Di sebuah kota kecil yang diselimuti kabut tebal sepanjang tahun, Ardan, seorang pemuda pendiam dan penyendiri, menemukan dirinya terjebak dalam lingkaran misteri setelah menerima surat aneh yang berisi frasa, "Kau bukan dirimu yang sebenarnya." Dengan rasa penasaran yang membakar, ia mulai menyelidiki masa lalunya, hanya untuk menemukan pintu menuju dunia paralel yang gelap—dunia di mana bayangan seseorang dapat berbicara, mengkhianati, bahkan mencintai.
Namun, dunia itu tidak ramah. Ardan harus menghadapi versi dirinya yang lebih kuat, lebih kejam, dan tahu lebih banyak tentang hidupnya daripada dirinya sendiri. Dalam perjalanan ini, ia belajar bahwa cinta dan pengkhianatan sering kali berjalan beriringan, dan terkadang, untuk menemukan jati diri, ia harus kehilangan segalanya.
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARIRU EFFENDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3:Dunia Bayangan
Ardan tersentak mundur, matanya membelalak saat menyadari dunia di sekitarnya telah berubah total. Rumahnya, dapur tempat ia berdiri, bahkan suara-suara kecil yang biasa menemani keheningan malam—semua lenyap. Yang tersisa hanyalah hamparan tanah retak, dengan kabut tebal menggantung seperti selimut berat di udara.
Ia mencoba menarik napas, tetapi udara terasa berbeda—dingin, tajam, dengan aroma logam yang menusuk. Kakinya goyah, seolah gravitasi di tempat ini bekerja dengan cara yang aneh. Ia memandang sekeliling, berharap menemukan sesuatu yang akrab, tetapi hanya kegelapan dan bayangan yang menari di celah-celah retakan tanah.
“Ini tidak nyata…” gumamnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Tapi semuanya terasa begitu nyata—terlalu nyata untuk disebut mimpi.
Sebuah suara tiba-tiba terdengar, lembut, hampir seperti bisikan angin.
"Selamat datang, Ardan."
Ia berbalik dengan cepat, mencari sumber suara itu. Tapi tidak ada siapa pun, hanya bayangan di tanah yang mulai bergerak sendiri, membentuk sosok yang samar. Bayangan itu perlahan berdiri, tingginya melampaui tubuh Ardan, dengan mata merah menyala yang menatap langsung ke arahnya.
“Apa kau?” tanya Ardan, suaranya bergetar.
Bayangan itu menyeringai, sebuah ekspresi yang tampak tidak wajar di wajah hitamnya.
"Aku adalah kau, atau mungkin… kau adalah aku. Sulit untuk menjelaskan. Tapi satu hal yang pasti, kau tidak akan pernah kembali menjadi dirimu yang dulu."
Ardan mundur selangkah, tetapi bayangan itu mendekat. Langkahnya tidak menimbulkan suara, hanya menyisakan jejak gelap di tanah yang sudah kelam.
“Kembalikan aku! Apa pun ini, aku tidak mau di sini!” seru Ardan, suaranya memantul di udara hampa.
Bayangan itu tertawa kecil, sebuah suara yang terdengar seperti retakan kaca.
"Kau tidak mengerti, Ardan. Dunia ini adalah bagian dari dirimu. Kau selalu hidup dalam bayang-bayang, dan sekarang, kau harus menghadapi kenyataan itu."
Sebelum Ardan bisa menjawab, tanah di bawah kakinya mulai berguncang. Retakan-retakan kecil menyebar, menciptakan lubang besar yang menganga seperti mulut raksasa. Dari dalam lubang itu, muncul bayangan-bayangan lain, bergerak seperti ular yang lapar.
Ardan berlari tanpa berpikir, kakinya melangkah cepat di atas tanah yang rapuh. Tapi bayangan-bayangan itu mengejarnya, suara gerakan mereka seperti bisikan ribuan suara di kepalanya.
“Berhenti!” teriaknya, tetapi bayangan itu tidak peduli.
Di depan, ia melihat sebuah pintu kayu berdiri sendiri di tengah kegelapan. Tidak ada dinding, tidak ada rumah—hanya pintu. Dengan napas tersengal, ia mendorong pintu itu terbuka dan melangkah masuk tanpa ragu.
Di sisi lain pintu, dunia kembali berubah. Kali ini, ia berdiri di sebuah ruang kosong yang terang, dikelilingi cermin-cermin besar. Di setiap cermin, ia melihat refleksinya sendiri, tetapi setiap bayangan di cermin tampak berbeda. Beberapa tersenyum jahat, beberapa menangis, dan beberapa terlihat marah.
“Ini tempat apa lagi?” bisiknya.
Sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, suara itu kembali terdengar.
"Selamat datang di inti dirimu, Ardan. Pertanyaannya sekarang, apa yang akan kau lakukan?"
---
-Tambahan
"Aku Hanya Bisa Berterima Kasih... Dalam Kegelapan Ini"
Untuk kalian yang membaca hingga akhir, aku sungguh berterima kasih. Di balik bayangan ini, ada kisah yang hanya bisa dirasakan, bukan dijelaskan. Jangan tinggalkan aku, karena rahasia yang lebih kelam sedang menunggu. Apakah kalian siap? Kegelapan ini baru saja dimulai...