NovelToon NovelToon
Tsania Laura

Tsania Laura

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Konflik etika / Romansa / Pihak Ketiga / PSK
Popularitas:78.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: Diana Putri Aritonang

Tsania Zoun adalah anak yang terlahir dari rahim seorang wanita penghibur bernama Laura Zoun.

Lahir dengan status tidak memiliki sosok ayah, Tsania selalu tersisihkan, ia sering diberi julukan sebagai anak haram.

Ibunya, Laura Zoun juga selalu diterpa cercaan karena pekerjaannya yang menjadi wanita malam. Kehidupan sulit keduanya lalui hanya berdua hingga saat Tsania dewasa.

Tsania yang memiliki tekad untuk membahagiakan ibunnya memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di kota. Akan tetapi di sana lah identitas aslinya mulai terkuak.

Penasaran bagaimana kisah hidup Tsania dan ibunya; Laura? Ayo! Langsung baca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tsania Laura 12.

"Wajah mu kenapa seperti itu?"

Sekar memperhatikan putrinya yang duduk dengan wajah ditekuk. Istri dan putri Abraham itu saat ini ingin bersiap untuk makan malam, namun karena kepala keluarga mereka yang tidak lain adalah Galang Abraham belum juga datang, maka keduanya kini duduk di sofa yang berada di ruang keluarga.

"Aku kesal dengan Papa, Ma! Papa memaafkan perempuan murahan itu! Seharusnya Papa bisa kasih dia pelajaran, biar nanti-nanti dia tidak ngelunjak."

Sekar menghela napas mendengar aduan Anggita. Dari kemarin, hal inilah yang selalu putrinya itu ceritakan. Tentang seorang anak perempuan yang terus terlibat masalah dengan Anggita. Karena itu juga suaminya harus sampai datang ke kampus putri mereka.

"Papa mu sibuk. Mungkin Papa harus segera ke kantor, jadi Papa tidak ingin masalah kalian berlarut-larut." Sekar mencoba memberi pengertian pada Anggita. "Sampai sekarang Papa juga belum pulang." Sekar terlihat memandang ke arah pintu masuk kediaman mewah mereka. Hampir jam delapan malam sang suami belum juga pulang.

Namun tak lama setelahnya, Sekar bisa melihat sosok Galang yang kini masuk melewati pintu utama. Wanita yang selalu berpenampilan glamor itu bangkit, menyambut kedatangan suaminya.

"Mas," sapa Sekar seraya mendekat pada Galang. Wanita itu meraih tangan suaminya dan mencium takzim.

"Aku ingin langsung membersihkan diri." Galang berlalu menuju kamarnya dengan sekar yang mengiringi. Sekar juga sempat meminta pada Anggita untuk menunggu mereka di meja makan.

"Kenapa terlambat, Mas?" tanya sekar karena biasanya Galang akan pulang ke rumah sebelum hari beranjak gelap. Suaminya itu hanya akan lembur di ruang kerja yang ada di kediaman mewah mereka, jarang sekali Galang melanjutkan pekerjaannya di kantor.

"Pekerjaanku terlalu banyak," jawab Galang singkat seraya terus melangkah menuju kamar mandi. Meninggalkan Sekar yang tangannya kini menggantung di udara. Sekar ingin membantu Galang melepas jas, hal yang biasa ia lakukan ketika suaminya itu pulang bekerja.

Namun melihat sikap Galang yang seperti itu, Sekar tak memikirkan hal apa pun. Ia segera beranjak menuju walk in closet untuk mempersiapkan pakaian yang akan Galang kenakan.

"Kami menunggu mu di meja makan, Mas!" Sekar sedikit menaikan intonasi suaranya agar Galang yang sepertinya tengah mandi di bawah guyuran sower itu mendengar.

"Makanlah lebih dulu! Aku tidak lapar."

Langkah Sekar terhenti, ia menoleh dan memandang pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Galang meminta ia dan Anggita untuk makan tanpa dirinya. Tidak biasanya Galang seperti itu. Keluarga kecil mereka selalu makan malam bersama.

Sekar melanjutkan langkah keluar dari kamar dan mengarah pada meja makan. Di sana sudah terlihat putri mereka-Anggita yang sedang menunggu.

"Mana Papa, Ma?"

"Kita makan malam lebih dulu. Papa sepertinya lelah."

Anggita hanya mengangguk dan kini mereka berdua melakukan santap malam tanpa adanya sosok Galang.

Merasa terusik dan tidak tenang, itu lah yang kini dirasakan oleh Galang. Setelah kembali dipertemukan dengan Laura, Galang seakan tidak bisa memikirkan hal yang lainnya. Wajah wanita yang dulu dan sampai saat ini masih ia cinta itu terus muncul dalam pikiran.

Ekspresi dingin, netra yang tak lagi memancarkan kehangatan, serta cara bicara Laura yang kini sudah berbeda pada dirinya. Semua itu berputar-putar memenuhi isi kepala Galang.

Selesai membersihkan diri, Galang langsung masuk ke dalam ruang kerjanya. Pria yang kini mengenakan piyama hitam itu duduk di kursi kerja, membuka laci yang terdapat berangkas di dalamnya. Galang memasukkan beberapa angka hingga pintu besi kecil itu terbuka dan meraih sesuatu dari dalam sana.

"Aku mencintai mu, Laura. Maukah kau menikah denganku?" Galang menatap wajah cantik yang saat ini tersenyum seraya melelehkan air mata. "Aku janji aku akan jadi pria yang selalu ada untukmu. Dan selalu melindungi mu. Kau satu-satunya wanita yang aku inginkan."

Galang menekan matanya berusaha menghalangi apa yang saat ini ingin menyeruak keluar, namun sia-sia. Lelehan air mata itu lolos dan mulai membasahi kaca yang membingkai indah wajah wanita yang sangat ia cinta.

Hanya Laura pemilik hati dan cintanya, sekalipun ada sosok Sekar di sisi Galang. Terpisah lama, nyatanya tak membuat perasaan itu hilang. Dan begitu juga bersama Sekar, setelah sekian lama bersama menjalani biduk rumah tangga, bahkan hadir sosok Anggita di antara mereka. Semua itu tak mampu membuat Galang berpindah hati, tetap saja hanya Laura yang mampu menguasai penuh perasaan seorang Galang Abraham.

*Bajinga*n! Galang mengumpat dalam benaknya. Bukan untuk orang lain, tapi untuk dirinya sendiri.

"Aku pikir kamu sedang beristirahat, Mas."

Galang terkesiap ketika Sekar masuk ke dalam ruang kerja. Ia mengusap mata dengan satu tangan yang lain kembali membuka laci dan langsung menutupnya.

"Mas mau aku buatkan minuman hangat?"

Galang menggeleng. "Kenapa tidak tidur?"

"Aku akan menemani Mas di sini. Apa ada masalah di kantor?" Sekar duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerja suaminya. Bisa ia lihat mata Galang yang sedikit memerah meski ruangan itu remang karena hanya beberapa lampu sudut yang Galang nyalakan.

"Tidak ada masalah. Pekerjaan kantor hanya sedikit menumpuk."

Sekar menghela napas dengan pelan melihat Galang yang menjawab pertanyaannya tanpa memandang ke arah dirinya.

Harusnya Sekar sudah terbiasa dengan hal itu, karena begitulah sikap Galang selama ini. Tidak ada sikap hangat yang Sekar dapatkan apalagi sikap yang penuh dengan cinta kasih.

Galang bukan suami dan ayah yang jahat. Ia tidak pernah berkata kasar ataupun mengangkat tangan terhadap istri dan anaknya. Ia sangat mengasihi Anggita dan begitu menghormati Sekar. Tapi untuk cinta, Galang tak menghadirkannya di dalam keluarga kecil mereka.

Dengan membuka beberapa berkas, Galang mulai mencoba mengalihkan isi pikiran. Masih ada Sekar di sana, istri Galang itu juga terlihat membaca majalah bisnis yang terdapat di atas meja, hingga dering ponsel Galang mengalihkan perhatian keduanya.

"Katakan," pinta Galang langsung saat ia menerima panggilan.

"..."

Sekar hanya memperhatikan. Ia sekilas melirik jam dinding yang mengarah ke angka 11, sama sekali tak dapat mendengar suara siapa yang menghubungi suaminya malam-malam begini.

Mungkinkah itu orang kantor? benak Sekar menebak. Bukan tanpa alasan Sekar berpikiran seperti itu, karena kini ia bisa melihat Galang yang dengan cepat meraih pulpen serta kertas dan mulai menggoreskan sesuatu di sana.

"Baiklah. Aku akan segera mentransfernya."

Itu adalah kata-kata terakhir Galang yang Sekar dengar sebelum suaminya itu mengakhiri panggilan. Galang menatap lama kertas yang entah apa telah ia tuliskan di sana, namun Sekar bisa melihat jika netra suaminya itu berbinar.

1
Upi Raswan
bukan menharap sih,cuma kirain galang yg donor.. secara goldar stania sama kayak galang hehe
semoga lekas sembuh sayangnya emak2 readers,, tuan Lim sama tuan Dewangga bakalan segera menemukan pelakunya..
Dewi kunti
yuuuuukkk sp yg mau donorin darahnya,TDK hrs bpknya kan
Yuli a
aku justru pingin kehadiran Galang kk, biar orang tua Theo tau siapa orang tuanya Tsania. 🥰
Yuli a
kamu salah Anggita, keluarga Theo pasti mau menerima Tsania lah... tuh papanya Theo aja mengenal Ardi Lim...
entar juga tau kalau sebenarnya Tsania bukan anak haram. kamu tuh yang anaknya pelakor... nggak tau diri banget...
F.T Zira
untunglah dia gak datang/Applaud//Applaud//Applaud//Applaud/
F.T Zira
atau darahnya Om Lim aja kali ya🤭
F.T Zira
Ab sepertinya golongan drah galang.. dia yg donor mungkin..
F.T Zira
Galang ada di situ denger semuanya...
berharap/Frown/
F.T Zira
putrimu menjadi pembunuh menggunakan tangan orang lain
F.T Zira
seker siapa??
tokoh baru kah😅😅
yellya
anggita buang jauh ke samudera pasifik kak, 😡😡😡
yellya
😭😭😭😭tsania
ora
Karungin Anggi, buang ke laut/Facepalm/✌️✌️✌️
ora
Itu lah kalau apa-apa selalu dituruti😞
ora
Lebih baik lah dari anak mu😌
ora
Anak mu udah nggak waras kan Sekar. Gimana? Kamu mau ikutan nggak waras juga atau bagaimana?😣😣😣
Yuli a
kirain preman tu suruhan Sekar. ternyata ulah Anggita..
mengerikan sekali...
Yuli a
anak haram... anak haram melulu.... anak sah ya.... lu aja yang anak pelakor....
Nona Aan Chayank
Dasar Kau jalang pembunuh Anggita.
kau akan mendapatkan karmamu TDK lama lagi 😠😠
〈⎳ Moms TZ
masukin RSJ, sama kek Mischa /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!