NovelToon NovelToon
Guruku Adalah Pacarku

Guruku Adalah Pacarku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dikelilingi wanita cantik / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Teen Angst / Idola sekolah
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

GURUKU ADALAH CINTAKU, BIDADARI HATIKU, DAN CINTA PERTAMAKU.

******

"Anda mau kan jadi pacar saya?" Seorang pria muda berjongkok, menekuk satu kakinya ke belakang. Dia membawa sekuntum mawar, meraih tangan wanita di hadapannya.

Wanita itu, ehm Gurunya di sekolah hanya diam mematung, terkejut melihat pengungkapan cinta dari muridnya yang terkenal sebagai anak dari pemilik sekolah tempatnya bekerja, juga anak paling populer di sekolah dan di sukai banyak wanita. Pria di hadapannya ini adalah pria dingin, tidak punya teman dan pacar tapi tiba-tiba mengungkapkan cintanya ... sungguh mengejutkan.

"Saya suka sama anda, Bu. Anda mau kan menerima cinta saya?" lagi pria muda itu.

"Tapi saya gurumu, Kae. Saya sudah tua, apa kamu nggak malu punya pacar seperti saya?"

Sang pria pun berdiri, menatap tajam kearah wanita dewasa di hadapannya. "Apa perlu saya belikan anda satu buah pesawat agar anda menerima cinta saya? saya serius Bu, saya tidak main-main,"

"Tapi..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 5. Lampu Tidur Galaksi

"Tapi?" tanya Indra dan Kaesang serentak.

Bulan dengan cepat menyahut. Air matanya kembali mengalir. "Tapi Fano itu pacar saya pak. Tadi setelah dia anu saya di perpus dia langsung putusin saya dan pergi. Dia tidak memberikan penjelasan apapun. Kami baru aja pacaran, dia baru kali ini sentvh saya," jelas Bulan.

Kaesang dan Indra sama-sama terkejut. Mereka saling bertatapan dan memberikan jawaban secara bersamaan. "Pacar? jadi kamu pacar Fano?" tanya Indra tak percaya.

"Astaga, jadi si lampu tidur galaksi pacar si bocah urakan itu? gimana bisa bocah urakan kayak Fano punya pacar kayak Bulan? apa nih cewek udah di pelet sama dia makanya mau jadi pacarnya?" pikir Kaesang sambil geleng-geleng kepala heran.

Bulan mengangguk, perlahan dia menurunkan wajahnya. "Iya pak. Dia pacar saya." ucap Bulan dengan ekspresi sedih dan tertekan.

Indra menggelengkan kepalanya berulang kali. Dia mengira jika Fano melec3hkan Bulan hanya karena dia bosan saja. Tapi rupanya Bulan dan Fano adalah sepasang kekasih.

"Sepertinya kamu cuma dijadiin bonekanya Fano aja. Pacar dia di sini udah banyak loh, tapi semua dicampakkan. Kamu tanya deh sama Kaesang, Dia tahu semua tuh siapa aja pacarnya Fano." Indra memutar kepalanya ke arah Kaesang, sementara Kaesang dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah Bulan.

"Ya, dia punya banyak mantan disini dan sebagian dari mereka udah pada keluar," sahut Kaesang dengan wajah datar, tanpa menunjukkan ekspresi sedikit pun.

Bulan menyahut cepat. "Kalau dia nakal kenapa dia nggak di keluarin dari sini? katanya ini sekolah bagus, tapi kok bisa ada preman kayak Fano disini?" cecar Bulan.

Kali ini Indra yang menjawab. Wajahnya terlihat lelah dan penuh dengan beban. Ya, beban pekerjaan.

"Orang tuanya nyuap sekolah. Saya sudah ingin mengeluarkannya tapi orang tuanya ngelakuin segala cara biar anaknya tetap sekolah. Mereka sudah membuat janji, katanya kalo Fano bikin masalah lagi saya boleh untuk mengeluarkan Fano dari sekolah." kata Indra.

Kaesang yang mendengar itu dengan cepat menyahut, wajahnya seperti ingin mengatakan sesuatu. "Kalo Fano bikin masalah lagi baru bisa dikeluarkan ya masalah ini bisa diangkat dong. Di sini dia itu udah melec3hkan perempuan. Nggak mungkin kan papa, ehm anda tetap diam aja?" Benar juga apa yang dikatakan oleh Kaesang.

Kesalahan Fano kali ini sudah sangat fatal. Apa yang sudah dilakukannya jauh lebih parah dari sebelumnya. Dengan semua perbuatannya itu, dia harus menerima konsekuensi yang sesuai. Salah satunya adalah dikeluarkan dari sekolah dan dikenai denda.

"Baik, nanti saya akan menghubungi orang tua Fano dan memintanya datang. Mereka biasanya sibuk, kalau ada sesuatu tentang anaknya gini biasanya akan ada orang yang datang tapi bukan mereka. Semoga mereka mau datang," kata Indra sambil mengambil ponselnya.

"Mau rapat sama mereka?" tanya Kaesang.

Indra mengangguk. "Ya, saya harus mengambil ketegasan kali ini. Sebenarnya banyak sudah yang melaporkan kelakuan-kelakuan Fano akhir-akhir ini. Semua kenakalannya, tapi saya tetap diam karena kekuasaan orang tuanya ...

Sekarang saya harus mengambil ketegasan buat ngeluarin dia dari sekolah. Saya nggak mau sekolah yang saya dirikan jadi tercoreng gara-gara dia." Indra terlihat mengirimkan pesan kepada seseorang di ponselnya. Setelah beberapa saat, Indra mencoba menelepon orang tersebut, namun tidak mendapatkan jawaban.

Dengan ekspresi kekesalan dan kemarahan, Indra meletakkan ponselnya di atas meja. "Mereka nggak jawab telepon. Dikirimi pesan juga nggak dibaca. Huff," kata Indra sembari menghela napas panjang.

"Yaudah biarin aja, nanti mereka juga Dateng kok." sahut Kaesang.

Indra menganggukkan kepalanya, menatap Kaesang dan Bulan bergantian. "Kalian masuk ke kelas lagi aja ya, nanti kalo orang tua Fano dateng pasti saya panggil," ucap Indra.

Kaesang dan Bulan mengangguk serentak, lalu berdiri dari tempat duduk mereka dan meninggalkan ruang kepala sekolah menuju ke kelas masing-masing.

Bulan sudah masuk ke kelasnya, Kaesang sedang berjalan ke kelasnya sampai di tengah jalan langkahnya di cegat oleh Fano.

"Minggir Lo, gue mau lewat!" kata Kaesang.

Tapi Fano dengan muka tengilnya dan penampilannya yang berantakan segera memegang bahu Kaesang, membisikkan sesuatu padanya.

"Lo tanggung jawab ya sama Bulan, nanti gue bakal baik sama Lo," sahut Fano sembari tersenyum smirk.

Kaesang yang mendengar ucapan Fano segera mendorong bahunya kuat. "Gil4 ya Lo, ini kesalahan Lo bukan gue. Ngapain gue yang harus tanggung jawab?! nggak. Gue nggak mau, bokap gue udah nelpon bokap Lo, pasti bentar lagi bokap Lo bakal Dateng kesini." kata Kaesang sembari tersenyum bangga. Tapi Fano tidak terima dan marah akan hal itu.

Dengan tanpa memperhitungkan konsekuensinya, Fano meninju perut Kaesang, membuat Kaesang merintih kesakitan.

Bug!

"Ouch, Lo ... !!"

"Apa? nggak terima? Gue nggak takut ya sama Lo, meski gue tau Lo adalah anak pak Indra. Udah dari lama gue pengen mukvlin Lo kayak gini," Fano kembali menyerang Kaesang tanpa ampun, membuat Kaesang tak berdaya. Meskipun berkeinginan untuk membalas, namun sebelum sempat bertindak, Fano telah melancarkan serangannya. Serangan itu begitu gan4s dan tiba-tiba.

Kaesang terjatuh ke tanah, wajahnya penuh luka memar. Seorang guru datang dan melerai mereka.

"Fano, apa yang kamu lakukan?! kenapa kamu mukvlin Kaesang kayak gini? ayo sekarang kamu ikut saya ke ruang kepsek." Guru itu pun membawa Fano ke ruang kepsek.

Dari kejauhan, Tyas muncul dan melangkah mendekati ruang guru. Namun, tiba-tiba, pandangannya terhenti saat melihat Kaesang duduk di tanah dengan pakaian yang berantakan, tidak seperti biasanya. Tanpa ragu, Tyas pun mendekati Kaesang.

"Kamu kenapa? astaga, muka kamu memar-memar, ayo kita ke UKS biar saya obati luka kamu," tanpa jawaban dari Kaesang, Tyas membantu Kaesang berjalan ke ruang UKS.

Setibanya disana, Tyas dengan telaten mengobati luka memar di muka Kaesang.

"Aduh, sssshh," Kaesang sedikit mendesis menahan sakit saat Tyas melapisi wajah Kaesang yang terluka dengan Betadine.

"Tahan ya, dikit lagi selesai kok," kata Tyas. Wajahnya terlihat cemas dan khawatir. Apakah dia sekhawatir itu terhadap Kaesang?

Kaesang tersenyum tipis melihat kekhawatiran Tyas terhadapnya. Dia menatap kearah Tyas lama. Setelah Tyas selesai mengobati luka memar Kaesang, pandangannya pun beralih kembali kepada Kaesang.

Mereka saling menatap, tanpa sepatah kata pun terucap. Sampai akhirnya keduanya memalingkan wajah, merasa sedikit malu dan canggung.

"Makasih ya Bu sudah menolong saya," kata Kaesang sembari tersenyum. Senyum yang sangat langka karena dia jarang tersenyum.

Dengan senyum mengembang, Tyas membalas tanpa menatap Kaesang. "Sama-sama," ucap Tyas, terlihat sedikit malu atau canggung. Entahlah, Kaesang sendiri juga bingung.

********

Keesokan harinya, suasana di sekolah terasa hening. Kabar tentang insiden antara Fano dan Kaesang, serta perlakuan Fano terhadap Bulan, telah menyebar dengan cepat di kalangan para siswa. Bulan yang mendengar kabar tantang Fano yang memukvli Kaesang langsung mencari Kaesang untuk menanyakan keadaannya.

"Kae, apa yang terjadi sama kamu kemarin? Aku dengar kamu dipukuli Fano," tanya Bulan khawatir.

Kaesang mengangguk perlahan, masih terasa sedikit perih di mukanya. Bekas luka itu belum menghilang. "Iya, dia tiba-tiba nyerang gue di tengah jalan." jawab Kaesang.

Bulan merasa marah mendengar cerita itu. "Kenapa dia bisa ngelakuin hal kayak gitu? Apa yang sebenarnya terjadi antara kalian berdua?"

Kaesang pun menceritakan insiden yang terjadi di koridor sekolah kemarin. Bulan semakin merasa kesal dan tidak terima dengan perlakuan Fano.

"Aku nggak akan tinggal diam, aku akan melaporkan kejadian ini kepada kepala sekolah. Fano harus mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya," ujar Bulan dengan tegas.

Kaesang menyela, "Eits, nggak usah. Kemarin udah ada Bu guru yang bawa Fano ke ruang kepsek. Mungkin bentar lagi dia bakal diadili," ucap Kaesang.

Keesokan harinya, rapat darurat pun digelar di ruang kepala sekolah. Indra, Kaesang, Bulan, Fano, dan orang tua Fano semua hadir dalam rapat tersebut. Indra memberikan penjelasan tentang insiden yang terjadi dan mengumumkan keputusannya.

"Fano, atas perbuatanmu yang tidak terpuji ini, saya memutuskan untuk mengeluarkanmu dari sekolah ini. Kamu tidak pantas berada di lingkungan pendidikan jika terus melakukan tindakan keker4san seperti ini," ujar Indra dengan tegas.

"Kamu juga harus membayar denda atas apa yang sudah kamu lakukan pada Bulan. Saya nggak peduli kamu akan membayarnya dengan apa, tapi sebelum kamu angkat kaki dari sini kamu harus membayar denda itu." Imbuh indra.

Orang tua Fano terlihat terkejut dan kecewa dengan keputusan tersebut. Mereka mencoba membela Fano, namun Indra tetap kukuh dengan keputusannya.

Bulan merasa lega dan puas dengan keputusan tersebut. Dia merasa bahwa keadilan akhirnya ditegakkan dan Fano mendapatkan hukuman yang pantas atas perbuatannya. Setelah rapat selesai, Bulan mendekati Kaesang dan Indra.

"Terima kasih, Pak Indra, atas keputusan yang adil ini. Saya harap ini bisa menjadi pelajaran bagi Fano untuk tidak mengulangi perbuatannya di tempat lain," ucap Bulan sambil tersenyum.

Indra mengangguk, "Sama-sama, semoga kejadian serupa nggak terulang lagi sama kamu dan murid lainnya ya. Semoga insiden ini menjadi pembelajaran bagi semuanya untuk menghindari tindakan keker4san dan pelec3han, seperti yang dilakukan Fano kepadamu." ucap Indra, sembari menghela nafas kasar.

"Semoga setelah ini Fano bisa jera dan nggak mengulangi kesalahannya," imbuh Indra.

Setelah kejadian itu, suasana di sekolah pun kembali normal. Para siswa kembali fokus pada pelajaran dan kegiatan sekolah lainnya. Fano pun akhirnya angkat kaki dari Genius High School, setelah memberikan sejumlah uang kepada Bulan dan sekolah. Kepergiannya meninggalkan kesan yang tidak menyenangkan di hati para siswa.

Bersambung ...

1
Misnati Msn
Lanjut
◍•Grace Caroline•◍: makasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!