih sulit memperoleh informasi soal Delita dan Amelia juga akan gagal untuk mencegah Alvin melakukan jebakan korupsi pada Tantra.

Amelia hanya ingin meyakinkan satu hal, ia ingin tahu apa Tantra adalah orang yang baik seperti citranya selama ini. jika itu benar maka Alvin tidak memiliki hak untuk mengacaukan karir Tantra sebagai gubernur.

Amelia tersenyum, ia mengusap wajah Tantra yang terlihat lelah. sedikit pelukan ia berikan agar Tantra tidak curiga padanya.

Tantra tersenyum membalas mengusap rambut Amelia. ia tahu Amelia wanita cerdas yang tidak hanya akan tinggal diam jika ia penasaran dengan sesuatu. Tapi Tantra memilih pura-pura tidak tahu. mau bagaimana lagi, Tantra memang selalu lunak jika Amelia susah berlaku lembut padanya. ia mencintai Amelia sejak pandangan pertama dan sampai sekarang rasa itu tidak berubah.

Amelia dan Tantra kembali tidur satu kamar meski belum terjadi sesuatu antara keduanya. seperti malam ini Amelia tiduran di samping Tantra yang menatap langit-langit kamar.

"Mas tangan ku sudah pulih" kata Amelia menoleh ke samping.

Tantra ikut menoleh memandang wajah sang istri.

"Benarkah? itu kabar bagus"

"Iya dan besok aku sudah mulai bertugas kembali di rumah sakit"

"Selamat untuk mu dokter Amelia" kata Tantra.

Amelia tersenyum, menatap wajah tampan Tantra yang sedang tersenyum tulus padanya membuat Amelia seakan kehilangan kendali. jantungnya selalu berdebar tidak beraturan setiap kali ia beradu pandang dengan Tantra.

Amelia langsung tergagap, ia mengedipkan matanya lalu berpaling dan menarik selimut. ia mulai memejamkan matanya. Tantra yang melihat tingkah Amelia hanya terdiam seperti biasa. ia tidak berdaya dan belum bernyali untuk memaksa Amelia melayani dirinya. Tantra ingin Amelia mencintainya lalu hubungan yang lebih jauh baru akan terjadi. Tantra tidak ingin memaksa Amelia melayaninya tapi hati Amelia milik orang lain. itu akan sangat menyakitkan bagi Tantra.