Novel ini mengisahkan perjalanan cinta yang penuh dinamika, yang diselimuti perselisihan dan kompromi, hingga akhirnya menemukan makna sesungguhnya tentang saling melengkapi.
Diantara lika-liku pekerjaan, mimpi, dan ego masing-masing, mereka harus belajar mengesampingkan perbedaan demi cinta yang semakin kuat. Namun, mampukah mereka bertahan ketika kenyataan menuntut mereka memilih antara ambisi atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arin Ariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka Lama yang Terbuka
Beberapa minggu setelah keputusan Naumi, Alfatra merasa sedikit lega. Tekanan dari keluarganya mulai mereda meski hubungan mereka masih renggang. Di sisi lain, Ariana semakin sering menerima kehadiran Alfatra dalam hidupnya. Namun, perjalanan mereka tidak berjalan semulus harapan.
~
Suatu sore, Alfatra mengajak Ariana ke sebuah galeri seni. Ia tahu betapa seni adalah salah satu hal yang selalu membuat Ariana merasa damai. Mereka berbicara santai tentang lukisan yang dipajang, dan untuk sesaat, Ariana merasa seperti kembali ke masa-masa indah mereka dulu.
Namun, kedamaian itu terganggu ketika mereka bertemu dengan seseorang yang tidak pernah Ariana sangka akan muncul—Erik, mantan kekasihnya setelah putus dari Alfatra.
“Erik?” Ariana terkejut, langkahnya terhenti.
“Hey, Ariana. Lama tidak bertemu,” Erik menyapa dengan senyum kecil, tetapi pandangannya segera beralih ke Alfatra. “Dan ini… Alfatra, ya?”
Alfatra mengangguk kecil, berusaha menjaga sikap tenang. “Iya, benar. Apa kabar?”
“Saya baik,” jawab Erik singkat. Ia kemudian menoleh lagi ke Ariana. “Saya tidak menyangka akan bertemu di sini. Masih suka datang ke galeri rupanya.”
Ariana hanya tersenyum canggung. Percakapan itu berlangsung kaku sebelum Erik akhirnya pamit pergi. Namun, keberadaannya meninggalkan suasana yang aneh di antara Alfatra dan Ariana.
“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Alfatra setelah Erik pergi.
“Ya, aku baik,” jawab Ariana singkat. Tapi wajahnya menunjukkan sesuatu yang berbeda.
.........~
Ketika Alfatra mengantar Ariana pulang, ia tidak bisa menahan diri untuk bertanya.
“Siapa Erik sebenarnya, Ari?”
Ariana menatap Alfatra sejenak sebelum menjawab. “Dia seseorang yang pernah ada dalam hidupku setelah kita putus.”
“Pernah?” Alfatra mencoba memastikan.
Ariana mengangguk. “Kami sempat menjalin hubungan, tapi tidak bertahan lama. Aku sadar dia bukan orang yang tepat untukku.”
Alfatra terdiam. Meskipun ia tahu Ariana berhak untuk melanjutkan hidup setelah mereka berpisah, mendengar kenyataan itu tetap membuat hatinya sedikit perih.
“Maaf jika itu membuatmu tidak nyaman,” kata Ariana, menyadari perubahan ekspresi Alfatra.
“Tidak, aku yang seharusnya minta maaf,” kata Alfatra. “Aku hanya ingin memastikan bahwa aku benar-benar menjadi pilihanmu, bukan sekadar pelarian.”
“Aku butuh waktu, Alfa,” jawab Ariana jujur. “Banyak hal yang harus kupikirkan sebelum aku bisa memastikan apa yang benar-benar aku inginkan.”
Alfatra mengangguk pelan, meski hatinya sedikit gelisah.
~........
Sementara itu, di rumah keluarga Alfatra, konflik yang sempat mereda kembali memanas. Keluarga besarnya mulai mempertanyakan keputusan Alfatra untuk menolak perjodohan dan mempertahankan hubungannya dengan Ariana.
“Sampai kapan kamu akan terus melawan kami, Alfa?” tanya pamannya dalam sebuah pertemuan keluarga.
“Aku tidak melawan, Paman,” jawab Alfatra dengan tenang. “Aku hanya ingin menjalani hidup sesuai dengan pilihanku sendiri.”
“Pilihan yang tidak realistis,” kata pamannya tegas. “Keluarga kita memiliki reputasi. Apa kamu pikir hubunganmu dengan Ariana akan diterima oleh semua orang?”
“Aku tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan,” jawab Alfatra. “Yang penting adalah kebahagiaan kami.”
Namun, di balik ketegasannya, Alfatra merasa lelah. Ia mulai menyadari bahwa perjuangannya bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang membuktikan bahwa ia bisa menjalani hidupnya tanpa kehilangan jati dirinya.
..........~
Malam itu, setelah percakapan panjang dengan Melani, Ariana akhirnya menyadari sesuatu.
“Mel, aku takut jika aku menerima Alfatra lagi, kami hanya akan mengulangi kesalahan yang sama,” kata Ariana dengan suara bergetar.
“Tapi apa kamu tidak melihat perubahannya?” tanya Melani. “Dia benar-benar berusaha untuk memperbaiki segalanya, Ari. Aku belum pernah melihat Alfatra seperti ini sebelumnya.”
Ariana terdiam, memikirkan segala yang telah terjadi. Ia tahu bahwa Alfatra telah berubah, tetapi apakah itu cukup untuk membuat hubungan mereka berhasil?
~..........
Malam itu, Ariana memutuskan untuk berbicara dengan Alfatra. Ia tidak ingin membiarkan keraguan terus menguasainya.
“Alfa, aku ingin jujur padamu,” kata Ariana ketika mereka bertemu. “Aku tahu kamu telah berusaha keras untuk memperbaiki hubungan kita, dan aku sangat menghargai itu. Tapi aku juga tidak ingin terburu-buru mengambil keputusan hanya karena tekanan atau rasa bersalah.”
“Aku mengerti, Ari,” kata Alfatra, meski hatinya sedikit terluka. “Aku akan menunggu. Sebanyak apa pun waktu yang kamu butuhkan.”
Namun, dalam hati Alfatra, ia tahu bahwa penantian ini adalah ujian terakhir bagi hubungan mereka. Ia hanya berharap bahwa cinta mereka cukup kuat untuk melewati semuanya.