Enggak dapet anaknya, Ayahnya pun jadi.
Begitu pula Isvara Kinandari Heksatama, gadis cantik patah hati karena pujaan hatinya menikah dengan wanita lain. Isvara atau yang kerap disapa Isva melakukan hal yang diluar nalar yaitu menikahi Ayah dari pria yang cintai yaitu Javas Daviandra Bimantara.
Keputusan terburu-buru yang diambil Isva tentu saja, membuat semua orang terkejut. Tidak terkecuali sang adik yaitu Ineisha Nafthania Heksatama, bagaimana tidak. Pria yang dinikai oleh Kakaknya adalah Ayah mertuanya sendiri, Ayah dari Archio Davion Bimantara.
Pria yang Isvara cintai memang menikah dengan adiknya sendiri, tentu hal itu membuatnya sangat sakit hati karena yang dekat dengan Archio adalah dirinya. Namun, Archio secara tiba-tiba malah menikahi Ineisha bukannya Isvara.
Demi menghancurkan pernikahan Ineisha dan Archio, Isvara harus tinggal bersama mereka. Salah satu caranya yaitu menikah dengan salah satu keluarga Archio, sedangkan yang bisa ia nikahi hanyalah Javas seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3 | Patah Hati
Sudah cukup puas bernostalgia, Rieta mengajak sahabat lamanya segera duduk di kursi yang sudah tersedia.
Aina tentu tidak lupa mempersilakan Archio yang sejak tadi hanya diam di tempat dengan wajah terkejut, pria muda itu juga tidak menyangka bahwa kedua wanita paruh baya itu ternyata saling mengenal.
Tidak lama kemudian, Isvara muncul bersama Ineisha. Isvara melihat tamu penting yang dimaksud adalah Archio dan wanita paruh baya itu, jelas membuatnya sangat terkejut.
"Ineisha, salim dulu sama Omanya Archio," titah Darius. Tanpa ada penolakan, Ineisha melakukan apa yang diperintahkan oleh sang Papa.
"Aku Ineisha, Oma."
"Yaampun, kamu cantik sekali. Pantas Chio jatuh cinta sama kamu, bahkan enggak sabar mau nikahin kamu," puji Tiana hingga membuat Ineisha menjadi malu-malu.
"Saya memang memanggil cucu saya dengan panggilan Chio, bukan Archio. Agar lebih pendek saja." Semua mengangguk paham dengan penjelasan Tiana.
Isvara tidak sebodoh itu, ia langsung bisa menangkap apa yang baru saja dikatakan oleh wanita paruh baya itu.
Hatinya mendadak merasakan nyeri di dadanya, bagaimana tidak. Dirinyalah yang mencintai Archio sejak pertama kenal, cinta pada pandangan pertama lebih tepatnya. Namun, kini ia harus disadarkan oleh kenyataan bahwa pria yang ia cintai malah memilih sang adik.
Mungkin jika memilih wanita lain, tidak akan sesakit itu. Apalagi yang memperkenalkan Ineisha dengan Chio adalah dirinya.
Chio sendiri adalah teman kampus Isvara, keduanya satu jurusan jadi sangat dekat. Dan beberapa bulan lalu, Ineisha yang memilih satu kampus dengan sang Kakak. Beberapa kali Isvara yang sedang bersama dengan Chio bertemu dengan Ineisha, jadi mau tidak mau Isvara memperkenalkan mereka.
Tanpa Isvara tahu, disanalah semua bermula. Namun, selama ini baik Ineisha ataupun Chio tidak ada yang memberitahu Isvara bahwa keduanya mempunyai hubungan. Karena itulah, Isvara merasa sangat terkejut.
"Kalo yang ini Isvara, putri sulung keluarga kami. Kakaknya Ineisha," ujar Aina memperkenalkan Isvara. Isvara juga menyalami Tiana, sekalipun tidak ada yang memerintahkannya.
"Isvara, Oma," ujar Isvara pelan tanpa tenaga.
"Yaampun, Eta. Kamu beruntung sekali punya dua cucu yang sangat cantik-cantik. Andai aku punya cucu lain yang seumuran sama Chio, mungkin aku tidak segan-segan menjodohkannya dengan Isvara."
Semua tertawa mendengar gurauan Tiana, berbeda dengan Isvara yang sama sekali tidak berminat menanggapinya.
"Isvara itu teman satu kampus sekaligus satu jurusan, Oma," ujar Chio memberitahu sang Oma.
"Oh, yaampun. Takdir memang tidak ada yang tahu ya, berteman sama Kakaknya. Tapi malah jatuh cinta sama adiknya," ucap Tiana dengan wajah terkejut yang seperti dibuat-buat.
"Begitulah, takdir, Kak Tiana. Tidak ada yang tahu akhirnya," balas Rieta dengan senyum manisnya.
"Isvara sebenarnya lebih cantik, tetapi jika Chio cintanya sama Ineisha. Saya bisa apa." Ucapan Tiana kali ini jelas saja membuat semuanya terkejut, tentu saja membuat Ineisha sakit hati.
Adik Isvara itu sudah berusaha dandan agar terlihat sangat cantik, bahkan mendatangkan MUA terkenal untuk mendandaninya. Namun, ia malah mendengar ucapan yang sangat menyakitinya. Bahkan gadis itu sudah berkaca-kaca.
Semua orang jelas bisa menilai, Isvara jauh lebih cantik. Akan tetapi Tiana tidak seharusnya berbicara seperti di depan semua orang.
Suasana yang awalnya ceria langsung berubah menjadi canggung dengan cepat. Chio merasa tidak enak sekali dengan ucapan sang Oma yang menurutnya kurang pantas diutarakan.
"Oma tadi hanya bercanda saja. Enggak perlu dimasukkan ke hati," ujar Chio berusaha membuat suasana tidak lagi canggung.
"Chio benar, saya tadi hanya bercanda. Saya minta maaf sudah membuat suasana menjadi kurang enak." Terlihat sekali, Tiana terpaksa meminta maaf, jika tidak karena paksaan Chio mana mungkin wanita paruh baya itu mau meminta maaf.
Makanan yang dipersiapkan oleh para pelayan keluarga Heksatama sudah terhidang di meja, Aina langsung mempersilakan tamunya untuk makan malam dulu sebelum membahas hubungan Ineisha dan Chio lebih lanjut.
Tentu Aina melakukan itu, agar semuanya melupakan ucapan Tiana. Sebagai ibu yang melahirkan Ineisha jelas saja ia marah dan sakit hati, tetapi ia memilih untuk menahan perasaannya.
Tiana memuji semua masakan yang tersaji dihadapannya, yang menurutnya memang rasanya sangat enak dan sesuai dengan seleranya.
Mereka semua pun asyik mengobrol, kecuali Isvara. Dirinya berada di ruang makan, tetapi keberadaannya sama sekali tidak dianggap. Tidak ada yang mengajaknya mengobrol.
Chio sendiri memang sesekali menanggapi obrolan, tetapi sejak kedatangan Isvara dan Ineisha di meja makan. Pria itu tidak melepaskan pandangannya dari Isvara, ia Isvara bukan Ineisha. Bahkan menurutnya Isvara 100 kali lipat lebih cantik daripada Ineisha hingga membuatnya sangat terpesona.
Walaupun membela Ineisha tadi di depan sang Oma, tetapi bagi Chio juga Isvara lebih cantik.
Hari semakin malam, Chio dan Tiana segera berpamitan. Di saat semua anggota keluarganya mengantarkan Chio dan Tiana ke depan, Isvara lebih memilih untuk cepat-cepat masuk kamarnya.
Ketika sudah di dalam kamarnya, Isvara langsung menangis, tangisan yang sejak tadi berusaha ia tahan. Karena dirinya tidak ingin mempermalukan diri sendiri dengan menangis di depan banyak orang.
"Kenapa tuhan jahat sekali? Kenapa aku harus mengalami sakit hati kayak gini? Kenapa harus Ineisha? Adikku sendiri yang Chio pilih. Apalagi sebentar lagi mereka akan menikah, apa aku akan sanggup melihatnya tuhan?" tanyanya sambil menangis.
Isvara selama 19 tahun hidup di dunia, baru pertama kali jatuh cinta pada Chio. Namun, sekarang ia harus merasakan patah hati karena Chio dan Ineisha.
"Kenapa tuhan seperti tidak adil bagiku? Apa salahku, tuhan?"
Sedang asyik menangis, meratapi kisah cintanya yang tidak terbalas. Isvara mendengar suara ketukan pintu, dengan malas gadis itu bangkit dari kasurnya. Bukan untuk membuka pintu, tetapi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.
Isvara jelas tidak ingin, keluarganya tahu dirinya habis menangis. Apalagi menangis karena Chio dan Ineisha, karena yang ia dapatkan bukanlah pembelaan malah akan disalahkan.
"Kak buka pintunya, aku mau ngomong," ujar Ineisha sambil terus mengetuk pintu dengan kasar.
"Sebentar, Nei. Kakak lagi di kamar mandi," sahut Isvara dari kamar mandi yang memang berada di kamarnya.
"Buruan, Kak. Aku mau bicara sama Kakak." Ineisha benar-benar tidak sabaran, hingga membuat Isvara semakin kesal padanya.
"Sabar! Kalo kamu nggak mau sabar, mending kamu balik lagi aja ke kamar kamu, kita bisa bicara besok atau kapan. Lagi pula kita 'kan serumah, mau bicara kapan aja bisa nggak harus sekarang juga," tegasnya.
Di luar kamar Isvara, Ineisha memanyunkan bibirnya. Gadis itu merasa sangat kesal pada sang Kakak, padahal Kakaknya tidak melakukan apapun yang membuatnya kesal.
Tidak lama kemudian, Isvara yang sudah selesai dari kamar mandi untuk mencuci muka. Kini wajahnya sudah tidak terlihat habis menangis, walau memang masih agak sembab sedikit.
mampir juga dikaryaku yuk/Smile/