"Devina, tolong goda suami Saya."
Kalimat permintaan yang keluar dari mulut istri bosnya membuat Devina speechless. Pada umumnya, para istri akan membasmi pelakor. Namun berbeda dengan istri bosnya. Dia bahkan rela membayar Devina untuk menjadi pelakor dalam rumah tangganya.
Apakah Devina menerima permintaan tersebut?
Jika iya, berhasilkah dia jadi pelakor?
Yuk simak kisah Devina dalam novel, Diminta Jadi Pelakor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Seburuk Itu
"Apa yang kamu sembunyikan dari Saya, Meri. Katakan!" Bentak tuan Aksa.
Tante Meri terkejut. Tidak menyangka tuan Aksa masuk secara tiba-tiba ke ruang pribadinya. "Mas, kamu apa-apaan. Sembarangan masuk ke ruang pribadi Aku," ucapnya merajuk. Biasanya jika sudah memasang wajah merajuk seperti itu, suaminya akan mengalah.
Tante Meri tidak tahu saja yang sebenarnya. Tuan Aksa bukan mengalah, melainkan dia malas ribut dengan istrinya yang tidak pernah bisa dinasehati.
Tapi tidak kali ini. Tuan Aksa tidak akan pergi meninggalkan Meri. Dia harus tahu apa yang disembunyikan wanita itu dibelakangnya. "Ini rumahku," ucap tuan Aksa.
"Ini juga rumahku Mas," balas tante Meri tidak mau kalah.
"Kamu lupa ini rumah siapa? Ini rumah ibu dari anak-anakku."
Tante Meri mengepalkan tangannya. Dia benci kalau suaminya itu mengingat mendiang istri pertamanya. Jika bukan karena kemewahan yang dijanjikan ibu tuan Aksa, mana mau tante Meri jadi istri kedua yang selalu dibayang-bayangi oleh istri pertama. Dengan cepat tante Meri mengubah raut wajahnya kembali menjadi manis, saat tuan Aksa mendekat.
"Iya Mas, Aku tahu ini rumah ibunya Gilang dan si kembar," ucap tante Meri. Namun hatinya mengingkari itu. "Ini rumahku," ucapnya dalam hati. Dia nyonya di rumah ini. Gilang saja bisa dia singkirkan, sebentar lagi suaminya juga akan dia lenyapkan.
"Siapa yang baru saja kamu hubungi?" tanya tuan Aksa menyelidik.
"Orang yang aku minta untuk menurunkan berita tentang Devina dan Gilang. Mereka berhasil, berita itu sudah hilang. Coba Mas Aksa cek sendiri."
Tante Meri tersenyum senang, karena tuan Aksa mendengarkan ucapannya. Pria itu menggulir layar smartphone miliknya. Berita tentang devina yang hilang, untuk saat ini membantu Meri untuk berkelit dari suaminya.
"Bagus, kerja kamu bagus Mer," puji tuan Aksa. Pria itu lalu meninggalkan tante Meri.
"Tunggu saja waktunya Mas. Kamu akan aku kirim menemui ibu dari anak-anakmu itu. Aku sebagai istrimu saat ini yang akan mendapatkan semua harta dan perusahaan kamu. Dan kedua anak kembarmu tetap jadi anak keluarga miskin selamanya." Tante Meri tertawa setelah bicara pada dirinya sendiri.
Di Hans Company, Gilang dan Eki masih mencari, siapa orang yang membantu mereka secara diam-diam menurunkan berita tentang Devina. Pimpinan Hans Company itu sangat penasaran. Sudah pasti dia sangat ahli dalam bidang IT. Tapi mengapa? Itulah yang Gilang pertanyakan.
"Masih tidak bisa di lacak," ucap Eki.
"Biarkan saja, suatu hari pasti dia akan menampakkan dirinya," balas Gilang. "Sekarang, bagaimana perkembangan Cakrawala Company?" tanya Gilang.
"Tuan Aksa tidak membuat pergerakan apa-apa. Beliau seolah membiarkan perusahaan itu diambil alih oleh istri dan adik iparnya," jawab Eki.
"Pantau terus, jangan sampai itu terjadi." Gilang tidak akan membiarkan milik adik-adiknya jatuh ke tangan orang yang salah.
"Aku akan mengajak Devina pergi sebentar," ucap Gilang lagi.
"Yang lama juga tidak apa-apa Pak. Nikmati waktu kalian berdua. Tapi, ..." Eki mengantungkan ucapannya.
"Tapi apa Ki?" Gilang tidak sabar menunggu.
"Sebaiknya segera menikah saja. Pacaran setelah menikah itu lebih indah." Eki memamerkan giginya setelah bicara, karena Gilang melihat kearahnya dengan tatapan menyelidik.
"Apa tidak masalah? Berita yang beredar tentang Devina masih saja ada yang mengangkatnya. Walau kita dibantu penolong misterius itu terus menurunkannya kembali." Gilang takut membuat hidup Devina semakin sulit.
"Saya tidak ingin Devina benar-benar dicap sebagai pelakor," balas Gilang.
"Publik sudah tahu pernikahan Bapak dengan Sandra tidak sah. Jadi tidak ada halangan Bapak dan Devina untuk segera menikah."
Gilang diam sesaat untuk merenungkan ucapan Eki. apa yang disampaikan Eki itu benar, sebaiknya dia meresmikan hubungannya dengan Devina. Setidaknya bertunangan, sebagai pengikat.
"Aku akan mengumumkan pertunanganku dengan Devina. Bukan sebagai Gilang Cakrawala, tapi sebagai Ceo Hans Company." Gilang ingin orang-orang yang terus mencari kesalahan Devina berhenti, setelah tahu tunangan gadis itu bukan pria sembarangan. Pria yang diinginkan banyak wanita, meskipun wajahnya tidak pernah di ketahui publik.
Gilang memutuskan untuk mengajak Devina mengunjungi toko perhiasan. Dia memang pernah memberikan cincin dan kalung berlian pada gadis itu. Tapi Devina mengembalikannya, sesaat setelah gadis itu mengundurkan diri dari Cakrawala Company. Sekarang, Gilang ingin Devina memilih sendiri cincin yang dia sukai. Cincin pertunangan mereka.
"Untuk apa kita ke toko perhiasan Mas?"
Gilang menoleh pada gadis yang dicintainya. Disaat wanita lain sangat senang dibawa ke toko perhiasan, maka Devina mempertanyakan untuk apa. Terkadang Gilang tidak mengerti dengan jalan pikiran Devina. Bukan satu dua kali dia menyatakan perasaannya pada gadis itu, seharusnya Devina paham.
"Untuk mencari perhiasan pastinya," jawab Gilang, lalu keluar dari mobil.
Di sini Devina akui dia yang salah. Tapi bukan itu maksud pertanyaan Devina. Gilang ingin membeli untuk apa dan untuk siapa?
"Ayo turun," ucap Gilang karena Devina hanya diam saja setelah dia membukakan pintu untuk gadis itu.
Gilang mengenakan masker dan kacamata, agar tidak diketahu sebagai Gilang Cakrawala. Mengandeng tangan Devina, Gilang membawa kekasih hatinya masuk ke toko perhiasan. Devina yang akhir-akhir ini viral, menjadi sorotan karyawan dan pengunjung toko perhiasan yang didominasi kaum hawa itu.
Seharusnya bukan hanya Gilang saja yang mengenakan masker, Devina juga membutuhkannya. Setidaknya agar orang-orang tidak mengenalinya, Devina tidak perlu mendengar secara langsung orang-orang yang menggunjingkannya.
"Itu Devina yang viral jadi pelakor," ucap seorang pengunjung.
"Pelakor pura-pura," sahut pengunjung yang lain.
"Pria mana lagi itu yang dia jebak," ujar pengunjung yang berbeda lagi.
"Jangan-jangan benar dia menjual adiknya untuk mendapatkan uang."
"Sepertinya dia keluar dari Cakrawala Company karena ingin mendapatkan ceo perusahaan lain."
Ada banyak obrolan lainnya yang membicarakan tentang keburukan Devina yang viral. Walaupun berita itu sudah turun, tapi tentang Devina jadi pelakor tidak pernah terhapus.
Untuk menjaga kewarasan Devina, Gilang menutup telinga Devina dengan kedua telapak tangannya. Devina terkejut dengan apa yang Gilang lakukan padanya. Devina tahu, Gilang tidak ingin Devina mendengar perkataan buruk tentang dirinya. Namun, bukan itu yang Devina permasalahkan. Melainkan posisi mereka saat ini. Gilang berdiri tepat dibelakangnya. Orang lain akan melihat Gilang seolah memeluk Devina.
"Saya ingin mencari cincin pertunangan," ucap Gilang pada pelayan toko yang menghampiri mereka.
Pelayan toko tersebut mengajak Gilang dan Devina ke etalase yang memanjangkan cincin pasangan. "Pilih mana yang kamu suka," bisik Gilang.
"Untuk Saya?" tanya Devina ragu-ragu.
"Apa mungkin untuk yang lain?" Gilang balik bertanya.
Devina tidak memilih satupun dari sekian banyak cincin pasangan yang di pajang. Tidak ada yang menarik perhatiannya.
"Apa sudah dipajang semua?" tanya Gilang.
Pelayan itu tampak ragu untuk bicara. "Masih ada. Tapi, -."
"Panggil manager kalian," ucap Gilang memotong perkataan pelayan toko yang melayaninya.
Pelayan toko itu meninggalkan Gilang dan Devina untuk memanggil managernya. Cukup lama Gilang menunggu, sehingga dia memutuskan untuk mencari toko perhiasan yang lain saja.
"Tunggu!" panggil seseorang.
"Kalian berdua ini pasti ingin menipu, kan?" ucap pelayan toko yang lain.
"Menipu? Apa kami ini ada tampang penipu? Jangan sembarangan kalau bicara." Devina yang menyahuti karyawan toko tersebut.
Devina geram sejak awal dia datang, digunjingkan dan dipandang sebelah mata. Tapi dia berusaha menghargai niat baik Gilang yang mengajaknya ketempat ini. Sehingga dia diam saja. Dituduh menipu, membuat Devina marah.
"Tuan Hans, saya mohon maaf membuat Anda menunggu." manager toko yang mengenal Gilang itu merasa bersalah. Dia bahkan tidak segera menemui tamunya, setelah tahu Devina yang meminta bertemu manager.
Seburuk itu Devina di mata orang-orang, akibat ulah Wina, Sandra dan tante Meri. Setelah dia bertunangan dengan Devina, maka ketiga orang tersebut akan langsung dia proses dengan caranya sendiri.
"Maaf, Saya dan tunangan saya masih ada pekerjaan lain."