Wanita, seorang insan yang diciptakan dari tulang rusuk adamnya. Bisakah seorang wanita hidup tanpa pemilik rusuknya? Bisakah seorang wanita memilih untuk berdiri sendiri tanpa melengkapi pemilik rusuknya? Ini adalah cerita yang mengisahkan tentang seorang wanita yang memperjuangkan kariernya dan kehidupan cintanya. Ashfa Zaina Azmi, yang biasa dipanggil Azmi meniti kariernya dari seorang tukang fotokopi hingga ia bisa berdiri sejajar dengan laki-laki yang dikaguminya. Bagaimana perjalanannya untuk sampai ke titik itu? Dan bagaimana kehidupan cintanya? Note: Halo semuanya.. ini adalah karya keenam author. Setiap cerita yang author tulis berasal dari banyaknya cerita yang author kemas menjadi satu novel. Jika ada kesamaan nama, setting dan latar belakang, semuanya murni kebetulan. Semoga pembaca semuanya menyukainya.. Terimakasih atas dukungannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Penilaian
“Aku kemarin melihat Azmi di Hotel B, apa dia sedang liburan?” Tanya salah seorang teman Priyo yang baru kembali dari cuti.
“Mungkin saja.”
“Tapi kenapa tidak pakai hijab?”
“Hah?” Seketika semua orang tanya da diruang istirahat terkejut.
“Maksud kamu apa?” Tanya Priyo.
“Ya! Aku melihat Azmi di hotel itu karena aku juga menginap disana. Saat baru masuk ke kamar, aku melihatnya mengenakan hijab. Tetapi ketika keluar ia tidak lagi berhijab, malahan masuk ke kamar yang ada disebelah ku.” Jelas teman Priyo yang bernama Aldi.
“Kamu salah lihat mungkin!” Priyo menyanggah.
“Tidak mungkin! Aku berani jamin kalau yang aku lihat Azmi!”
“Tidak mungkin Azmi tidak berhijab, apalagi masuk kekamar orang!” Seru Priyo.
“Jangan membelanya kalau memang dia salah, Yo! Kamu menceraikannya juga karena itu kan?”
“Tidak!”
“Lalu karena apa kamu menceraikannya?”
“Bukan urusanmu!” Priyo meninggalkan ruang istirahat.
Orang-orang masih melanjutkan pembicaraan karena ternyata Aldi sempat mengambil foto Azmi yang baru memasuki kamar. Sementara itu, Priyo mencoba menghubungi Azmi.
“Kenapa tidak kamu angkat?” Gumam Priyo yang masih mencoba menelepon.
Di panggilannya yang ketiga, barulah Azmi mengangkatnya. Segera Priyo menanyakan dimana Azmi dan apakah benar Azmi tinggal di hotel.
“Iya, Mas. Aku 2 hari ini di hotel. Aku sedang training.”
“Dengan siapa saja?”
“Aku satu kamar dengan temanku. Total ada 12 peserta.”
“Perempuan?”
“Tentu saja!”
“Apakah perempuan itu tidak berhijab?”
“Mas tahu darimana?”
“Syukurlah.. Jaga dirimu.” Priyo merasa lega setelah mendengar jawaban Azmi.
Sejak awal ia tidak percaya karena Azmi yang ia kenal tidak akan menanggalkan hijabnya, apalagi masuk ke kamar lain. Tapi bagaimana caranya membersihkan nama Azmi?
“Aku baik-baik saja, Mas.”
“Baguslah.”
Setelah mengakhiri panggilan, Priyo kembali ke ruang istirahat. Mereka yang masih membicarakan Azmi segera bungkam.
“Lain kali kalau kamu tidak tahu pasti, jangan menyebarkan kabar yang tidak jelas kebenarannya. Itu bukan Azmi. Azmi satu kamar dengan perempuan tidak berhijab.” Kata Priyo yang kembali keluar dari ruang istirahat.
Ia memilih pergi ke Warehouse untuk menumpang istirahat.
“Aku yakin itu Azmi! Bukan orang lain!” Aldi masih pada kepercayaannya.
Beberapa ada yang masih percaya dan beberapa lebih memperdayai ucapan Priyo. Mereka juga tahu Azmi beberapa bulan. Azmi tidak ada keluar Warehouse kecuali ada urusan. Bahkan selain Priyo mungkin tidak ada laki-laki yang dekat dengan Azmi. Bahkan rumor Azmi berpelukan itu pun sudah ketahuan jika yang memeluk Azmi adalah Priyo.
Di sisi lain.
“Apa maksudnya Mas Priyo? Dari mana ia tahu Mbak Maira tidak berhijab?” Gumam Azmi.
“Cepat makan, Mi! Sebentar lagi waktunya masuk ruangan!” Seru Maira.
Azmi menghabiskan makanannya dan membuang bungkusnya ke tempat sampah. Setelah mencuci tangan, Azmi yang akan pergi ke ruang pertemuan bertemu dengan seorang ibu dan anaknya yang masih balita.
“Maaf, apa Anda pernah melihat orang ini?” Tanya ibu tersebut.
Azmi melihat ponsel yang menunjukkan wajah orang yang dicari. Ia merasa pernah melihatnya, tetapi tidak yakin.
“Maaf, Bu. Saya tidak tahu.”
“Bukankah kamu bekerja di KRN?”
“Iya, Bu. Saya kerja di KRN.”
“Sedang apa disini?”
“Ada training, Bu. Maaf, saya harus segera masuk. Permisi!” Azmi meninggalkan Ibu tersebut dan masuk ke ruangan.
Beruntung sesi belum dimulai sehingga ia tidak terlambat.
“Halo semuanya.. Materi yang saya sampaikan selama dua hari ini sudah berada di bab terakhir. Besok kita akan melaksanakan penilaian. Siapa yang mendapat nilai diatas 85 akan lolos dan mendapatkan sertifikat skill. Sedangkan yang berada dibawah bisa mengulang di training selanjutnya.” Jelas trainer.
“Maaf, Pak.” Sela salah seorang peserta.
“Iya.”
“Penilaian dilakukan secara tertulis atau bagaimana?”
“Penilaian akan dilakukan dengan 2 tahapan. Yang pertama tes tertulis dan yang kedua presentasi. Setelah melakukan tes tertulis kalian akan diberikan waktu 3 jam untuk menyusun presentasi, jadi bawa laptop masing-masing.”
Para peserta mulai berbisik-bisik. Ada yang bersyukur, ada pula yang mengeluh. Azmi hanya diam, ia perlu mempersiapkan diri nanti malam. Sedangkan Maira tidak mendengarkan dengan serius.
Training hari itu diakhiri dengan tanya jawab. Azmi dan 4 orang lainnya yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar, mendapatkan souvenir berupa tumbler tahan panas dengan logo perusahaan.
“Mbak Maira malam ini tidak kembali lagi?” Tanya Azmi saat akan meninggalkan ruangan.
“Iya, Mi. Kamu bisa tenang untuk mempersiapkan besok.”
“Memangnya Mbak Maira tidak?”
“Aman saja, Mi!”
“Baiklah!” Azmi mengangguk dan meninggalkan ruangan.
Malam hari, setelah selesai makan malam Azmi mulai mengulas kembali materi yang ia dapat selama 2 hari ini. Paling tidak, ia harus lulus skill ini untuk bisa mengokohkan posisinya sebagai admin. Lagipula kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali.
Sementara itu, Maira sedang gusar karena Bos Jaka tidak mendatanginya malam ini.
“Ponsel mati, tidak ada kabar sama sekali! Sebenarnya kamu dimana? Apa dia ketahuan istriny?” Maira bermonolog.
Maira menunggu Bos Jaka sampai larut. Ia akhirnya tertidur dan keesokan harinya, ia masih tidak mendapatkan kabar dari Bos Jaka.
“Mbak Maira begadang?” Tanya Azmi.
“Kenapa, Mi?”
“Mata panda Mbak Maira terlihat sekali.”
“Benarkah?” Segera Maira mengambil kaca dari tasnya dan melihat kantung matanya.
Benar yang dikatakan Azmi, mata pandanya terlihat jelas. Ia pun menyapukan makeup kembali untuk menyamarkan kantung matanya.
Tak lama setelah itu, training dimulai. Masing-masing peserta diberikan soal untuk penilaian tertulis. Waktu mereka 1 jam untuk mengerjakannya. Setelah selesai mengerjakan, mereka akan mengambil undian tema presentasi dan dipersilahkan menyusun presentasi.
Disela mengerjakan presentasi, ada coffebreak yang kali ini tidak hanya di hotel melainkan para peserta dibawa ke sebuah kafe. Setelah satu jam berlalu, mereka kembali berkutat dengan bahan presentasi.
“Oke! Waktu sudah habis! Silahkan ambil undian untuk menentukan urutan.” Para peserta mengambil undian.
“Nomor 1, Silahkan!”
Peserta nomor 1 adalah admin dari departemen Enginering. Presentasi yang dibawakan mendapat tepuk tangan dari semu peserta. Tetapi mendapatkan beberapa kritik dan saran karena peserta lebih banyak mengucapkan “ee” saat melakukan presentasi.
Azmi mendapat urutan kedua. Ia membawakan presentasinya dengan sedikit gugup. Tetapi semuanya berjalan lancar.
“Presentasi kamu bagus, materi juga matang. Hanya saja kamu tidak fokus dengan audience. Lain kali kamu harus bisa lebih berkomunikasi dengan audience agar presentasi kamu lebih menarik perhatian.”
“Terima kasih, Pak.”
Seluruh peserta telah selesai menyampaikan presentasi. Hasil pun diumumkan setelah satu jam break.
“Selamat untuk nama yang saya sebutkan. Nirmala, Azmi, Ricard, Gael, Gava, kalian adalah 5 teratas. Selanjutnya, Qaila, Irni, Rizvan, Levin, Varo, Anin, dan Farhan, nilai kalian sangat pas-pasan. Sisanya, kalian bisa mengulang di training berikutnya.”
Azmi sangat bersyukur dirinya lulus dalam training. Kedepannya Azmi akan mengusahakan yang lebih baik lagi.
lawan mi,,jgan mau ditindas sama bos swuike klo kamu benar😆🤩🤸
hati" & waspada ya azmi🤩🤸🤸