Perjalanan kisah dari anak Patriak Klan Ning yang bernama Ning Wie dalam menempuh kultivasi menjadi kultivator terhebat di Kerajaan Jing di benua Biru.
Di bantu dengan dua Spirit yang telah menjadi patnernya yaitu Spirit Pheonix Api dan Spirit Pheonix Es yang tinggal di lautan Spiritualnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwiek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chap 20
Terjadi ledakan terendam di dalam tubuh kecil Ning Lia. Bocah itu telah menembus tahap atau ranah pertama dalam jalan kultivasi. Sekarang kultivasi putri ketua agung Klan Ning Long itu berada pada Body Tingkat Biasa.
Satu lagi anggota cilik generasi muda Klan Ning itu telah lahir menjadi kultivator. Ning Lia mulai membuka matanya dan segera memeriksa badannya. Senyum lebar langsung menghiasi wajahnya.
"Haha... Aku berhasil! Aku sekarang seorang kultivator. Hehe... Aku tidak kalah sama Ning Wie."
Tak lama kemudian formasi Dahpin terlihat muncul di sekitar Ning Lia. Begitu formasi Dahpin bersinar, Ning Lia langsung menghilang dalam tampilan layar formasi Virsus. Bocah itu telah di transportasi keluar dari Spirilam.
Pada saat itu Ning Lia di transportasi dan di kirim kembali, Patriak Ning Bing dan Istrinya Ning Ling masihlah menatap nanar Formasi Virsus. Walau keduanya sedang tersedih tetapi mengetahui salah satu keponakannya berhasil, mereka pun ikut senang.
Para kandidat dari kerajaan Jing itu sepenuhnya telah terkirim. Dan peserta yang terkirim itu separuhnya telah berhasil menjadi seorang kultivator. Integrasi benih Spirit yang di lakukan generasi muda di alam Spirilam sudah berlangsung lebih dari setengah hari.
Ning Ling tidak bisa membohongi hatinya semakin banyak bocah cilik yang di transportasi balik dari Alam Spirilam membuatnya makin frustasi. Sebab anak-anak yang dikirim itu adalah anak -anak yang terlihat di Formasi Virsus dan jelas ada di alam Spirilam.
Beda halnya dengan Putri tunggalnya Ning Wie, bocah kesayangannya itu tidak nampak di dalam formasi virsus dan itu berarti dia juga tidak ada di alam Spirilam. Apa lagi kata petugas Paviliun Spirit yang mengatakan tidak ada kerusakan atau pun kendala dalam jalur transportasi. Bukankah itu artinya juga transportasi aman terpakai.
Terus dimanakah Ning Wie berada. Ning Ling sangat takut anak tunggalnya kenapa- napa. Karena terakhir putrinya itu terlihat saat terjadi peristiwa gunung meletus. Bukankah kejadian itu sudah lama terjadi, 6 jam yang lalu. Sama halnya dengan 8 hari di alam Spirit.
"Wie'' er. Di mana kamu berada, Nak? Kenapa kau belum juga kembali? Apakah kau tidak tahu Ibu sangat mengkwatirkanmu?" Gumam lirih Ning Ling.
Patriak Ning Bing yang ada di dekat istrinya langsung meraih tangannya. Lelaki paru bayah itu menyalurkan dukungannya agar istrinya itu bisa lebih tabah dan sabar lagi.
"Shin' er ajaklah saudarimu Ning Ling jemput putrimu!" Terdengar suara ketua ketua agung memerintah istrinya mengajak adik iparya menjemput anaknya di aula Paviliun Spirit.
"Iya Gege!" Jawab Ning Shin pada suaminya. Wanita cantik hanfu hijau itu kemudian memalingkan muka melihat saudara iparnya. "Saudari Ling ayo ikut aku menjemput Lia 'er!"
Ning Shin tahu kenapa suaminya memintanya mengajak adik iparnya itu menjemput putrinya, semua itu dilakukan agar bisa memberi atau menyalurkan sedikit kegembiraan.
Ning Ling tentu saja tidak menolak ajakan saudari iparnya setelah mendapat anggukan dari suaminya Patriak Ning. "Mari saudari Shin!" Ia pun sedikit menarik sudut bibirnya dan melangkah mendahului memimpin Ning Shin.
"Semoga ketika aku berada di aula Paviliun Spirit, putriku Wie'er sudah ada di sana bersama dengan sepupunya Ning Lia." Doa dan harapan dalam hati Ning Ling.
Hanya memerlukan dua tarikan nafas mereka berdua sudah berada di aula Paviliun. Sebuah teriakan kegembiraan dari bocah cantik hanfu putih menyamput mereka.
"Ibuuu! Bibiiii! Aku berhasil, aku sekarang sudah menjadi seorang kultivator. Hebat bukan!"
Mata Ning Ling memandang sekilas bocah kecil yang berteriak itu kemudian matanya mengedar pada sekeliling. Sayangnya dia tidak menemukan apa yang dicari. Kecewa itulah yang saat ini di rasakan nya. Padahal dirinya dari awal sudah mempersiapkan diri apa bila tidak menemukan kehadiran Putri kesayangannya itu.
"Lia'er hebat! Sangat hebat! Selamat sayaaang!" Njng Shin langsung menyambut anaknya dengan pelukan hangat.
"Selamat Lia'er... Kau luar biasa, bibi kagum padamu." Ning Ling berbicara sambil mengelus kepala anak kecil itu.
"Hehe... Aku tidak kalahkan sama Ning Wie khan" Bocah kecil itu mengedarkan pandangannya dan tidak melihat orang yang dicari. "Haiii kenapa dia tidak ikut datang menjemputku? Teganyaa..."
DEEEEG
Ning Lia tidak tahu kalau sepupunya itu sampai sekarang belum kembali dari alam Spirilam. Bocah itu berpikir saat dirinya ada di Spirilam, sepupunya Ning Wie sudah kembali. Dan perkataan Ning Lia membuat kedua perempuan paruh baya tersenyum dengan paksa.
"LIA' ER!" Tanpa sadar Ning Shin menaikkan suaranya dan membentak anaknya. "Siapa Yang Tega? Jangan Bicara Sembarangan!"
"Ihh.... Ibu kenapa membentakku? Apa salahku? Lia'er baru aja kembali lho, tidak bikin masalah ya!"
Ning Shin kaget mendapat protes dari anaknya. Dia baru menyadari kalau dirinya membuat kesalahan yang tak di sengaja. Dia buru- buru berucap, " Maaf sayang! Maafkan ibu!"
"Sepupumu Ning Wie belum kembali!" Lirih Ning Ling. " Jadi tidak mungkinlah dia bisa ikut menyambut dirimu Lia'er!"
"Ehh... Apa? Tidak mungkin! Semua ini pasti bohongkan, Bu?" Ning Lia tidak percaya dengan kabar yang didengarnya.
"Itu benar. Sepupumu belum kembali!" Ning Shin mempertegasnya.
"Ohh.. belum kembali! Ning Wie mengalami kesialan. Jadi aku ini yang duluan." Ning Lia tertawa senang matanya sampai berkaca- kaca. "Hehe... Ternyata Aku ini lebih beruntung dari Ning Wie. Luar biasa!" Pertama kalinya Ning Lia merasa lebih unggul dan hebat dari sepupunya yang di anggap sebagai rivalnya.
Melihat anaknya senang di atas kepanikan serta keresahan dari bibinya Ning Ling membuat Ning Shin melotot.
"Ihh... Anak ini, kalau aku tidak ingat kalau kau adalah anakku. Uhh.., sudah aku hajar. Bisa- bisanya dia tertawa senang. Apa dia tidak melihat, bagimana raut muka dari bibinya itu?" Rutuk Ning Shin dalam hati atas kelakuan Putri bungsunya itu.
"Wie' er memang belum kembali, tapi Ia juga sudah menjadi kultivator sama dengan dirimu Lia'er. Keberaniaannya pun kami semua menyaksikan." Celetuk Ning Shin dengan tegas dan menekan setiap katanya.
"Hehe..ya, Bu! Aku juga tahu itu." Ning Lia berbicara sambil menggaruk - garuk kepalanya yang tidak gatal. Bocah itu langsung mengalihkan pembicaraan mencari aman, "Bibi engkau jangan kwatir Wie 'er pasti bentar lagi kembali! "
Ning Ling tersenyum dan menganggukkan kepala. "Ya semoga saja, memang itu harapan bibi. Emm... Sebaiknya kita ke pelataran Paviliun, ayahmu pasti tidak sabar bertemu denganmu, Lia'er."
Ketiganya langsung meninggalkan Aula Paviliun. Dengan perasaan Ning Ling yang kembali lagi hancur karena harapannya tidak terwujud. Di bawah tatapan petugas Paviliun yang tak berdaya untuk membantu.
Begitu tiba di pelatan Paviliun Spirit, Ning Shin, Ning Lia dan Ning Ling segera berbaur bersama dengan kelompok Klan Ning nya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...