Dia adalah seorang agen intelejen yang di tugaskan di negara yang bertikai.
Di saat perang terkadang dia bertugas sebagai paramedis dan membantu yang terluka.
Hanya saja dalam misi terakhir dia di jebak dan terbunuh, tapi dia tidak ke akhirat.
Dia malah masuk ke dunia kuno, ke tubuh calon Jendral wanita yang di abaikan.
Dia di angkat menjadi jenderal wanita karena ayahnya mendiang Jendral, sehingga gelar harus di wariskan kepada keturunannya.
Tapi, sepupunya menginginkan jabatan itu, sehingga dia berusaha membunuhnya ketika perjalanan menuju ke perbatasan.
"Wanita yang lemah, dan tidak tahu apa-apa tidak cocok menjadi jendral!" Sepupunya menuntut kepada Kaisar.
Melihat jasa-jasa mendiang ayahnya, Kaisar menjadi serba salah.
"Biarkan dia menjadi pengawal pribadi pangeran ke tiga Yang Mulia." Permaisuri mengajukan permintaan.
Pangeran ke-tiga yang cacat, dia adalah panglima perang, hanya saja ketika perang di perbatasan dia mengalami musibah yang hampir merenggut nyawanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 6
"Sekarang kita akan kemana?" Sengthai bertanya ketika melihat Yenrou beranjak pergi.
"Aku ingin melihat para prajurit yang datang bersamaku, mungkin di antara mereka ada yang masih hidup." Yenrou melangkah dengan sedikit tergesa-gesa.
Dia harus secepatnya sampai di lokasi di mana mereka di cegat para bandit kemarin. Dia juga tidak sadar bagaimana dia bisa sampai memasuki ke dalaman hutan terlarang tersebut.
Ketika sedang berlari Yenrou merasa terganggu dengan sosok manusia dengan gaun putih di sebelahnya, dia menoleh dengan masih berlari.
Ketika melihat orang itu ternyata seorang wanita, dia berhenti dan menoleh ke belakang. 'Dimana ular itu, apakah dia ketinggalan jauh?' gumamnya.
"Siapa kau?" Dia bertanya kepada sosok wanita di sebelahnya.
"Nona, kau tidak mengenalku?" Dengan menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuknya dia bertanya heran kepada Yenrou.
"Sengthai....?"
"Ya... siapa lagi?"
"Kau bisa berubah jadi manusia?"
"Tentu saja... anda telah membuka segel di kepalaku, tentu saja bisa berubah."
"Hoh?" Dia hanya sedikit bengong dan kemudian melanjutkan larinya, walau di dalam pikirannya masih mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan.
Tanpa dia sadari bahwa Sengthai mendengar suara hatinya. Karena dia telah berkontraksi, maka dia akan merasakan suasana hati nona-nya, jika Yenrou merasa sakit saat terluka, maka dia juga akan merasakan nya.
Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya merasa lucu saat mendengar ocehan Yenrou di dalam hatinya.
Tidak berapa lama mereka telah sampai di area dimana mereka kemarin bertemu dengan para bandit yang jumlahnya lebih banyak dari mereka.
Dia melihat ada beberapa prajurit yang sudah meninggal, dan masih ada yang masih hidup, tapi kritis.
Dia merasa kesal karena tidak memiliki bahan-bahan pengobatan. Karena dia tidak menyangka akan ada perkelahian seperti ini. Semua bahan makanan dan obat-obatan telah berjalan duluan dengan rombongan yang lain.
Sementara mereka karena perintah mendadak, untuk menyusul rombongan yang membawa bahan-bahan, serta tugasnya untuk menyelesaikan pertikaian di perbatasan.
Kaisar menugaskan dia agar menyelesaikan misi di perbatasan. Jika dia bisa selamat sampai kembali kekaisaran, maka dia akan di angkat menjadi Jendral muda menggantikan mendiang ayahnya.
"Sengthai, bisa kah kamu membantuku menolong dan menyembuhkan orang yang masih hidup?" Yenrou tidak tega melihat prajurit yang setia kepada ayahnya selama ini mati sia-sia.
"Tentu saja." Sengthai menjawab dengan ringan dan mulai memeriksa para prajurit yang masih hidup.
Begitu juga dengan Yenrou, dia mengumpulkan para prajurit yang masih hidup di suatu tempat, agar Sengthai dapat menyembuhkannya dengan mudah.
Setelahnya dia menggali tanah untuk menguburkan prajurit yang sudah meninggal.
Sengthai hanya bisa menyembuhkan bekas lukanya, tapi tidak bisa mengembalikan darahnya yang sudah keluar dan terhisap ke bumi.
"Nona, ada 50 orang yang masih hidup, tapi keadaan mereka masih lemas." Sengthai mendekati Yenrou yang sedang menutup kembali kuburan para prajurit yang baru dia kebumikan.
Yenrou mengangguk dan sambil membersihkan pakaiannya yang penuh dengan tanah.
Tapi, di dalam pikirannya masih mengoceh, 'Mereka lemas karena kehabisan darah. Coba ada alat infus dan transfusi darah? Mungkin mereka akan cepat sembuh.' Gumamnya dalam hati.
"Apa infus dan transfusi darah?" Sengthai merasa heran dengan perkataan Yenrou.
Tentu saja Yenrou terkejut dengan pertanyaan Sengthai. 'Bagaimana dia bisa tahu isi kepalaku?'
"Tentu saja tahu nona, kita sudah terkontrak. Jadi, saya mengetahui apa yang anda bicarakan di dalam hati dan pikiran anda." Ucapnya merasa bangga dengan senyuman kesombongan.
"Ah, aku tidak memiliki rahasia lagi..." Gumam Yenrou pelan sambil memukul keningnya sendiri.