Tiga ribu tahun setelah Raja Iblis "Dark" dikalahkan dan sihir kegelapan menghilang, seorang anak terlahir dengan elemen kegelapan yang memicu ketakutan dunia. Dihindari dan dikejar, anak ini melarikan diri dan menemukan sebuah pedang legendaris yang memunculkan kekuatan kegelapan dalam dirinya. Dipenuhi dendam, ia mencabut pedang itu dan mendeklarasikan dirinya sebagai Kuroten, pemimpin pasukan iblis Colmillos Eternos. Dengan kekuatan baru, ia siap menuntut balas terhadap dunia yang menolaknya, membuka kembali era kegelapan yang telah lama terlupakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusei-kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan Kaito
Hari pertarungan Battle Royal antar siswa dari Akademi Altais, Betelgeuse, Spica, Regulus dan Antares masih terus berlanjut. Peserta yang awalnya berjumlah 74 orang sekarang tersisa 58 orang lagi. Hari sudah mulai siang namun pertarungan masih terus berlanjut.
Setelah pertarungan yang cukup sengit melawan siswa dari Akademi Spica, akhirnya Akira berhasil menang dan membuat lawannya gugur. "Hufft... Lelah sekali" ucap akira yang duduk dan bersandar di sebuah pohon kelapa. Lalu tiba-tiba terdengar sebuah pengumuman "Hari sudah tepat pukul 11. Peserta yang tersisa tinggal 57 orang. Arena akan segera mengecil, siswa yang berada di padang pasir, tepi laut, dan juga di lembah agar segera menuju ke tengah arena agar tidak gugur".
Akira yang baru saja duduk di tepi pantai tiba-tiba melihat sihir pelindung yang mulai mengecil. "Sial, rasanya ini tidak ada di pengumuman kemarin" ucap Akira yang berlari ngos-ngosan karena masih kelelahan setelah pertarungan tadi.
Sementara itu Yusei dan Sai yang masih berada di padang pasir masih memperhatikan pertarungan yang akhirnya dimenangkan oleh siswa dari Akademi Betelgeuse. Yusei dan Sai terus berjalan mendekati siswa itu karena tujuan mereka juga mengarah kesana. "Jika kalian ingin bertarung, aku siap melayani kapan saja" ucap siswa dari Betelgeuse tersebut sambil ngos-ngosan kehabisan nafas dan kelelahan setelah bertarung melawan siswa dari Antares sebelumnya.
Yusei dan Sai terus berjalan tidak menghiraukan pria tersebut, sehingga setelah tepat berada di depan pria tersebut, ia mendekat dan mencoba menyerang dengan segenap tenaga yang tersisa. "Bodoh.." ucap Sai yang kemudian memukul kepala pria tersebut hingga membuatnya tak sadarkan diri dan gugur dari pertempuran. "Ayo! Arena sudah semakin mengecil" seru Sai sambil meneruskan langkahnya hingga akhirnya mereka sampai di tepi hutan.
Di suatu lembah di bawah tebing di kaki gunung, terlihat Eiji yang telah mengalahkan 2 orang lawannya. "Area tanah dan bebatuan seperti ini adalah keahlianku, tapi mau bagaimana lagi" gumam Eiji yang duduk pasrah sambil dilewati oleh sihir pelindung sehingga membuatnya gugur dalam Battle Royal.
Setelah arena sudah berhenti mengecil tiba-tiba terdengar pengumuman kembali "Arena sudah berhenti mengecil, saat ini arena yang tersisa adalah hutan, danau, dan juga gunung. Suplai makanan dan minuman akan disebarkan di berbagai tempat dalam arena, silahkan mencarinya dan mengisi energi kalian".
Akira yang terus berlari akhirnya sampai ke tepi hutan dengan nafas yang terengah-engah. Ia kemudian melihat didepannya ada suplai dan 3 orang yang berseragam Antares. "Boleh ku minta satu?" tanya Akira dengan nafas yang masih belum stabil. Melihat Akira yang kelelahan dan kehabisan tenaga, 3 orang tersebut langsung memukul Akira hingga akhirnya Akira tak sadarkan diri dan gugur dalam pertempuran.
Hari sudah menunjukkan jam 12 siang, para siswa yang tersisa sepertinya sudah mendapatkan suplai mereka masing-masing. Peserta yang tersisa saat ini berjumlah 40 orang. 8 orang dari Altais, 7 orang dari Spica, 7 orang dari Antares, 8 orang dari Regulus, dan 10 orang dari Betelgeuse.
Di atas gunung, terlihat Airi yang baru siap makan yang ia dapat dari suplai. Tiba-tiba ia mendengar suara dari balik semak-semak dan segera memegang pedangnya. "Yo... Apa yang dilakukan nona manis sendirian di hutan ini" ucap seseorang yang keluar dari semak-semak. Kemudian Airi menarik pedangnya dan ingin menghunuskannya ke leher pria tersebut. "Oi, apa yang kau lakukan" ucap pria tersebut. "Ups, Kaito ternyata. Ku kira siapa" ucap Airi sambil tersenyum tipis. "Ternyata kau bisa bercanda juga ya Airi" balas Kaito. "Oiya, ini gunung, bukan hutan" seru Airi. "Sama saja" jawab Kaito.
"Jadi, apa yang kau lakukan disini?" tanya Kaito masih penasaran. "Aku baru saja bertarung dengan seorang wanita dari Akademi Spica yang berelemen angin. Dia sangat kuat" ucap Airi menjelaskan. "Apa kau kalah?" tanya Kaito sedikit mengejek. "Aku menang" jawab Airi dengan mata yang melotot, sementara Kaito tertawa melihat ekspresi Airi tersebut.
"Dan kau Kaito?" tanya balik Airi. "Aku bertemu dengan banyak gadis di kaki gunung dan menyatakan cinta kepada mereka satu persatu" ucap Kaito dengan nada yang bangga. "Lalu ?" tanya Airi penasaran. "Mereka menyerang ku" lanjut Kaito hingga membuat Airi tertawa mendengarnya. "Jadi apa kau mau menjadi pacarku ?" tanya Kaito menggoda Airi. "Tidak" jawab Airi datar.
Ditengah-tengah percakapan mereka yang sedang berjalan menuju kaki gunung ke tengah arena, yaitu menuju hutan. Tiba-tiba mereka bertemu dengan dua orang pria yang berseragam Spica. "Wah wah, apa yang dilakukan sepasang remaja Altais di tengah hutan seperti ini" ucap salah satu dari mereka. "Ini gunung, bukan hutan" jawab Kaito sambil melirik ke arah Airi. "Sama saja" balas mereka berdua.
"Langsung saja, serahkan wanita cantik ini kepada kami dan kau akan kami ampuni" ucap salah satu dari mereka. Mendengar itu, Airi segera ingin menarik pedangnya, namun ditahan oleh Kaito. "Sebelum ku hancurkan mulut kalian, boleh ku tanya nama kalian terlebih dulu?" tanya Kaito dengan senyuman sinisnya. "Baiklah, Aku adalah Sebastian Velmont dan yang disampingku adalah Adrian Velmont" jawab mereka.
Mendengar nama itu Airi sedikit terkejut, ia teringat cerita Yui kepadanya tentang keluarga Velmont yang mengganggu mereka. Begitu juga dengan Kaito yang teringat nama Adrian yang telah diceritakan oleh Hiyori kepadanya. "Bagus, ini semakin menguatkan niat ku untuk menghancurkan mulutmu" lanjut Kaito dengan wajah yang mulai serius. "Aku adalah Kaito Mizuhara, dengan mendengar nama Mizuhara seharusnya kau tau ada urusan yang perlu kita selesaikan. Ayo Adrian, kita selesaikan semuanya disini" ucap Kaito semakin serius.
"Eit.. Sabar dulu, aku ingin--" dalam sekejap, Kaito sudah berdiri di depan Adrian dan memukul mulutnya hingga membuatnya terlempar cukup jauh. "Sakit sekali, apa yang kau--" Kaito dengan wajah yang penuh emosi tidak memberikan Adrian kesempatan untuk berbicara, hingga akhirnya Adrian menggunakan sihir es miliknya, membuat perisai es dan juga memberikan serangan balik kepada Kaito hingga akhirnya Kaito melompat menghindar ke belakang dan kesamping.
Sementara itu, Airi dan Sebastian juga sudah mulai bertarung. "Ini untuk sahabat ku" ucap Airi sambil menyerang dengan elemen petirnya. "Cukup kuat, namun masih bisa ku tangani" gumam Sebastian dalam hati. "Aku ingat, Hiyori Mizuhara. Pantas saja abang-abang itu terlihat begitu marah" ucap Sebastian menyeringai.
"Sepertinya kau adalah sahabat dari orang yang pernah ku ganggu, Yui Mizuki. Namun, perlu kau ketahui, petir mu tidak cukup kuat untuk mengalahkan elemen tanah ku" ucap Sebastian yang mulai terlihat serius. Airi terus menyerang, menghujani Sebastian dengan petir kuning miliknya. Namun tetap saja Sebastian menetralkannya dengan elemen tanah miliknya.
"Ada apa nona? Apakah kau juga akan bernasib sama dengan teman petir mu yang satu lagi?" ucap Sebastian sambil tertawa mengejek Airi. "Aku pasti akan membalaskan dendammu Yui" ucap Airi dalam hati. Airi bersiap untuk bertarung jarak dekat. "Kaminari Impact" tinju Airi yang dilapisi petir berhasil menembus perisai tanah milik Sebastian, namun tetap tidak mengenai Sebastian. "Sekarang giliran ku" ucap Sebastian sambil tersenyum, tiba-tiba pasir besi muncul dan menusuk tangan Airi serta mengenai sedikit bagian pinggangnya hingga Airi terluka dan berdarah
"Ada apa Airi?" teriak Kaito. "Fokus saja terhadap lawan yang didepan mu" ucap Adrian yang mulai serius bertarung. Airi terpaksa mundur ke belakang sambil memegang pinggang nya yang terkena tusukan besi.
"Aku tidak biasa menyakiti wanita, tapi jika kau memaksa. Mau bagaimana lagi" ucap Sebastian yang kemudian melanjutkan serangan pasir besinya yang berbentuk runcing menyerang Airi. Airi mencoba menyerang dengan petirnya sekali lagi, terlihat petir nya mengalir melalui besi yang dibuat oleh Sebastian.
"Kau pasti berpikir menyerang ku dengan mengaliri petir pada besi ku kan ? Sayangnya aku tidak bersentuhan dengan besi ku, hahaha..." ucapnya sambil tertawa lebar. Sebastian mendekati Airi dan memulai pertarungan jarak dekat, Airi yang terluka kewalahan melawan Sebastian.
Hingga akhirnya ketika Sebastian mendekati Airi dan mencoba menusuknya sekali lagi, tiba-tiba Airi mengeluarkan pedangnya dan memotong besi Sebastian dengan mudahnya.
"Aku hanya mencoba bertarung layaknya seorang penyihir, namun sepertinya cukup sulit" ucap Airi sambil menggenggam pedangnya. "Sudah ku duga, aku benar-benar tidak bisa apa-apa tanpa pedang" gumam Airi dalam hati. Kemudian ia bersiap untuk melakukan serangan balasan, menangkis setiap pasir besi Sebastian dengan pedangnya.
"Sial, apakah skill pedangnya sama seperti si Shimizu itu?" gumam Sebastian dalam hati teringat saat Yusei berhasil memojokkan Cedric. Akhirnya Sebastian memilih untuk mundur dan menjauhi Airi sambil menembakkan tanah dan meruntuhkan tanah yang ada di sekitarnya.
Airi tetap menyerang meskipun dengan jarak jauh menggunakan tebasan pedang petirnya. Namun Sebastian berhasil menghentikan serangan tersebut dengan perisai tanahnya. Hingga akhirnya Airi menggunakan busur panahnya menembaki Sebastian dan menembus perisai tanah serta mengenai Sebastian hingga membuatnya terjatuh.
Tak sampai disitu, Airi tetap menyerang mendekati Sebastian dengan pedangnya, bersiap untuk serangan terakhirnya. Sebastian yang sudah kehabisan tenaga karena terlalu banyak menggunakan elemen pasir besi akhirnya memutuskan untuk menyerah, hingga sesaat sebelum serangan Airi mengenainya, ia telah diteleportasi ke luar arena. "Dasar pengecut" gumam Airi.
Disisi Adrian yang sudah mulai serius bertarung, ia menggunakan elemen esnya tanpa henti. Namun tetap saja tidak cukup untuk menandingi kelincahan Kaito. Kaito menyerang Adrian tanpa henti menyerang setiap bagian tubuh Adrian dengan tinjunya yang telah dialiri oleh sihir air yang dipadatkan.
Adrian yang kewalahan mulai kehabisan mana karena terlalu sering menggunakan sihir, sementara itu Kaito terus menghajarnya tanpa ampun. Adrian yang sudah tidak sanggup mencoba untuk menyerah namun Kaito menghentikannya sehingga ia tidak bisa menggunakan gelang teleportasi dan hanya bisa pasrah menerima serangan brutal dari Kaito.
"Aku menjaga Hiyori dari kecil dan tak membiarkan satu orang pun menyakitinya" ucap Kaito dengan nada yang berat. "Elemen Air: Jurus Naga Air" serangan terakhir Kaito mengenai Adrian dengan telak sehingga membuatnya tak sadarkan diri. Akhirnya Sebastian dan Adrian gugur dalam Battle Royal.
Setelah itu Kaito mengobati luka Airi dengan sihir penyembuh miliknya. Dengan berakhirnya pertarungan melawan Sebastian dan Adrian tadi menyebabkan bertambahnya peserta yang telah gugur, hingga saat ini peserta yang masih bertahan berjumlah 30 orang.