Satu demi satu kematian terjadi di sekolah.
Jika di waktu biasa, orang tua mereka akan langsung menuntut balas. Tapi bahkan sebelum mereka cukup berduka, perusahaan mereka telah hancur. Seluruh keluarga dipenjara.
Mantan anak yang di bully mengatakan, "Jelas ini adalah karma yang Tuhan berikan, atas perbuatan jahat yang mereka lakukan."
Siswa lainnya yang juga pelaku pembully ketakutan, khawatir mereka menjadi yang selanjutnya. Untuk pertama kalinya selama seratus tahun, sekolah elit Nusantara, terjadi keributan.
Ketua Dewan Kedisiplinan sekaligus putra pemilik yayasan, Evan Theon Rodiargo, diam-diam menyelidiki masalah ini.
Semua kebetulan mengarahkan pada siswi baru di sekolah mereka. Tapi, sebelum Evan menemukan bukti. Seseorang lebih dulu mengambil tindakan.
PERINGATAN MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 SEBAB AKIBAT
"Yaa, pesta. Kita punya kolam renang di sekolah. Bagaimana jika kita mengadakan pesta bikini. Kita bisa mengundang para gadis-gadis cantik nanti."
Mendengar itu seketika Alok menjadi sangat tertarik. Tapi jika di kolam renang sekolah, dia sedikit tidak yakin.
"Itu akan sulit," kata Alok setelah memikirkan.
"Sama sekali tidak sulit, lagipula kamu anak kepala sekolah. Ayahmu pasti akan menyetujui apapun yang kamu katakan. Katakan saja kamu telah sangat bekerja keras dalam ujian ini. Dan ingin membuat pesta bersama teman-temanmu."
"Bagaimana jika nilai ku buruk?" tanya Alok.
"Saat pesta itu terjadi, nilai ujian kan belum keluar. Tidak masalah jika kita bersenang senang dulu. Kita akan melakukan hal-hal menyenangkan malam itu. Bagaimana setelahnya itu urusan nanti."
Alok terdiam, mempertimbangkan semuanya, dia pikir ini bukanlah ide yang buruk. Lagipula dia sudah sangat suntuk. Setelah seminggu lebih dia tak minum obat. Rasanya dia hampir gila. Saat pesta nanti, dia bisa diam-diam pergi keluar, dan menggunakan obat-obatannya, yang lain pasti tidak akan menyadarinya. Hanya saja bagaimana dia akan membawa obatnya ke sekolah.
"Baiklah," putus Alok tegas.
Di sisi lainnya,
Aria yang mendengar semua perbincangan itu berdiri. Dia membuang bungkus makanan yang sudah habis. Lalu pergi meninggalkan kantin.
...----------------...
Keesokan harinya.
Klub Kesehatan yang tiga hari sebelumnya ramai, menjadi sepi hari ini. Awalnya mereka tak memikirkan apapun. Karena pesanan dari kemarin pun masih tersisa banyak. Jadi mereka fokus menyelesaikan pesanan itu. Tapi kemudian beberapa orang mulai membatalkan pesanan.
Melihat keadaan ini Sammy yang paling tidak sabar.
Dia bersandar pada meja, sambil menatap ketuanya, lalu berkata "Pasti ada sesuatu yang telah terjadi."
"Aku juga berfikir ada yang salah," kata Jessica menyetujui.
"Mungkinkah beberapa orang mendapatkan masalah setelah minum teh ini," kata Sammy dengan nada curiga.
Mendengar hal itu, Jessica seketika marah, "Kamu meragukan, Aria. Dia sudah sangat bekerja keras untuk klub. Bagaimana bisa kamu-"
"Tidak, bukan begitu," potong Sammy cepat. Dia melirik tak nyaman pada punggung Aria. "Maksudku, seseorang mungkin saja ingin menjebak kita, dengan mengutak-atik teh kan."
"Apa sebaiknya kita menyelidikinya."
Sammy mengangguk, "Ya, serahkan padaku," usai mengatakan itu dia bergegas pergi.
Aria tak ikut campur, dia masih sibuk membuat racikan teh. Meskipun saat ini penjualan mereka menurun. Bukan berarti dia akan menghentikan pembuatan. Karena bagaimanapun juga dia yakin akan ada yang membeli teh nya.
Sepuluh menit kemudian.
Sammy kembali dengan setengah berlari, "Ketua, gawat!"
"Ada apa?" tanya Jessica.
Aria menghentikan pekerjaannya menoleh dengan penasaran.
"Aku sudah tahu kenapa tidak ada yang datang ke klub kita untuk membeli teh, juga alasan kenapa semua orang membatalkan pesanan."
"Kenapa?" tanya Jessica tidak sabar.
"Klub Palang Merah, mereka, mengeluarkan teh yang sama seperti milik kita, Teh Chamomile."
Mendengar hal itu, Jessica tercengang.
Dengan mengeluarkan teh yang sama. Bukankah ini jelas untuk bersaing dengan mereka. Tapi kenapa Klub Palang Merah.
"Tidak mungkin," bantah Jessica tanpa sadar.
"Sudah kukatakan mereka itu bukan orang baik. Ketua kan tahu bagaimana mereka meremehkan kita selama ini. Ketua fikir itu bantuan. Tidak mereka hanya senang memperbudak kita," kata Sammy mengeluarkan kebenciannya yang selama ini dia tahan.
Jessica bangkit dari tempat duduknya, "Aku akan meminta penjelasan pada mereka."
"Ketua," panggil Aria.
Jessica menoleh, "Ya Aria, kamu jangan khawatir aku tidak akan membiarkan mereka berbuat sesukanya."
Aria menggelengkan kepala, "Tidak perlu-"
"Apa maksudnya kamu ingin menghentikan, Ketua?" potong Sammy dengan nada tidak suka. Dia menyipitkan mata, dia baru mengingat Aria adalah anggota baru yang tidak tahu apa-apa, dia lalu kembali bicara, "Aria, kamu tidak tahu, klub Palang Merah sudah memperbudak klub kita selama ini, dan sekarang saat kita akan bangkit, mereka melakukan tindakan curang seperti ini. Kita tidak bisa diam saja."
"Sammy kali ini benar. Aku tahu kamu baik dan punya banyak ide. Tapi kita tak bisa membiarkan mereka menginjak kita," kata Jessica dengan nada getir. Kenyataannya banyak yang sudah meremehkan mereka saat ini. Dengan adanya Teh ini, adalah sebuah harapan baru bagi mereka. Bagaimana dia bisa membiarkan itu terjadi.
Aria menghelas nafas, "Senior izinkan aku bicara sebentar," pintanya.
Jessica dan Sammy saling berpandangan, lalu kembali menatap Aria, dan mengangguk bersamaan.
"Teh yang mereka buat tidak sama seperti buatan ku. Aku meraciknya sendiri, bahkan jika mereka menirunya, efeknya tak akan bisa seperti milik kita."
Jessica dan Sammy sama-sama tercengang, mereka tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.
"Lalu teh yang mereka keluarkan?" tanya Sammy dalam kebingungan.
Aria sedikit berfikir, "Mungkin benar itu Teh Chamomile," kemudian dia tersenyum lembut. "Tapi ada satu bahan rahasia yang ku campurkan dalam Teh Chamomile milik kita. Bahan itu membuat efek Bunga Chamomile semakin meningkat. Aku yakin ahli teh atau dokter sekalipun tidak akan menemukan bahan apa itu," katanya penuh percaya diri. Bahkan gurunya saja tak bisa menemukan bahan apa yang ditambahkannya.
Mendengar itu Sammy menjadi gembira.
Jessica disisi lain malah menjadi khawatir, "Itu tidak akan membahayakan tubuh kan Aria?"
"Tentu saja tidak, ketua tidak perlu khawatir," jawab Aria.
"Syukurlah," kata Jessica lega.
"Tapi bagaimana dengan teh mereka?" tanya Sammy penasaran.
"Tidak ada masalah jika diminum, hanya seperti teh biasa pada umumnya," jawab Aria. Dia memandang kedua seniornya, "Hanya saja jika orang yang telah membelinya, tidak merasakan manfaat seperti minum teh kita, mungkin akan terjadi keributan."
"Itu-"
"Biarkan saja, mereka pantas mendapatkannya," kata Sammy memotong.
Jessica tak jadi buka suara. Meski sebelumnya mereka membantu klub mereka. Semua itu tak lebih dari sifat kesombongan saja. Kali ini klub Palang Merah yang membuat masalah lebih dulu. Itu tidak ada hubungannya dengan klub mereka. Jadi bukan mereka yang kacang lupa kulitnya.
"Mungkin sebaiknya kita membuat lebih banyak persiapan untuk besok," kata Aria.
Besok adalah hari terakhir ujian. Disaat paling kritis orang akan kehilangan fikiran logisnya. Saat mereka tahu hanya klub Kesehatan yang mengeluarkan teh obat. Mereka akan berbondong-bondong datang kesini.
"Ya sebaiknya hari ini kita membuat banyak stok," ucap Sammy gembira.
"Tapi besok akan berbeda. Kita tidak akan melayani mereka. Kita sediakan teh dan gelas. Bagaimana menyeduhnya itu urusan mereka," Aria tersenyum di akhir kata. Dia baru saja menemukan solusi dari masalah kekurangan SDM. Kemalangan dan keberuntungan memang kerap datang bersamaan.
Sammy dan Jessica saling berpandangan, keduanya sama-sama tidak yakin. Tapi satu hal, mereka mempercayai Aria. Jika Aria mengatakan tak akan melayani, maka terserah gadis itu. Klub benar-benar bergantung padanya. Gadis itu selalu membuat kejutan untuk mereka.
...----------------...
Klub Palang Merah menjadi ramai, tapi karena anggota mereka yang banyak, tidak seperti klub Kesehatan yang kesulitan menyediakan teh, mereka dengan cepat mendistribusikannya.
Melihat semua itu Jessica dan Sammy, menunggu dengan jantung berdebar. Meski Aria sudah mengatakan tidak akan ada masalah. Mereka tetap saja merasa takut.
Aria satu-satunya yang paling tenang sejak awal.
Senyum Cecilia bahkan tidak luntur sejak tadi. Penjualan teh ini sangat menguntungkan klub mereka. Dibandingkan menunggu dana sekolah. Mereka bisa mendapat Banyak uang dengan hanya menjual teh ini. Sekolah memang tidak pernah melarang klub untuk berbisnis. Asalkan semua itu digunakan untuk kepentingan klub, bukannya pribadi. Tapi jika satu dua lembar hilang, mereka tidak akan mengetahuinya. Itulah mengapa Cecilia sangat senang.
Keluarganya tidak begitu kaya, sebuah keberuntungan dia sekolah disini, karena bibi nya yang kaya mau mendanai. Dengan uang ini dia akan bisa membeli barang-barang bermerek seperti temannya yang lain. Mereka tak akan meremehkannya lagi.
Sayangnya kabar buruk datang begitu cepat.