Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Pemuda Penuh Pesona
"Ya ampun, Yo! Capek, ya? Keringatnya banyak banget. Sini, aku bersihin keringat kamu."
Yoyo sontak terbengong mendengar ucapan A mey. Namun tak lama setelahnya, Yoyo malan menjadi gugup. "Waduh! Nggak usah, Miss. Nanti juga ilang sendiri," tolak Yoyo dengan suara sedikit terbata.
Bukannya mengabulkan larangan Yoyo, A mey malah tetap mendekat dengan membawa sekotak tisu yang ada di meja tempat mereka berkumpul. "Nggak apa apa, daripada aku bengong."
"Tapi, Miss ..." Yoyo hendak menolak lagi tapi mulutnya segera terdiam saat jari A mey menyentuh bibir Yoyo agar pemuda itu diam.
"Tidak ada penolakan! Oke?" ucap A mey penuh tekanan. Mau tidak mau, Yoyo akhirnya pasrah. Sedangkan tiga wanita yang ada disana malah senyum senyum melihat apa yang terjadi di depan mata mereka.
Nafas Yoyo tiba tiba terasa sesak dan tubuhnya menegang serta dada yang berdebar tak karuan, saat tangan A mey mulai menyentuh kulit tubunya dan mengusap keringat yang bercucuran. Dada, leher, kening, punggung, tak ada yang terlewati dari sentuhan lembut tangan A mey.
"Badan kamu bisa bagus seperti ini, apa kamu rajin olahraga?" tanya A mey sambil mengusap dada bidang Yoyo dengan tisu.
"Eh, iya, Miss," jawab Yoyo gugup. Bola matanya jelalatan ke sembarang arah. Karena terlalu grogi dan canggung, Yoyo tidak berani menatap lawan bicaranya.
"Kenapa kamu nggak jadi foto model aja, Yo? Kamu itu tampan loh. Dan badan kamu juga bagus banget gini."
Yoyo mencoba tersenyum. "Anak kampung mana bisa jadi model, Miss. Di negara saya, kalau kerja kebanyakan harus menggunakan ijasah sebagai tolak ukur dalam menentukan pekerjaan daripada keahlian dan kelebihan yang dimiliki seseorang."
"Oh ... jadi karena itu kamu memilih kerja di luar negeri," tanya A mey yang kini sedang mengusap perut rata Yoyo.
Pemuda itu benar banar makin resah atas perlakuan A mey. Bahkan ada yang menggeliat dan perlahan bangun saat jari jari A mey menyentuh pusar Yoyo. Dilema, itu yang Yoyo rasakan saat ini. Ingin menghentikan tangan A mey, tapi wanita itu adalah majikannya.Diam saja seperti itu, membuat perasaanya semakin tak karuan.
Seumur umur, baru kali ini, Yoyo disentuh oleh wanita selembut dan selama ini. Bahkan A mey adalah wanita pertama yang berani menjelajahi tubuh Yoyo dengan dalih membersihkan keringat.
"Bulu ketiak kamu tebal juga, Yo," ucap A mey begitu A mey mengangkat salah satu tangan Yoyo dan mengusapnya." hmm ... bau ketiaknya kok beda ya?" Yoyo terperanjat. Satu tangannya langsung menutupi ketiak yang habis di hisap aromanya oleh A mey.
"Beda gimana?" tanya A shang yang tiba tiba melangkah maju mendekat ke arah Yoyo berdiri. Wajah Yoyo semakin menegang dibuatnya. Bisa bisanya dengan sangat santai, A shang menyingkirkan tangan Yoyo dan menghirup aroma ketiaknya. "Iya beda!" seru A shang.
"Benar kan? Baunya beda banget."
"Astaga!" pekik Yoyo dalam hati.
Sementara itu di dalam kamar anak anak, Tito masih setia dengan dua bocah yang sudah mandi dan berpakaian rapi. Meski dia tahu ada Miss A moy disana, tapi Tito tak bisa berbuat apa apa karena anak anak langsung ngajak dia bermain sambil menunggu sarapan mereka datang.
Sementara A moy hanya memperhatikan kedekatan anak anak bersama pengasuh mereka. Sesekali senyumnya terkembang saat mereka malakukan aksi yang lucu. A moy juga sesekali memperhatikan tubuh atletis Tito yang sangat indah menurut wanita itu.
Sebenarnya Tito sudah minta ijin untuk mengambil kaos buat ganti karena kaos yang dia pakai, basah saat memandikan anak anak yang tidak bisa diam. Tapi anak anak melarang, jadi terpaksa, Tito menemani anak anak hanya dengan memakai kolor saja.
"Sekarang ikuti gerakan Om ya?" ucap Tito, lalu dia berdiri dan ambil posisi kuda kuda dengan kedua tangan terkepal dan disejajarkan di sebelah kanan dan kiri, lalu satu persatu tangan itu dilayangkan ke depan dengan telapak tangan yang masih terkepal.
Kening A moy berkerut namun tak lama kemudian dia tersenyum dengan menutup mulutnya. Mata A moy justru fokus pada sesuatu yang ikut bergerak bebas dari dalam kolor Tito.
"Mommy!" seru Zoe.
"Iya, Sayang. Ada apa?" balas A moy langsung mengalihkan pandangan matanya.
"Mommy, sini! ikut bela diri."
"Hahaha ... Mommy nggak bisa, Sayang. Mommy disini saja ya? Lihatin kalian, Oke?"
"Yah! Mommy nggak seru!"
A moy hanya mampu mengulas senyum dan hatinya berkata, "Maafkan Mommy, Sayang. Mommy lebih suka memandang Om Tito dan celananya, hihihi ..."
...@@@@@@...
semangat
author bikin cerita nya nalar dikit
canda aja thoor