Dinda tidak sadar sudah meninggal sampai dia berubah menjadi wanita tua dengan empat anak dan dua menantu perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Adinda baru kali ini bergembira mendengar alarm kebakaran. Tapi dia harus memutar otaknya untuk memberikan alasan pada dua gadis di depannya ini.
"Alian.. Aqing Bibi merasa tidak nyaman. Mungkin karena tekanan darah mulai naik.Tapi entah bagaimana Bibi bisa mencium udara lembab, mungkin ada air di dalam gua. Pergilah melihat dan Bibi akan menunggu di sini"
Alian tidak buru-buru menyanggupi permintaan bibinya. Apa itu tekanan darah tinggi.
Aneh,kata kata apa ini
Terlepas dari kecurigaan dua gadis ini, keduanya menolak ide untuk masuk leby dalam.
Di pintu gua saja mereka sudah menemukan ular hitam setebal lengan. Mungkinkah di dalam gua masih ada binatang buas yang lebih berbahaya lagi.
Jadi keduanya saling pandang dan belum berniat untuk masuk.
Adinda mungkin sudah mengharapkan jawaban seperti itu dari dua gadis yang belum cukup umur. Dia mengambil nafas panjang seperti orang kelelahan dan kemudian berkata,"Bibi ingin masuk dan melihat apa yang ada di dalam"
"Tapi bibi...
Adinda memotong perkataan alian,"jika tidak mau ,kalian tidak perlu ikut tapi bibi tetap ingin masuk ke dalam sana"
Tidak menunggu jawaban dari dua gadis Adinda langsung masuk dan berjalan ke dalam gua. Khawatir terjadi apa apa dengan sang Bibi dua gadis ini dengan patuh mengikutinya dari belakang sambil mengomel.
Adinda tidak peduli tapi dia tetap fokus memandang ke sekitar dan berharap sistem menemukan sesuatu yang bisa dia jual lagi. Tapi tidak mudah menemukan ginseng. Dan kamu juga tidak perlu berharap menemukan ginseng yang lain untuk ke dua kali nya
Semakin dalam dia berjalan,gua terasa semakin lapang. Anehnya udara semakin nyaman, dan benar saja ada bau air yang meruak.
Alian dan Aqing yang tadinya sedikit khawatir tiba-tiba mengangkat kepalanya.
"Air?"
Alian, apakah memang ada air?"
Aroma air semakin lama semakin jelas. Sekarang keduanya juga bersemangat dan berjalan lebih cepat dari Adinda menuju ke satu arah yang sama.
Gua ini memiliki langit-langit yang tinggi tapi ada celah di atas langit yang membuat udara bersikulasi dengan baik. Mungkin itu sebabnya orang tidak sumpek ketika di dalam gua.
Persis lima belas meter dari jarak yang dikabarkan oleh alarm kebakaran, tiba-tiba ada penampakan spektakuler.
Sebuah kolam dengan diameter lebih dari sepuluh meter ,ada di depan.Aliran air sedikit merembes keluar tapi itu tidak membuat air itu mengering.
Alian dan Aqing saling pandang dan buru-buru mendatangi kolam itu. Mereka masih berhati-hati dan melihat ke kiri dan kanan. Siapa tahu jika ada sesuatu yang bahaya di sekitar mata air.
Tapi apa yang dikhawatirkan sebenarnya tidak terjadi.
Hal ini dikarenakan kehadiran ular hitam yang bersarang tepat di depan pintu masuk. Inilah juga yang membuat hewan buas menghindari lokasi ini.
"Bibi pertama,ini air murni dan hahaha masih hangat"
Aqing berteriak keras," Bibi tidak ada ular juga"
Adinda sudah menebak itu tapi dia masih bergembira ketika mendapati kolam yang jernih itu sebenarnya masih hangat.
inilah kolam air panas alami.
"bibi ini adalah air, setelah ini kita tidak khawatir kehabisan air lagi hahaha"
Alian dan Aqing buru-buru memasukkan kakinya di dalam kolam dan itu benar-benar panas. Namun panas ini sangat cocok untuk mandi.
"Alian , Bibi akan keluar dulu untuk memanggil saudara-saudaramu.Bibi pikir lebih baik kita berlindung di dalam gua ini alih-alih menghabiskan waktu hutan"
Alian segera mengerti apa yang dipikirkan bibinya. Dia mengajukan diri untuk memanggil orang-orang agar bisa beristirahat dengan nyaman di gua ini. Paling tidak di gua ini mereka tidak khawatir diterkam hewan buas ketika sedang bekerja.
Alian dan Aqing bersama-sama keluar meninggalkan Adinda yang menunggu di dalam gua. Selagi menunggu Adinda segera mensurvei lagi gua yang tidak dikenal ini. Dia berharap menemukan sesuatu yang bisa dia jual.
Dan ini sejenis tanaman air yang biasa tumbuh di pinggiran kolam air panas.
Adinda tidak lagi berpikir banyak. Dia menyentuh barang-barang ini dan langsung menjualnya ke dalam sistem.
Yang tidak terpikirkan harganya masih sekitar satu sampai dua sen. Tapi karena jumlah yang begitu banyak, dia mampu mendulang hampir enam ratus sen sekaligus.
Segera pinggiran kolam air panas yang tadinya ditumbuhi dengan gulma yang tidak dikenal ,sekarang bersih sebersih-bersihnya ,seperti dibersihkan oleh cangkul.
Semakin bersih pinggiran kolam maka bentuk dari kolam air panas itu semakin kentara.
Tapi...
Srttt...
Ada beberapa suara di sekitar kolam. Beberapa makhluk putih berlarian dan kemudian menghilang dengan cepat.Adinda menduga, mereka adalah kelinci liar yang bersarang di kolam mata air panas.
Meski di depan pintu gua ada penghalang yaitu ular hitam, tapi entah bagaimana beberapa kelompok kelinci berhasil membuat sarang di sini. Mereka juga beruntung karena begitu banyak ilalang dan gulma liar yang bisa mereka makan ,meskipun tidak keluar dari gua.
Mungkin karena tidak ada musuh alami pertumbuhan keluarga kelinci benar-benar sangat memuaskan.
Adinda tidak serakah tapi dia sangat senang melihat sarang kelinci yang besar.
Hanya saja dia menunggu keluarganya datang.
Segera setelah itu Alian dan Aqing datang membawa anak kedua dan anak ketiga. Mereka baru saja diberi tahu jika ada sebuah gua yang cukup besar disertai dengan kolam air panas yang menjanjikan.
Mendengar kabar saja mereka sudah merasa takjub tapi ketika melihat langsung ke dalam gua , mata keduanya melotot.
"Wah benar-benar ada kolam mata air panas di sini dan ini... hebat.Lihat lah ada celah kecil,apa di sebelah gua ada ruangan lain?"
"Kakak kedua, Entah entah aku harus bergembira atau bersedih. menemukan mata air dan makanan adalah hal yang luar biasa tapi kita akan meninggalkan Desa tidak lama lagi. Sayang segalanya harus ditinggal"kata anak ketiga.
Dalam hal ini Adinda harus memanggilnya sebagai adik ipar ketiga. Adinda tidak meremehkan apa yang mereka katakan karena dia juga berpikir seperti itu.
Sayang sekali.
"Adik ipar kedua dan ketiga, lebih baik kita memasak di sini dan bermalam di sini.Di sini nyaman, kirim seseorang untuk turun memberitahukan masalah ini kepada ibu dan ayah" kata adinda.
Mereka harus mengumpul makanan sebanyak mungkin. Jika mereka terus turun dan naik itu akan menghabiskan waktu. Jadi usulan Adinda sangatlah masuk.
Tidak ada bahaya di sini dan ada persediaan air yang tidak ada habis-habisnya.Jadi mereka bisa melakukan pekerjaan dengan hasil yang dua kali lipat.
Setelah berbicara lebih banyak keduanya langsung setuju dan pergi lagi untuk mengundang semua orang agar datang ke dalam gua. Terlebih lagi anak-anak yang tadinya sedang menunggu air gula dimasak.
Alian dan Aqing juga pergi lagi untuk mengambil beberapa peralatan masak. Betapa nyamannya memasak dengan air panas.
Lagi lagi Adinda ditinggal sendiri tapi kali ini tidak lama.
Arui dan Along juga tiba dengan memikul gelondongan sagu. Gelondongan sagu ini diletakkan persis di mulut gua.
Tapi cara memasukkan gelondongan sagu ini sangatlah sulit.
Gua ini ada di sisi lain sebelah jurang. Untuk bisa pergi ke dalam gua seseorang harus melewati jurang terlebih dahulu.
Along dan yang lain memotong kayu besar yang digunakan sebagai jembatan dadakan. Melalui jembatan itulah mereka bisa bergerak lebih leluasa menuju ke dalam gua.
Anak-anak juga mulai mengangkut barang-barang yang diperlukan dan mereka bergegas masuk untuk melihat apakah benar ada kolam mata air panas di sini.
Berbanding terbalik dengan keponakan yang lain, Aan beda. Dia khawatir dan langsung menarik ibunya untuk dilihat dari ujung kaki sampai ujung rambut.
"Ibu apakah kau kesakitan?" tanyanya dengan nada prihatin.
Adinda berhenti sejenak dan dia mulai merasa kedekatan secara emosional dengan bocah berusia 9 tahun ini. Rupanya alian bercerita kisah pertarungan antara ibu dan ular besar. Adinda mengucek-ngucek rambut aanz sebentar dan berkata," Ibu tidak apa-apa ,Ibu kuat kok, nanti Aan bisa makan daging"
Aan tidak menjawab tapi di dalam hatinya Dia berkata," aku tidak butuh dagingnya selagi ibunya ada di sisi" Tapi perkataan itu ditelannya sendiri.
Adinda menepuk pundak Putra bungsunya dan dia langsung berkata kepada putra kedua.
"Along, tinggalkan pekerjaan ini dulu selagi sebelum gelap ,Pergilah memanen ubi jalar. Kita bisa menyimpannya di sini dulu"kata Adinda yang memerintahkan Putra keduanya.
Setelah Adinda mengingatkan baru kemudian semua orang ingat kepada ubi jalar. Mereka akan makan dan minum di gunung selama dua hari, jadi penting untuk menyelamatkan ubi jalar.
"Ahh ubi jalar sangat manis aku bisa mencuci dan langsung merebusnya di kolam mata air panas nanti sebagai camilan hehehe"
"Ya Kenapa selama ini kita bodoh, ada banyak makanan di sini tapi kita sia-siakan"
Semua orang segera setuju.
Ubi jalar sangat manis dan sangat sayang dilewatkan.
(mari menyebut adik almarhum suami Adinda sebagai adik ipar kedua dan adik ipar ketiga saat mulai saat ini ,agar tidak bingung dengan nama-nama yang diterapkan)
"adik ipar aku pergi"kata Adinda lagi.
Adik ipar kedua dan adik ipar ketiga juga memerintahkan anak laki-laki untuk bergegas kembali ke tempat semula. Ada begitu banyak hal yang perlu dibawa, termasuk dengan gelondongan sagu yang sudah berhasil diserut.
Jangan lupa dengan baskom kayu yang sudah dibuat.
Hal itu cukup berat juga.
Nah sebelum pergi Adinda mengisyaratkan kepada masing-masing anak,"Aan Aceng, coba kalian perhatikan di sudut sana di ada sarang kelinci. Jika beruntung kita bisa mengeringkannya dan membawanya di perjalanan"
"Eh kelinci?"
Aan dan Aceng juga acu, agak seumuran ,mereka tidak pantas untuk diminta menarik gelondongan sagu.
Karena itu tugas yang lebih layak sebenarnya adalah memancing kelinci dari sarangnya.
Mendengar di gua masih ada sarang kelinci ,tiga anak segera bersemangat. Mereka berteriak dan membicarakan bagaimana cara menarik kelinci itu keluar dari sarang.
Adinda tidak tahu rencana apa yang akan diterapkan oleh anak-anak. Saat ini mereka kekurangan waktu dan harus menyibukkan diri.
Sementara Alian dan Aqing harus bergegas untuk membuat makan siang sederhana.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Alian mencuci beberapa ubi jalar dan menyimpannya di dalam kolam air panas secara langsung.
Sementara itu daging ular di cuci dan di buat sup sederhana.Dengan tambahan potongan ubi jalar manis makan siang sederhana sudah siap.
Arinda nyaman meninggalkan anak-anak di sini ,dia juga bergegas pergi menyusul orang lain mengambil dan memindahkan lusinan ubi jalar. Niatnya sedikit curang, di mana dia mencoba menjual beberapa kg lagi ke dalam sistem.
Uang yang barusan dia dapatkan sudah tidak banyak lagi . Dia masih harus mencari kesempatan, bagaimana cara untuk meningkatkan pendapatannya sebanyak mungkin.
Dia tidak kekurangan barang tapi kekurangan uang untuk membeli.
Begitulah.
Along dan Arui bergerak cepat menggali ubi jalar yang ada. Sementara Adinda mencoba membersihkan dedaunan dan menyimpannya ke sudut. Sementara tidak ada yang melihat, dia menjualnya lagi pada sistem.
Tidak lama gunungan ubi jalar kembali terlihat. Dalam sekejap sudah ada puluhan kg ubi jalar dengan dua tenaga kerja ini.
Nanti adik ipar kedua dan adik ipar ketiga juga datang bersama anak laki-lakinya. Sekarang semua orang sedang bergotong-royong menggali dan membersihkan ladang ubi jalar.
Mereka sudah akrab dengan pekerjaan di ladang jadi pekerjaan ini sangatlah mudah untuk masing-masing orang. Hanya Adinda yang merasa tubuhnya sudah tidak kuat lagi dan dia bersandar di sudut.
Ada lusinan monyet yang mengganggu pekerjaan mereka.Suara berisik para monyet agak menyeramkan.Tapi itu tidak membuat para pria takut. Keluarkan sedikit suara dan lempar beberapa ranting ke arah monyet yang mengganggu. Secara alami lusinan monyet ini pergi menjauh.
Setelah menstabilkan staminanya Adinda langsung membantu mengangkut ubi jalar ke dalam keranjang dan membawanya ke dalam gua.
Dia melakukannya bolak-balik dan dengan bantuan yang lain pekerjaan itu selesai lebih kurang dari 2 jam kemudian.
Ketika mereka selesai Adinda merasa tubuhnya bukan miliknya lagi.
Dia langsung berbaring di tanah tidak jauh dari kolam air panas.
Sementara makan siang mulai disajikan dengan mangkuk yang dibawa dari rumah.
"Bibi sebagai ungkapan terima kasih, Bibi akan mendapatkan daging yang paling besar"kata alian.
Semua mata memandang ke arah Adinda dengan iri. Tapi tidak satupun yang memiliki pendapat dengan itu. Adinda lah yang bergerak untuk membantai ular hitam dan hampir mencelaikai dirinya sendiri. Jadi wajar jika dia mendapat bagian lebih banyak dibanding dengan yang lain.
Adinda juga tidak menolak,dia juga senang mendapatkan bagian daging yang paling besar. Hanya saja ketika dia mencicipi sup daging ular sebenarnya masih terlalu amis.
Tidak ada bumbu yang dimasukkan kecuali garam. Ketika dagingnya dimasukkan ke dalam sup ,sebenarnya masih ada sedikit darah karena pencucian tidak bersih.
Adinda menahan mualnya dan menarik sepotong ubi jalar untuk menahan lapar.
Sedangkan sisa daging yang besar itu dikirim kepada Putra tertuanya Arui.
Tentu saja Arui menolak hidangan ini karena dia khawatir dengan tubuh ibunya yang tidak mendapatkan gizi cukup. Dia mendorong mangkok itu dan berkata," ibu makan lebih banyak"
Adinda mendorong lagi ,"tidak Ibu sudah kenyang mungkin terlalu capek"
Sekali lagi mangkuk berisi daging ular dikirim ke arah Adinda oleh Arui dengan tatapan prihatin. Ibu terlalu letih sampai tidak bisa mengangkat sumpit.
Kasihan, ibuku yang malang.
"Ibu maaf aku tidak berbakti sudah setua ini tapi aku masih menyusahkanmu. Tunggu aku bisa menghasilkan uang pada saat itu aku akan membelimu daging babi yang enak"
Uh .. mangkuk itu dikirim lagi ke hadapannya dan ini membuat Adinda merasa ingin muntah.
Uh Bagaimana harus mengatakannya.
Ini benar-benar amis oke.
Keahlian anak-anak ini dalam memasak memang minim ditambah dengan minimnya bumbu dapur.
"Arui, Ibu tidak suka daging ular, ibu akan makan lebih banyak ubi jalar saja"Ini adalah kata terjujur yang pernah Adinda sebutkan setelah datang ke era ini.
Tapi bagi Arui dan Along ini menyiratkan ketidak bergunaan mereka sebagai anak laki-laki. Tidak seorangpun yang tidak menginginkan daging di dalam dunia ini.
Ibu hanya melakukannya agar putranya mendapat lebih banyak makanan tambahan.
Oh ibuku sayang ibuku malang.
terus lanjut update nya thorr
terus lanjut update nya thorr