"sudah aku katakan sedari dulu, saat aku dewasa nanti, aku akan menjadikan kakak sebagai pacar, lupa?" gadis cantik itu bersedekap dada, bibirnya tak hentinya bercerocos, dia dengan berani masuk ke ruang pribadi pria di depannya.
tidak menjawab, Vallerio membiarkannya bicara seorang diri sementara dia sibuk periksa tugas para muridnya.
"kakak.."
"aku gurumu Au, bisa nggak panggil sesuai profesi gitu?"
"iya tahu, tapi kalau berdua begini nggak perlu!"
"sekarang kamu keluar!" ujar Vallerio masih dengan suara lembutnya.
tidak mengindahkan perintah pria tampan itu, Aurora malah mengikis jarak, dengan gerakan cepat dia mengecup bibir pria itu, baru berlari keluar.
Vallerio-Aurora, here!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
besok, suruh Vallerio menemuiku!
Sebelum turun, Aurora merapikan pakaiannya terlebih dahulu. Dia juga berusaha menghilangkan jejak tanda kemerahan yang Vallerio berikan di leher jenjangnya.
“Jangan di gosok, nanti tambah merah!” ujar Vallerio sembari menjauhkan tangan Aurora.
“terus ini gimana dong, nanti kalau mommy curiga gimana kak, hais!!” dengus Aurora. Vallerio memijat pangkal hidungnya, ya dia sendiri kurang tahu harus bagaimana sekarang. Itu memang tidak terlalu kentara, tapi jika orang bermata jeli besar kemungkinan menyadarinya.
“em, kamu ada saleb di rumah?” Aurora mengangguk cepat.
“Nanti oleskan dengan itu, ayo turun, rambutnya di gerai ya..” begitu lembut dia berujar, dia keluar terlebih dahulu membukakan pintu untuk Aurora.
“Bisa jalan nggak? Atau mau di gendong sampai kamar?” tawar Vallerio
“Gila, yang ada malah makin curiga mereka nanti, kakak apaan sih, mending pulang deh!!” omel Aurora sembari membiasakan langkahnya. Pelan memang, tapi setidaknya jalan gadis itu mulai terlihat normal, tidak seperti bebek lagi kalau kata Vallerio.
“Aku juga mau masuk dulu!” jawabnya tak mengindahkan perintah Aurora. Seketika gadis itu menoleh, menatapnya tajam.
“Jangan macam macam, kalau sampai kakak beritahu sama mommy maka lihat saja apa yang akan aku lakukan setelahnya!” peringat Aurora dengan ancaman.
“emang kamu bakal ngelakuin apa setelahnya?”
“Lihat nanti, yang pasti bukan hal baik!” kembali dia berjalan masuk dan masih di ikuti oleh Valelrio di belakangnya.
Hingga sampai di ruang keluarga, Aurora bisa melihat dua mahluk itu tengah bermain disana.
“Uty napa balu pulang?” celoteh Aira seketika berlari ke pelukan Aurora.
“Sayang kamu sudah pulang? Vale sini duduk dulu!” Mommy Alisia bangkit menghampiri Vallerio yang masih berdiri.
“Tidak mom, dia hanya ngantar Aurora dan akan langsung pulang!” sebelum Vallerio menjawab, Aurora dengan cepat menimpali obrolan mommynya. Yang pasti dia tidak mengizinkan Vallerio ada disana, takut nanti pria itu nekat atau keceplosan tentang apa yang mereka lakukan tadi.
“Tapi___”
“Kakak masih ada pekerjaan di kantor kan? Sekarang pulanglah, sampai ketemu besok!” ujar Aurora kemudian meninggalkan mereka berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
“Iya, kebetulan masih ada sedikit pekerjaan di kantor mom, maaf Vallerio tidak bisa berlama lama, pamit dulu ya mom..”
“Oh begitu, ya udah semangat kerja ya!” mommy Alisia mengantar calon menantunya itu ke depan rumah. Hingga mobil Vallerio meninggalkan halaman rumah, barulah mommy Alisia mengeryit kening merasa ada yang aneh di antara mereka berdua.
“Apa terjadi sesuatu? Sepertinya Aurora begitu kekeuh tidak mau membiarkan Vallerio berlama lama disini” guman mommy Alisia berjalan masuk.
“Udahlah, urusan anak muda” pada akhirnya dia tidak mau berpikir panjang, kembali mengajak Aira bermain seperti sebelumnya.
...----------------...
Di dalam kamar, Aurora berdiri tegak di depan kaca sembari memperhatikan lehernya.
Seperti arahan Vallerio, dia mulai mengoles lehernya dengan pelembab yang dia miliki.
“kenapa masih ada? Kok nggak hilang sama sekali” kesal, dia hampir memakaikan semua saleb itu.
Tak sampai disitu, dia juga mensearch Google.
“menggunakan es batu? Coba deh!” kembali dia keluar kamar berjalan menuju lemari pendingin. Tidak peduli dengan Aira yang berteriak memanggilnya untuk di temani main, Aurora menulikan pendengarannya dan masih pada tujuan awal.
“Itu buat apa?” Aurora sangat kaget mendengar suara Alena yang ternyata masih duduk di meja makan memperhatikan gerak geriknya.
“Kakak, Rora mau buat nutrisari, tapi di kamar, kakak mau?” tawarnya beralibi. Alena menggeleng pelan.
“eh, bagaimana dengan foto yang aku kirim? Kok kakak lihat kalian baik baik saja?” goda Alena mengingatkan Aurora pada kejadian tadi.
Jika di pikir pikir semua berawal dari Alena, tapi dia tidak menyalahkan wanita itu juga lantaran Aurora saja yang cemburu berlebihan.
“Aku belum melabrak wanita itu kak” jawabnya singkat.
“Nah kebetulan, besok besok kalau mau melabrak dia mending ajak kakak, sudah lama kakak tidak membully orang loh” ujar Alena yang rindu akan aksi bullynya dulu.
Aurora hanya tersenyum tipis, “aku ke kamar dulu ya kak” gegas dia meninggalkan Alena seorang diri.
Di kamar, dia membungkus es batu itu dengan pakaian kotor kemudian menempelnya di leher.
“Hais kenapa aku sampai lupa, harusnya aku menyamarkannya menggunakan foundation, otakmu Aurora sudah geser!” baru sadar ternyata ada yang lebih mudah, Aurora segera mengaplikasikan foudation di lehernya. Dan benar saja, jejak itu tersamarkan.
“Hufttt” dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, berusaha untuk memejamkan mata dan menenangkan pikiran yang sedari tadi berkecamuk di kepalanya.
Tak terasa hari sudah berganti malam, Aurora terbangun kala mendengar panggilan mommynya yang sudah berkali kali. Sangat lama dia tidur, perlahan langkahnya turun berjalan menuju pintu.
“sayang, baru bangun?” heran mommy Alisia yang melihat wajah bantal Aurora.
“ngantuk banget Rora mom, sekarang jam berapa?” tanyanya
“Astaga, sudah jam delapan malam Rora, sekarang mandi dan turun makan, sudah dari tadi kami menunggumu untuk turun!” perintah mommy Alisia kemudian berlalu dari sana.
Aurora membawa tubuhnya ke kamar mandi, mandi cepat kemudian keluar. Usai ganti pakaian dan make up sedikit, dia turun ke meja makan. Penampilannya sudah kembali fress.
“Secapek apa sampai kamu tidur hingga malam?” datar Wiliam yang memang sejak tadi tak bersahabat lantaran kesal menunggu Aurora.
Aurora tidak menjawab melainkan mengisi piringnya dengan makanan. Mereka semua makan malam dalam suasana yang seperti biasanya, hanya saja malam ini Aurora tidak banyak menimpali obrolan, bahkan candaan Aira tidak berhasil membuatnya tertawa seperti hari hari sebelumnya.
“jangan dulu pergi!” kembali suara Wiliam menghentikan pergerakannya yang hendak berdiri dari sana.
Aurora meneguk ludahnya kasar, tidak biasanya Wiliam berbicara serius usai makan, dan kalaupun iya mungkin hanya pada deddy Xavier atau Alena sendiri.
Dia kembali duduk, wajahnya berusaha biasa saja walau detak jantungnya semakin cepat. Apa kakaknya sudah tahu? Tidak salah, Wiliam memang bisa saja tahu semua tentang kegiatan Aurora tapi selama ini pria itu tidak melakukannya hanya untuk menjaga privasi sang adik.
Dia yang ahli dalam bidang hacker bisa saja membobol ponsel Aurora kan? Tapi Wiliam tidak melakukan itu.
“Ada apa ya kak?” Aurora memberanikan diri bertanya.
“tadi siang kamu ke kantor Vallerio?”
Deghhhhh
Hampir saja jantung Aurora copot, bagaimana ini? Apa Wiliam benaran tahu? Pikir Aurora berkecamuk.
Dia mengangguk, sementara yang lainnya hanya diam.
“Sampai mana hubungan kalian? Pacaran?” tanyanya lagi memastikan. Tidak bisa mengelak, Aurora mengangguk pelan.
Wiliam menghela nafasnya berat, “besok suruh Vallerio menemuiku!” itu kalimat terkahirnya. Wiliam berdiri dari duduknya kemudian kembali pada sang istri seperti biasa.
Aurora menghela nafas, jujur dia masih takut, tapi melihat tampang Wiliam yang biasa saja membuat Aurora menyimpulkan bahwa pria itu memang tidak tahu.
Mata Aurora melirik ke samping, melihat ayahnya yang masih diam.
“deddy, boleh kan Aurora pacaran?”
“boleh, tapi ingat sayang, jaga diri!” jawab Deddy Xavier mengusap lembut rambutnya.
Aurora hanya mengangguk, kemudian pamit kembali ke kamar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
lagian knpa emgga bilng kalo udah punya pacar .. 🗿🔪