Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Bertemu
Setelah menanda tangani kontrak kerja sama dengan perusahaan milik Sultan dan Abian. Julian yang merupakan teman satu kampus keduanya di Harvard university minta diantarkan untuk bertemu dengan kolega bisnisnya yang lain.
"Sayang sekali kita tidak bisa makan siang bersama." ucap Sultan.
"Setelah perjalanan bisnisku selesai, asistenku akan atur waktu untuk kita bertemu sebagai teman." balas Julian dan langsung disetujui oleh Abian.
Setelah Julian turun dari mobil milik Sultan, Abian dan Sultan memutuskan untuk makan siang di restoran langganan mereka. Kebetulan sekali letaknya tidak jauh dari hotel tempat Julian menemui rekan bisnisnya.
Abian mengedarkan pandangan untuk mencari meja kosong. Namun matanya justru melihat Khalisa yang tengah tertawa bahagia.
"Ada Ica, Sonia dan tunangannya." ucap Abian berbisik pada Sultan.
Mendengar nama Sonia bersama tunangannya, Sultan segera mencari sosok wanita yang dicintainya itu.
"Kita duduk bersama mereka saja Bi. Bagaimana?" tanya Sultan.
Abian tidak masalah. Dia tentu saja senang bisa kembali menghabiskan waktu bersama Khalisa. Yang bermasalah disini justru Sultan yang akan bertemu dengan tunangan Sonia. Dalam hal ini, sudah jelas sepupunya yang salah, merebut calon istri orang lain. Menjadi orang ketiga dan menghancurkan rencana bahagia yang tengah dipersiapkan.
"Boleh bergabung?" tanya Sultan.
Mendengar suara Sultan yang minta bergabung. Sonia terbatuk akibat tersedak ludahnya sendiri. Sonia yang sebelumnya ingin bicara jadi mengurungkan niatnya. Tiba-tiba saja ada rasa takut yang menghampiri Sonia. Dia takut semua rencananya berantakan. Sonia juga takut, Sultan akan menemui Narendra dilain waktu bila sudah saling kenal. Lalu Sultan akan memberitahu tunangannya itu tentang kehamilannya. Sonia harus bagaimana?
"Hati-hati Nia." ucap Narendra sambil memberikan segelas air putih yang memang sudah tersedia di depan mereka masing-masing.
"Kakak tidak apa-apa?" tanya Khalisa setelah Nia meneguk air yang diberikan Narendra.
"Kakak tidak apa-apa Ca." jawab Sonia.
Sementara Shinta menatap Abian dan Sultan bergantian. Dua pria tampan yang baru dia temui. Lebih tepatnya pada Abian. Dia tertarik melihat penampilan Abian yang sederhana tapi tak kalah tampan dengan Sultan dan Narendra.
"Maaf menganggu." ucap Abian yang sangat paham situasi saat ini merasa tidak enak hati. Menyetujui ajakan Sultan ternyata tidak begitu baik untuk Sonia.
Narendra melihat pria yang kemarin bersama Khalisa yang bicara dengan mereka. Pria yang menurut penjelasan Khalisa adalah dosen pembimbingnya dan orang yang merekomendasikan Khalisa bekerja di Wiranata Group.
"Silakan!" ucap Narendra. Lalu dia menoleh pada Khalisa, "Ca, pindah sini sayang." ucapnya sambil menepuk kursi kosong yang ada disampingnya.
Khalisa yang penurut ikut saja apa yang diperintahkan oleh Narendra. Apa lagi Sonia juga mengiyakan ucapan tunangannya. Jadilah sekarang mereka duduk berenam, dengan posisi Sonia, Narendra, Khalisa berjejer tiga. Berhadapan dengan Shinta, Sultan dan Abian.
Kata sayang yang dilontarkan Narendra pada Khalisa mengusik Abian. Dia jadi ingat dengan rasa cemburunya kemarin sore, kala melihat Narendra merangkul Khalisa. "Ternyata mereka memang sedekat itu." batin Abian menyimpulkan setelah melihat dan mendengar Narendra berani memanggil sayang pada Khalisa dihadapan Sonia, dan tidak ada kilat cemburu yang terpancar dari wajah Sonia atas panggilan itu.
"Anda pria yang menemani Ica kemarin sore, bukan?" tanya Narendra.
"Iya, saya teman Ica." jawab Abian.
"Teman? Menurut Ica, Anda dosen pembimbingnya." sahut Narendra.
"Tidak ada larangan dosen dan muridnya menjadi teman, kan?" balas Abian tak mau kalah.
"Ya, memang tidak ada yang salah." jawab Narendra sambil mengusak pucuk kepala Khalisa.
"Saya Narendra, mewakili keluarga ingin mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan Anda selama ini pada adik kami." ucap Narendra lagi.
"Itu sudah kewajiban saya. Ica juga gadis yang pintar dan mandiri, sehingga dia berhasil lulus dengan baik dan cepat." balas Abian.
Narendra menoleh pada Khalisa, "Benarkah adik Mas ini pintar dan mandiri? Kenapa kalau dirumah manja dan selalu minta ditemani." ucap Narendra bermaksud menggoda Khalisa. Sonia tertawa mendengar ucapan Narendra, sementara Khalisa mengerucutkan bibirnya tanda tak suka.
"Kakak." rajuk Khalisa pada Sonia yang menertawakannya.
"Apa? Yang Mas Rendra katakan itu benar. Tidur saja tidak berani sendiri." jawab Sonia.
"Kakak! Itu kan waktu Ica masih kecil." sahut Khalisa tidak terima aibnya dibongkar di depan Abian. Mau ditaruh dimana wajahnya saat ini.
Kalau sudah begini, Khalisa lagi-lagi ingin bertemu dengan Doraemon untuk pinjam kantong ajaib dan mengeluarkan pintu kemana saja. Seperti inilah jika Sonia, Narendra dan Khalisa berkumpul. Shinta tidak akan terkejut lagi.
Abian ikut tersenyum. Baru kali ini dia melihat sisi manja dan kekanak-kanakan Khalisa. Tapi Abian suka, dia gemas dan ingin sekali mencubit pipi chubby Khalisa seperti yang dilakukan Narendra saat ini.
"Kak Nia... calon suami Kakak menyakiti pipi Ica." adu Khalisa seperti biasanya.
Biasanya Sonia akan mendekat dan mengusap pipi Khalisa, memanjakan adiknya. Tapi kali ini dia diam saja dan suasana juga seketika hening. Untung saja tidak berlangsung lama, karena pelayan datang mengantarkan pesanan mereka. Pelayan juga membawa makanan yang sudah dipesan Sultan dan Abian sebelum bergabung bersama Khalisa dan yang lainnya.
Sebelum mereka memulai menyantap makanan mereka, Abian memperkenalkan Sultan pada Narendra sebagai sepupunya. Dia terpaksa melakukan itu setelah melihat Sonia yang tampaknya tak berminat memperkenalkan Sultan pada Narendra.
Abian tidak tahu saja bagaimana suasana hati Sonia sekarang. Memang dia mencoba untuk bersikap seperti biasa dengan ikut menggoda Khalisa seperti biasanya. Namun sesungguhnya banyak ketakutan yang Sonia rasakan. Dia belum siap memperkenalkan Sultan pada Narendra, begitupun sebaliknya.
Tak ada lagi yang bicara setelah Abian memperkenalkan Sultan pada Narendra, hingga makanan di piring mereka masing-masing bersih tak bersisa. Sesekali Abian memperhatikan Khalisa yang menikmati makanannya. Ingin rasanya Abian menggantikan peran Narendra yang membantu Khalisa memotong daging steak gadis itu. Tapi apa daya, dia belum punya ikatan apa-apa dengan Khalisa.
"Bagaimana hari pertama kerja, Ca?" tanya Abian setelah menelan habis minumannya.
"Menyenagkan Pak. Senior di sana semuanya baik-baik. Mau menjelaskan dan membantu yang belum saya pahami." jawab Khalisa.
"Terima kasih sudah membantu Khalisa bekerja di Wiranata Group." ucap Narendra. Walau dalam hatinya tanpa Abian membantu pun, Khalisa bisa bekerja di perusahaan miliknya.
"Saya hanya menyalurkan murid-murid yang berprestasi. Kebetulan sekali dari sepuluh nama yang diajukan hanya Khalisa yang lolos dan memenuhi syarat yang diajukan perusahaan." balas Abian.
"Good job Baby." ucap Narendra sambil mengusap sayang kepala Khalisa.
"Minta hadiah Ca. Jangan hanya pujian." sahut Shinta.
"Kemarin udah. Mas Rendra dan Kak Nia udah belanjakan Ica pakaian kerja tas dan pernak pernik lainya." jawab Khalisa.
"Ca, segitu belum ada apa-apanya. Minta cincin atau kalung berlian. Skalian, minta tukar mobil kamu sama mobil mew... Aduh!"
"Lo mau ngajarin adik Gue merampok." ucap Sonia memotong ucapan Shinta yang menyesatkan. Karena Sonia tahu, apapun yang dia dan Khalisa minta pada Narendra, maka pria itu akan memberikannya.
"Tidak apa-apa sayang kalau Ica mau." sahut Narendra.
Sonia membulatkan matanya menatap Shinta yang sekarang tertawa puas. Shinta juga tahu seperti apa Narendra pada Sonia dan Khalisa. Sementara Sultan mengepalkan tangannya dibawah meja mendengar Narendra memanggil Sonia dengan panggilan sayang.
"Ica mau apa sayang?" tanya Narendra. Khalisa menggeleng.
Baiklah, Narendra tidak akan memaksa Khalisa kali ini. Sekarang dia beralih pada Sonia. Sudah waktunya untuk dia Khalisa kembali ke kantor. Tapi dia juga punya tanggung jawab mengantar Sonia pulang.
"Sayang, mau pulang sekarang?" tanya Narendra pada Sonia.
"Nia masih ada yang harus dikerjakan dengan Shinta." jawab Sonia. Narendra beralih menatap Shinta.
"Kami akan memilih dan cetak ulang hasil foto prewedding yang kita ambil tempo hari." jawab Shinta. Narendra hanya mengangguk. Membiarkan Sonia melakukan apa yang dia inginkan di pesta pernikannya nanti.
"Mas dan Ica tidak bisa menemani kamu. Tidak apa-apa?" tanya Narendra.
"Tidak apa-apa. Ica kan harus kerja. Inilah alasan mengapa Nia ambil alih mengurus semua ini." jawab Sonia, lalu beralih pada adik sepupunya.
"Ca, papa dan mama menunggu penjelasan kamu. Temui mereka secepatnya." ucap Sonia beralih pada Khalisa. Hampir saja dia melupakan pesan orang tuanya untuk menyampaikan masalah ini pada Khalisa.
"Paman dan bibi tahu dari mana?" tanya Khalisa.
"Tante Karlina sudah datang menemui mama dan papa. Dia minta maaf atas kelakuan..."
"Paman sudah menemui kak Vio dan bunda, Kak?" tanya Khalisa memotong ucapan Sonia. Di kepalanya langsung ingat pada kakak dan ibunya itu. Seburuk apapun perlakuan Viola dan ibunya padanya, Khalisa masih saja mengkhawatirkan mereka. Pamannya bila sudah marah, sangatlah menakutkan.
"Untuk apa kamu memikirkan kedua wanita itu, Khalisa Aulia Arsyad!" bentak Sonia kesal.
"Nia." panggil Narendra dan Shinta bersamaan.
Suara keras Sonia, membuat mereka jadi pusat perhatian. Sementara Khalisa yang dibentak Sonia hanya bisa menundukkan kepala, "Maaf Kak." ucap Khalisa lirih.
Abian tidak tahan melihat kesedihan Khalisa langsung berdiri dan berjalan mendekati gadis itu. Diusapnya punggung Khalisa, berharap bisa membantu menenangkan gadis itu.
"Kamu ada masalah apa Nia?" tanya Narendra.
...◇◇◇...