Menikah politik dengan seorang Kaisar yang sangat bejat, membuat sosok Mattias Glory Lattish memutuskan untuk mengkudeta suaminya sendiri dan membebaskan rakyat dari kemiskinan yang mengakibatkan mereka putus asa di setiap hembusan nafas mereka.
Namun semuanya tak seperti yang dibayangkan Glory, tak semudah kata yang diucapkan. Semuanya sungguh sulit, karena kuasa Kaisar yang bersifat mutlak, membuat Glory harus melihat bagaimana darah mengalir tanpa henti dari orang-orang yang membelanya.
Berbagai percobaan pembunuhan dan siksaan berat terus dilalui Glory, membuat semangatnya terkadang luntur dan ingin menyerah. Bahkan membuat tekadnya yang berkobar melemah, dan menjadikannya sebagai sosok Permaisuri yang hancur.
Namun sebuah kabar menggetarkan Kekaisaran, saat sang Kakak Kaisar yang merupakan 'takdir Riyue' kembali dari wilayah Utara Kekaisaran. Akankah rencana Glory berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Surat Dari Glory
Lelang yang begitu megah dan besar berhasil diselenggarakan. Sedangkan itu, Glory yang menyadari bila sejak tadi dirinya diikuti mulai memberikan kode pada Mythic dengan tangannya.
Mythic yang faham terdiam dan pura-pura seolah tak terjadi apapun, Glory dan Mythic akhirnya membuat sebuah rencana agar dapat menjebak sosok yang mengikuti Glory kala itu.
.
.
.
Sedangkan di sisi lain, beberapa hari lalu di hutan yang gelap di wilayah Utara Kekaisaran Riyue. Para makhluk aneh yang datang dari dimensi lain itu terus berdatangan.
Seorang pria juga tampak terus berlari sekuat yang dia bisa hingga beberapa kali terjatuh, namun dia terus berusaha berlari hingga akhirnya dia sampai di sebuah kota kecil yang amat di kenali oleh dirinya.
Namun para mahluk aneh yang terus mengejar Pria itu tak menyerah, mereka terus mengejarnya bahkan beberapa kali cakar dari mahluk aneh itu hampir mengenai tubuh si pria.
“Tuan, di depan gerbang tampaknya ada seorang pria, dia tampak tengah dikejar makhluk aneh!” Teriak salah satu penjaga gerbang dari ketinggian pada atasannya yang tak lain adalah Count Kutra.
Count Kutra langsung mengambil teropongnya dan matanya terbelalak melihat sosok pria berambut perak dengan mata merah itu, rambutnya tampak sebahu dengan luka di tangannya.
“Bantu beliau secepatnya!!” Teriak Count Kutra pada orang-orang di atas menara yang tengah berjaga kala itu.
“Baik Tuan!” Seru mereka semua yang menyiapkan anak panah pada busur mereka dengan cepat, mereka membantu Kaelus dari kejauhan. Kaelus tersenyum melihat bantuan dadakan itu dan berlari sekuat yang dia mampu.
Gerbang di buka dan Kaelus akhirnya dapat masuk ke dalam gerbang tersebut, para makhluk itu balik kanan dan tampak tak dapat masuk sama sekali. Kaelus menghela nafas lega, tanpa sadar kini seluruh tubuhnya telah berlumuran darah.
“Tuan Duke!” Teriak Count Kutra yang panik melihat kondisi Kaelus kala itu, Kaelus tersenyum dan menghela nafas panjang.
“Anda masih bertahan Tuan?” Ucap Kaelus yang merasa tersanjung dengan perjuangan para warga di wilayah Utara Kekaisaran Riyue tersebut.
“Maaf atas ketidaksopanan saya Tuan Duke, kami akan tetap bertahan. Karena di sinilah kami hidup selama ini, tempat kami lahir dan tentu saja tempat kami mati pula.” Ucap Count Kutra tegas, rasa cinta tanah air dari seorang Count itu membuat Kaelus tersenyum senang.
“Anda patut menjadi contoh bagi para Bangsawan lainnya Tuan,” Kaelus tersenyum dan merasakan darah mengalir di tangannya.
“Anda terluka sangat dalam Tuan, bagaimana bila anda mengobati luka anda terlebih dahulu?” Tawar Count Kutra mempersilahkan Kaelus untuk mengikuti dirinya.
Alhasil Kaelus mengikuti Count Kutra dan sampai di salah satu kastil tua yang sejak dulu di bangun untuk perlindungan. Karena di bawah kastil tersebut ada sebuah lorong besar yang biasanya digunakan oleh para penduduk untuk bersembunyi di tahun-tahun sebelumnya.
“Tempat ini masih sama ya?” Gumam Kaelus, semuanya hampir sama, kecuali ada beberapa patung yang runtuh di bagian depan kastil tersebut.
“Benar, tempat ini masih sama dari sebelumnya. Meski kami berjuang sangat keras untuk bertahan hidup, namun semuanya baik-baik saja berkat perlindungan ini.” Count Kutra teringat dengan kenangan kelam dirinya beberapa tahun terakhir.
“Apakah tak ada bala bantuan dari Istana?” Tanya Kaelus, dia yakin bila dunia modern yang dulu ditempatinya memiliki perputaran waktu yang berbeda dengan tempatnya saat ini.
Melihat pohon besar di dalam hutan yang dulu sering di jadikan Kaelus sebagai tempat peristirahatan, kini telah tumbuh makin besar.
“Benar, namun untunglah tahun ini sebuah bantuan besar di berikan Permaisuri.” Ucap Count Kutra dengan senyum merekah seolah tengah membayangkan sang junjungan nya itu.
“Permaisuri?” Tanya Kaelus bingung, mungkinkah saat ini Alfaso sudah sembuh dan akhirnya memilih mengangkat seorang Permaisuri di antara para Selirnya.
“Benar Tuan, Permaisuri yang berasal dari Kekaisaran Lattish. Beliau adalah Permaisuri Glory Dwi Riyue yang maha bijaksana.” Ucap Count Kutra, mata Kaelus seketika terbelalak mendengarnya.
“G-glory?” Ulang Kaelus hampir tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
“Benar Tuan Duke,” Kaelus seketika merasakan dadanya bergemuruh hebat, hatinya terus berdebar dan pikirannya melayang entah kemana.
“A-apa ini pernikahan politik?” Tanya lagi Kaelus, Count Kutra yang teringat dengan wasiat yang diberikan Glory mengangguk.
“Benar Tuan Duke, saya juga tak mengerti menyampaikan ini dengan cara apa. Namun saat beliau memberikan bantuan, dia juga meminta saya memberikan ini pada anda. Mungkin aneh, namun beliau mengatakan mungkin saja, saat anda membaca surat ini beliau sudah meninggal.” Tambah lagi Count Kutra yang mengingat semua kejadian yang sudah menimpanya saat pertemuannya dengan Glory.
“T-tuan Duke?” Gugup seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah salah satu warga di tempat tersebut.
“Saya memberi salam kepada anda Tuan, tangan anda terluka.” Paniknya yang langsung membawa banyak perban dan obat-obatan, sedangkan Kaelus sendiri kini justru berfokus pada surat di tangannya.
Dia membaca setiap bait yang ditulis oleh Glory dan tersenyum setelahnya, dia kini mengerti mengapa Glory harus menikah dengan Alfaso. Sebagai seorang Putri memang sudah hal biasa bila harus menikah politik, namun memang agak berbeda dengan Putri dari Lattish.
Kaelus menelan salivanya saat melihat bait terakhir dalam surat itu, dadanya menghangat dan tanpa sadar air matanya jatuh dengan senyuman yang mengembang di sudut bibirnya.
‘Kaelus, tak peduli berapa purnama yang telah aku lewatkan. Saat ini aku akan terus menantimu, hingga tanganmu memberikan janji itu padaku.’ Itulah bait terakhir dalam surat Glory, janji yang sudah di buat Kaeles pada Glory adalah menyerahkan cincin yang dulu dimiliki oleh sang Ibunda.
Cincin turun temurun itu memiliki makna yang begitu dalam, sehingga tak sembarang orang dapat menerimanya kecuali sang nyonya dari pemilik cincin itu.
“Aku akan memenuhi janjiku, Glory.” Ucap Kaelus dan menghela nafas begitu panjang, entah bagaimana kabar Ibu kota saat ini. Namun dia berharap semuanya akan baik-baik saja.
Pada akhirnya hari itu Kaelus dibantu oleh Count Kutra memulihkan kondisi lukanya, semua warga yang juga mengenal Duke dari Altair itu tampak begitu segan dan sopan pada Kaelus.
Beberapa hari berlalu, hingga akhirnya sebuah kabar datang dari Ibu kota yang mengatakan bila saat ini Permaisuri telah meninggal. Tentu saja perasaan cemas dan panik hinggap pada hati Kaelus. Dan saat itu juga, dengan kondisi tubuh yang belum sepenuhnya pulih. Kaelus akhirnya menerjang hutan bersama dengan beberapa orang dari wilayah Utara menuju ke arah Ibu kota.
Hal pertama yang dilakukan oleh Kaelus adalah mencari keberadaan Komandan Latvan, sang sahabat sekaligus orang kepercayaannya selama ini.
kami masih menunggu kelanjutan ceritanya. semangat ya 💪💪🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
kami tunggu updatenya
semangat