Sang Penakhluk

"Anda bersedia menikahi gadis itu?"

Anom bertanya pada Baratha, mereka masih duduk di kursi ruang makan. Mereka belum beranjak setelah makan malam, Baratha urung menginap di hotel karena permintaan Wening. Wanita itu takut jika tiba tiba terjadi sesuatu dengan ayah mertuanya.

Anom juga menginap di mansion Wirabumi karena masih ada satu atau dua tamu yang datang untuk mengucapkan belasungkawa.

"Buatkan surat perjanjian, dia hanya akan menyandang nama Wirabumi dalam waktu satu tahun."

"Maksud anda?"

"Aku hanya menuruti kemauan tuan besarmu, bukankah dia hanya ingin memastikan jika darah Wirabumi kembali ke keluarga ini. Kau pikir aku mau terikat dengan seorang jalang yang menjual tubuhnya dengan uang seratus juta?"

"Tapi apa yang terjadi mungkin saja tidak seperti yang kita lihat! Mungkin saja...."

"Buatkan saja surat itu, atau malam ini juga aku kembali ke London. Kau pikir aku buta? Krisna meregang nyawa karena tidak mau merusak gadis itu, aku tahu benar watak saudaraku. Alam bawah sadarnya pasti menolak untuk merusak dia walaupun tubuhnya dikuasai oleh efek obat itu," ujar Bara dengan penuh penekanan.

Dia akan menikah hanya di atas kertas, hanya agar Malik Wirabumi bisa hidup lebih tenang. Setelah satu tahun maka ia akan kembali pada kehidupannya yang semula.

Anom hanya mengangguk pelan, ternyata pewaris pertama Wirabumi adalah pria yang sangat keras kepala dan arogan...melampaui pendahulunya. Tapi Baratha sangat jeli dalam melihat masalah.

Malam itu Krisna keluar kamar, penjaga mengira jika apa yang mereka pikirkan sudah terjadi. Jika Krisna sudah menuntaskan hasratnya. Tapi yang terjadi kemudian membuat mereka panik karena tuan muda mereka jatuh tak sadarkan diri.

"Berikan semua informasi tentang wanita yang menjadi dalang semuanya. Aku sendiri yang akan menanganinya."

"Akan saya berikan secepatnya, tapi kita harus berhati hati bertindak karena Nona Anindita adalah publik figur. Dan salah satu keluarganya adalah petinggi di negeri ini," sahut Anom tak ingin Bara gegabah bertindak.

Bagaimanapun mereka hidup di negara hukum, dan menjaga nama baik Wirabumi adalah harga mati untuknya.

"Tenang saja, aku tidak akan membunuhnya! Aku hanya akan membuat neraka untuknya...untuk semua orang yang berkaitan dengan kematian Krisna!"

Berkali kali Anom harus menghela nafasnya karena besok tugasnya akan sangat banyak.

Selain tetap menjalankan perusahaan dia juga harus membuat pernikahan seseorang gagal. Ya, gadis yang malam itu berada di kamar tuan mudanya akan melangsungkan pernikahan pada esok hari.

*

BRAKKKKK...

"Turun!" seorang penjaga Wirabumi menggebrak kap depan mobil SUV yang sedang membawa pengantin wanita di dalamnya.

Mereka sudah berbagi tugas, sebagian dari mereka sudah menutup jalan di beberapa titik hingga 'sabotase' yang sedang mereka lakukan sekarang tidak di ketahui oleh khalayak.

Tugas mereka ternyata lebih mudah karna hanya ada seorang supir parubaya, dan tiga wanita di dalam mobil yang mereka cegat. Tak ada perlawanan sama sekali. Dan sikap mereka langsung melunak ketika sang pengantin wanita keluar dari mobil dengan wajah pucat dan ketakutan.

Sesuai dengan apa yang diperintahkan, mereka hanya meminta sang pengantin wanita ikut dengan mereka. Tentu saja dengan cara baik baik, atau mungkin akan sedikit memaksa jika sang pengantin wanita itu menolak.

"Kami tidak mengenal ataupun punya urusan dengan kalian, mungkin kalian salah orang. Maaf tapi kami sedang terburu buru," ujar Atin memeluk calon menantunya yang terlihat sedikit ketakutan.

"Kami pun sedang terburu buru Nyonya, dan jangan persulit tugas kami. Kami punya sedikit urusan dengan anda Nona!"

Dinar menatap ibu dan calon mertuanya, dia merasa tak mengenal orang orang itu. Tapi sepertinya ia memang harus ikut mereka karena bisa saja orang orang itu membahayakan ibu dan calon mertuanya.

"Ehhmm a-aku akan ikut mereka, aku berjanji jika urusanku susah selesai maka aku segera menyusul kalian," gugup Dinar yang sebenarnya tak yakin dengan keputusannya.

"Tidak, ibu tidak akan membiarkanmu dengan orang orang ini!" seru Sri lantang, menarik tubuh putrinya agar berlindung di balik tubuhnya.

"Sungguh...kami bukan orang jahat, kami berjanji akan mengembalikan Nona dengan utuh tanpa kurang apapun "

"Tidak bisa, hari ini dia akan menikah," ujar Atin masih tak mau merelakan calon menantunya di bawa orang orang di depannya.

"Anda tahu benar jika Nona Dinar tidak bisa menikahi putra anda Nyonya!"

Sebuah suara dari arah belakang membuat ketika wanita itu membalikkan badan hampir bersamaan. Seorang pria dengan tubuh tinggi besar dan mengenakan setelan formal membuat mereka terpaku. Dari wajah, warna rambut dan postur tubuh mereka yakin jika pria itu adalah pria yang bukan berasal dari negeri ini.

"Siapa anda?"

"Saya pria yang akan menikahi putri anda."