SEKUEL TERPAKSA MENIKAHI PEMBANTU
Giana yang sejak kecil kehilangan figur seorang ayah merasa bahagia saat ada seorang laki-laki yang merupakan mahasiswa KKN memberikan perhatian padanya. Siapa sangka karena kesalahpahaman warga, mereka pun dinikahkan.
Giana pikir ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang hilang setelah menikah, namun siapa sangka, yang ia dapatkan hanyalah kebencian dan caci maki. Giana yang tidak ingin ibunya hancur mengetahui penderitaannya pun merahasiakan segala pahit getir yang ia terima. Namun, sampai kapankah ia sanggup bertahan apalagi setelah mengetahui sang suami sudah MENDUA.
Bertahan atau menyerah, manakah yang harus Giana pilih?
Yuk ikuti ceritanya!
Please, yang gak benar-benar baca nggak usah kasi ulasan semaunya!
Dan tolong, jangan boom like atau lompat-lompat bacanya karena itu bisa merusak retensi. Terima kasih atas perhatiannya dan selamat membaca. ♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSM 2
"Ini ada apa-apaan sih? Udah malam pake ribut-ribut segala," sela Rahma–ibu kandung Herdan yang tiba-tiba muncul diikuti anak perempuannya–Ratih.
"Pasti kamu yang buat anak saya marah, iya 'kan!" sentak Rahma.
"Suami pulang malam-malam capek, bukannya disambut malah diajak bertengkar. Dasar istri nggak ada akhlak. Gini nih kalo perempuan modelan pembantu yang pendidikannya aja cuma sebatas SMA di kampung, jangankan otak, etikanya aja nggak ada," imbuh Ratih mengejek Giana. Rahma dan Ratih memang sangat membenci Giana. Hal itu karena Giana merupakan perempuan miskin yang berasal dari desa. Padahal mereka berekspektasi kalau Herdan akan menikah dengan orang kaya yang berpendidikan, bukan perempuan udik, miskin, dan tidak berpendidikan seperti Giana.
"Tutup mulutmu! Yang tidak punya akhlak itu sebenarnya siapa? Aku apa kamu? Kamu masih berumur berapa, tapi sudah berani ikut campur urusan orang," balas Giana.
"Urusan orang? Heh, Mbak, Mbak jangan lupa ya, aku itu adiknya Kak Herdan jadi wajar kalau aku ikut campur urusan kalian," balas Ratih tak kalah sengit.
"Kau ...."
"DIAM SEMUA! Dan kau, tutup mulutmu itu kalau tidak mau aku robek!" sentak Herdan yang kini sudah mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Giana.
"Robek, Mas. Robek! Ayo, robek! Kau yang salah, kau yang marah-marah, dasar suami kurang a---"
Sebuah tamparan seketika mengenai pipi Giana hingga telinganya berdenging sakit bahkan ujung bibirnya berdarah.
"Sudahlah. Lebih baik tadi aku tidak pulang kalau tau hanya akan membuat kepalaku pusing seperti ini," seru Herdan kesal. Tanpa memedulikan penampilannya yang tidak karuan, Herdan memilih memutar tubuhnya dan melewati ibu serta adiknya untuk pergi dari sana.
"Huh, syukurin! Dasar, udah udik mandul pula!" ejek Ratih yang tidak iba sama sekali dengan apa yang barusan Giana alami.
"Dasar, menantu tidak tahu diri! Sudah mandul, ngeselin pula. Memang benar kata Ratih tadi, kamu itu memang menantu tidak punya akhlak. Sudah bagus suami masih ingat rumah untuk pulang, tapi kamu malah ajakin berantem." Rahma mengomel, tanpa memedulikan Giana yang masih terpaku di lantai.
Saat semuanya sudah pergi, air mata Giana turun satu persatu. Rasa sakit di fisiknya tidak lebih sakit dari rasa di hatinya. Ia benar-benar sakit. Rasanya ia sudah tak sanggup bertahan, hanya saja bila ia pergi, ia harus pergi ke mana? Sementara ia tidak memiliki tempat pulang selain kampung halaman sang ibu. Ia juga tidak memiliki uang untuk bertahan hidup di luar sana. Sedangkan kebutuhan hidup di kota besar tidaklah sedikit. Mau mencari pekerjaan pun rasanya sulit. Terlebih dengan ijazahnya yang hanya sebatas lulusan SMA di kampung.
Giana tergugu. Ia merintih mempertanyakan kenapa nasibnya semenyakitkan ini?
*
*
*
"Aaargh ...," erang seorang laki-laki yang terbangun dari tidurnya. Laki-laki itu terengah-engah. Nafasnya memburu. Peluh sebesar biji jagung bercucuran di pelipisnya.
Ia memeriksa jam di atas nakas, ternyata baru jam satu malam, tapi entah kenapa ia seakan baru saja bermimpi buruk. Perasaannya tiba-tiba terasa tak tenang. Entah apa alasannya, ia sendiri pun tidak mengerti.
"Sebenarnya aku kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi? Mimpi apa aku barusan? Kenapa mendadak perasaanku tak nyaman? Ada apa ini?" lirih laki-laki itu sambil memegang dadanya yang berdebar kencang.
*
*
*
Tak jauh berbeda dengan yang laki-laki itu alami, seorang wanita yang tadi sempat tertidur setelah melakukan shalat malam tiba-tiba tersentak. Matanya seketika membulat saat merasakan degupan jantungnya yang tidak biasa. Kekhawatiran tiba-tiba melingkupi.
"Gia, kamu kenapa, Nak? Semoga semuanya baik-baik saja. Semoga Allah selalu melindungimu di mana pun kau berada," lirih wanita yang masih memakai mukena itu. Perempuan yang tak lain adalah ibu kandung Giana–Via.
*
*
*
Seorang wanita tampak menggeliat saat mendengar suara bel apartemennya berbunyi. Dengan malas-malasan, ia pun berjalan menuju pintu. Ia melihat dari layar interkom di depan pintu untuk memastikan siapa yang datang. Saat melihat seorang yang tak terduga, senyumnya pun mengembang. Ia pun segera membuka pintu dengan memasang senyum termanisnya.
"Sayang," sapa wanita yang tak lain bernama Angel itu. Dia adalah sekretaris Herdan di kantor. Namun, selain sebagai seorang sekretaris, ia juga merangkap sebagai kekasih Herdan. Herdan yang merasa memiliki jabatan cukup tinggi jelas memerlukan pendamping yang pantas dan setara. Baik secara penampilan, pendidikan, maupun secara intelektual. Herdan merasa ia sangat cocok dengan Angel. Apalagi meskipun Angel termasuk independen women, tapi ia pun bisa bersikap manja dan agresif. Herdan menyukai semua yang ada di dalam diri Angel.
Terbiasa dengan visual yang sempurna di luar membuat Herdan semakin memandang remeh Giana. Apalagi wanita yang sudah menjadi istrinya selama lima tahun itu belum juga memberikannya keturunan. Alhasil, Herdan semakin ilfil dengan Giana.
Dulu memang Herdan jatuh cinta pada Giana pada pandangan pertama karena kecantikannya. Herdan termasuk laki-laki visual. Oleh sebab itu, ia begitu mudah tertarik dengan sesuatu yang indah dan menarik terlebih itu seorang perempuan. Melihat Giana yang berbeda dari perempuan-perempuan yang kerap ia temui membuat Herdan seketika jatuh hati. Hanya dengan kata-kata manisnya, siapa sangka berhasil menjerat Giana. Saat itu, ia merasa senang karena merasa menang sebab ada beberapa temannya yang juga menyukai Giana, tapi ia yang justru berhasil mendapatkan Giana. Apalagi ia juga berhasil menikahinya.
Namun, itu dulu. Tidak dengan sekarang. Perasaan menggebu itu telah sirna berganti dengan rasa muak yang semakin hari justru semakin menjadi. Andai bukan karena larangan ibunya, mungkin sudah lama ia sudah menceraikan Giana. Bukan karena ia kasihan atau sayang pada menantu, tetapi karena mereka membutuhkan tenaga Giana.
"Lumayan 'kan dapat pembantu gratisan. Kalau mau bayar pembantu, udah berapa duit tuh. Mending duitnya kamu kasi ke Mama biar Mama dan adik kamu bisa bersenang-senang ke salon atau sekadar jalan-jalan ke mall."
Itu yang Rahma katakan pada Herdan. Alhasil, Herdan pun membiarkan saja Giana tetap menjadi istrinya. Toh tak ada buruknya. Ia bisa memanfaatkan Giana untuk menyalurkan hasrat biologisnya bila Angel sedang berhalangan dan tidak bisa melayaninya.
Setelah membawa Herdan masuk ke apartemennya, Angel pun segera mengambilkan minum untuk diberikannya pada atasan sekaligus kekasihnya itu. Setelah Herdan minum, barulah ia bertanya ada apa dengan Herdan? Kenapa raut wajahnya terlihat begitu kusut.
"Astaga, istri kamu itu! Udah bener kamu pulang ke rumah, eh malah ditodong pertanyaan ngeselin." Angel menggeleng seraya berdecak. Ia bergelayut manja di lengan Herdan. "Yah, tapi sebenarnya wajar sih. Istri mana yang nggak cemburu liat suaminya jalan dengan perempuan lain terlebih perempuan itu cantik seperti aku." Angel berkata penuh percaya diri seraya terkekeh sendiri.
"Ngomong-ngomong, Giana dapat foto itu dari mana ya? Apa itu kerjaan kamu?" tanya Herdan yang langsung dibalas cengiran oleh Angel.
"Maaf. Aku tuh abisnya cemburu tau nggak sih, Yang. Seharusnya kamu tuh pas anterin tadi nggak usah pulang, eh kamu malah milih pulang. Tapi aku senang, akhirnya kamu milih ke mari." Angel tersenyum lebar sekali. Herdan bukannya marah, ia justru gemas dan mencium bibir Angel.
"Bagaimana kalau kita menikah saja? Jadi aku nggak perlu mondar-mandir lagi? Kita bisa tinggal satu atap bersama, bagaimana?" tanya Herdan.
"Di rumah kamu?"
"Ya, di rumah aku."
"Emangnya mama kamu setuju?"
"Lebih dari setuju malah."
"Terus perempuan itu gimana?"
"Ya nggak gimana-gimana. Paling aku minta pindah kamar. Lumayan 'kan punya pembantu gratis," ucap Herdan tanpa perasaan.
Angel pun mengangguk dengan cepat. Memang inilah yang ia tunggu-tunggu, bisa menikah dengan Herdan–atasan sekaligus kekasihnya itu.
"Ya, aku mau." Merasa senang, Herdan pun segera mencumbu bibir merah Angel dengan begitu menggebu.
...***...
...Happy reading 🥰🤩🤩...
enak aja Giana di minta balikan lagi pas tau dia hamil, dan karena si Angel istri pilihan si Herdan belum hamil juga 😡
biar karma untuk kalian adalah tdk dianugerahi keturunan dan biar si Angel yg akhirnya Mandul beneran 😜😡
untung saja giana hamil setelah berpisah denganmu, karena anak gia pun males tinggal bersama keluarga toxic 🤪
baik hanya karena ada mau nya saja..