Aku Richie, pria jomblo tampan, kaya raya yang tak mau menikah. Ayah ku memaksa aku menikahi Alya, gadis cantik yang sabar, tegar dan keras hati.
Entah sejak kapan Alya mencintai ku aku tak tahu. Aku sangat membenci nya, Aku ingin ia hidup tersiksa bersama ku.
Ku pikir, menghadirkan Farah, sebagai kekasih bayaran untuk merusak rumah tangga ku akan membuat ia pergi dan minta cerai dari ku.
Tapi Aku salah. Aku justru terperangkap oleh drama yang ku buat sendiri.
Kehadiran Mario yang sangat tergila-gila pada istri ku membuat hati ku tak rela melepaskan Alya.
Benih-benih cinta yg mulai tumbuh di hati ku, justru membuat aku menderita.
Aku tak yakin, Alya sanggup bertahan dari godaan Mario.
Haruskah ku biarkan cinta Alya direbut oleh Mario yang berpredikat play boy?
CUSSSS,, BACA NOVEL NYA !!!
Jangan lupa, pantau juga karya ku yang lain y 🤗
SUBSCRIBE, LIKE, KOMEN,VOTE ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ Jika kamu suka y 🤗
Bantu support with GIFT Biar Author tetap semangat ❤️❤️❤️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DRAMA KEMESRAAN FARAH
Akh...! Kepala ku terasa sangat berat seakan di tindih batu. Aku coba membuka mata ku pelan dan memijit kepala ku yang terasa sakit. Pandangan mata ku sejenak mengabur. Ku goyang kan kepala ku pelan dan segera duduk di pembaringan.
Pandangan ku sedikit lebih terang. Ku pandangi sekeliling ruangan yang teramat ku kenal. Aku merasa tak asing dengan ruangan kamar ku yang sudah ditempati Alya sejak beberapa hari yang lalu.
"Mengapa aku ada di kamar ini?" Batin ku bertanya-tanya.
Aku tak melihat sosok Alya ada di pembaringan. Ku teliti tubuh ku yang terasa dingin karna tidur bertelanjang dada. Ku sibak kan selimut penutup tubuh ku cepat. Baru ku sadari, aku cuma mengenakan boxer sebagai penutup semprul ku yang setiap kali di suasana dingin sering kali berdiri tanpa ku suruh.
"Kemana Alya? Dimana dia tidur semalam? Apakah aku dan dia tidur berdua?" Berbagai prasangka dan praduga menyusup di relung hati kecil ku.
Ku coba mengingat-ingat kejadian semalam saat aku minum sampai mabuk berat. Kepala ku kian berdenyut saat ku paksa untuk berpikir.
Aku terus memijat kepala ku seraya tetap memikirkan kejadian semalam. Bayangan Farah yang tak sengaja ku sangka Alya, melintas sejenak dalam pikiran ku. Ada perasaan bersalah mendera hati ku saat mengingat perlakuan kasar ku memaksa Farah minum segelas anggur.
Kemudian samar-samar, bayangan Alya yang sedang berciuman dengan ku melintas sejenak dalam pikiran ku. Aku pun tersentak kaget sendiri.
Bayangan itu pun menghilang seiring kesadaran ku yang mulai pulih. Aku tak percaya dengan gambaran bayangan yang barusan hadir di benak ku.
"Kenapa aku menciumnya?" Batin ku seakan tak terima.
"Kau sudah bangun?" mendadak Alya sudah berdiri di ambang pintu kamar menyapa ku dengan senyuman tipis di bibirnya.
Ia melangkah masuk dengan membawa sebuah nampan berisi kan segelas air putih dan segelas minuman panas beserta sepotong roti bakar di atas kedua tangan nya.
Tak ada rasa takut, atau pun benci dan marah yang tersirat kan di wajah nya. Padahal, kemarin aku sudah menyakiti hati dan perasaan nya sedemikian rupa.
"Pergi lah ke kamar mandi, bersihkan tubuh mu. Aku akan menyiapkan pakaian bersih untuk mu." ucap nya pelan dengan wajah sedikit merunduk seakan tak mau memandang wajah ku.
Setelah menaruh nampan di meja kecil di samping ranjang, ia pun berlalu hendak pergi.
"Kau! Apa yang kau lakukan pada ku tadi malam?" teriak ku menahan langkah nya yang langsung terhenti di tempat.
Alya membalikkan tubuh nya pelan. Raut wajah nya tampak sedikit berubah. Ia tersenyum, tapi senyum itu tak seperti biasa. Senyum itu di paksa kan.
"Harusnya aku yang bertanya padamu. Mengapa kau membohongi perasaan mu padaku?" tanya nya getir.
Aku terkesiap. Aliran darah ku seolah berhenti mendengar perkataan nya. Aku membohongi perasaan ku? Perasaan apa yang ku bohongi?
"Jangan mengada-ada Alya. Aku tak punya perasaan apapun pada mu selain rasa benci ku. Aku membenci mu Alya!" teriak ku marah.
"Kamu munafik Richie! Kamu pria paling munafik di dunia ini!" teriak Alya menghujat ku.
Aku terpaku mendengar hujatan nya. Benarkah Aku munafik? Aku sungguh tak terima Alya bicara seperti itu. Aku bukan pria munafik. Aku memang sungguh-sungguh membenci Alya.
"Jangan pikir karna kesalahan kecil yang tidak ku sengaja, kau bisa menilai perasaan ku begitu saja Alya." Ucap ku tertawa sinis.
Dia begitu naif. Apa dia begitu polos dan lugu sehingga perlakuan orang mabuk pun ia percaya dengan mudah.
"Kesalahan kecil?" dahi Alya mengernyit seraya mengukir senyuman miring di bibir nya.
"Apa kau pikir kita cuma berpelukan dan berciuman? coba ingat lebih baik lagi apa yang telah kau lakukan pada ku semalam." ucap Alya padaku dengan keberanian nya yang tak pernah pudar.
Itulah kelebihan yang di miliki Alya. Tak ada gadis yang sanggup bertahan dengan perlakuan kasar ku selama ini. Cuma dia yang masih kuat berdiri tegap menantang mata ku dan menentang ucapan ku dengan keberanian tinggi.
"Memangnya apa saja yang telah ku perbuat dengan mu?" tanya ku geram seraya bangkit dan berdiri membusungkan dada ku yang tanpa penutup di hadapan nya.
Mata Alya tampak membesar saat aku makin mendekat dan menekan pinggang kecil nya hingga maju merapat ke tubuh ku.
"Apa aku menyentuh bagian tubuh mu yang lain selain bibir? Apa bagian ini, ini dan...!"
Plak...!
Tangan mungil nya tiba-tiba mendarat mulus di pipi kiri ku setelah jemari ku yang nakal meremas pan**t dan d*d* nya karna geram dengan sikap dan ucapan nya sedari tadi.
Tak ada rasa sakit yang kurasakan. Aku hanya menyeringai dingin saat melihat wajah Alya yang tampak memerah menahan rasa marah bercampur malu atas perlakuan kurang a**r ku.
Kali ini aku tak marah, aku memang pantas menerima nya. Walau Alya adalah istri ku sendiri, ia pasti tak suka dengan kelakuan ku tadi. Tapi aku tak kan minta maaf pada nya. Ego ku yang tinggi melarang nya.
"Sayang, kau tidak apa-apa?" tiba-tiba Farah datang berteriak dari pintu kamar yang terbuka sedari tadi.
Kekasih bayaran ku itu pun berlari mengejar ku yang langsung kaget melihat kehadiran nya. Farah mengabaikan Alya yang berdiri di hadapan ku dan langsung memeluk tubuh ku seraya meraba bekas tamparan Alya seakan memberi perhatian pada ku.
Aku sangat jengah dengan perlakuan Farah. Tapi drama ini tak mungkin ku akhiri begitu saja. Alya harus menghadapi kenyataan pahit, jika aku lebih memilih perempuan lain selain diri nya.
"Aku tak apa-apa." jawab ku pura-pura bersikap lembut pada Farah.
Ku lihat, Alya tampak membuang muka nya seakan tak ingin melihat kemesraan palsu yang kami hadirkan di depan mata nya.
"Maafkan aku sayang, semalam aku mabuk berat. Andai aku tidak ikut mabuk, kita pasti akan menghabiskan waktu bersama di kamar hotel." ucap Farah dengan nada suara keras seakan sengaja agar terdengar jelas oleh Alya.
Bukan cuma itu, Farah memanasi Alya dengan memeluk tubuh ku erat dan menghadirkan sebuah kecupan tiba-tiba di bibir ku.
Cup...!
Aku tertegun. Tubuh ku membeku mendapat satu kecupan dari Farah. Kemarahan ku timbul karna Farah sangat berani mencium ku tanpa izin ku. Ingin ku remuk kan wajah nya. Tapi aku sudah terperangkap dalam permainan ku sendiri. Aku tak bisa melakukan apa pun pada Farah.
Tubuh emas ku, telah di sentuh perempuan yang ku tahu adalah perempuan malam. Aku merasa jijik. Tapi bagaimana lagi, Aku tak bisa mendorong Farah untuk menjauh dan menghajar nya atau pun sekedar memarahi nya. Aku tak ingin, drama ku yang ber bayar mahal, berakhir begitu saja karna emosi ku.
"Cih! dasar munafik! Lelaki mahal, derajat tinggi yang tak ingin di sentuh perempuan. Malah di peluk bebas oleh perempuan tak jelas!" ejek Alya mencemooh ku dengan kata-kata nya yang sangat menyinggung perasaan ku.
Mata ku membelalak. Alya seolah sangat mengerti siapa diri ku.
"Menyingkir lah!" Darah ku naik ke ubun-ubun.
Tangan ku yang kuat, mendorong Farah yang memeluk tubuh ku erat. Farah langsung tersurut mundur saat ku singkirkan dari tubuh ku. Ia terlihat bingung dengan sikap ku yang tak sesuai dengan skenario nya.
"Keluar dari kamar ini! Keluar!" bentak ku marah pada Farah.
Farah langsung kaget dan ketakutan melihat wajah ku yang berubah garang. Ia bergegas keluar tanpa sanggup menoleh kembali ke belakang.
.
.
.
BERSAMBUNG.
Tuh kan, babang Richie yang tampan. Jangan suka main api. Ntar kebakar sendiri 🤭
Yang suka novel ku ini,, Komen dong,, 🔥🔥🔥🔥🔥
Jangan lupa ❤️❤️❤️❤️❤️❤️ nya biar aku makin cintaaa 😘
Subscribe, vote, dan gift buat beli paket yang suka krisis di saat kantong menipis. 😭
⭐⭐⭐⭐⭐ turun kan juga bintang2 mu biar aku semangat terus 💪
Makacih tayang2 aku 😘🥰🥰🥰