sebuah notifikasi pesan masuk dari reno "sayang, kamu tolong bayarin dulu apartment aku bulan ini ya!"
lalu pesan lainnya muncul "sekalian transfer juga buat aku, nanti aku mau main sama teman teman, aku lagi gak ada duit"
jangan dibawa serius plies 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dhyni0_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 23
Di ruangan Axel yang luas namun terasa sepi, Axel duduk di kursi kerjanya dengan tatapan kosong. Seharusnya ia fokus pada pekerjaan yang menumpuk di meja, namun pikirannya tak bisa lepas dari Keira. Gambaran tentang Keira yang tersenyum pada Reno tadi di rumah sakit terus menghantuinya. Meski ia tidak mengerti perasaannya sepenuhnya, Axel tahu ada sesuatu yang mengganggunya. Ada sesuatu tentang Reno yang terasa salah.
Axel meletakkan pena yang sejak tadi ia pegang. Dengan wajah serius, ia meraih ponselnya dan mulai mengetikkan nomor. Sesaat kemudian, panggilannya tersambung dengan salah satu anak buahnya. “Halo, saya butuh bantuan kalian,” suara Axel terdengar tegas namun terukur.
"Siap, Bos. Ada yang bisa kami lakukan?" jawab suara di ujung telepon, menunggu perintah.
“Saya perintahkan kalian untuk mencari tahu tentang seseorang. Semua detail tentang dia siapa dia, dengan siapa dia berhubungan di belakang, tempat yang sering ia kunjungi, pokoknya ikuti dia ke mana pun dia pergi. Lalu beri semua informasi itu ke saya secepatnya,” Axel berbicara dengan nada dingin, menunjukkan keseriusannya.
"Siapa orang itu, Bos?" tanya anak buahnya, penuh perhatian.
Axel menatap layar ponselnya, lalu dengan cepat mengakses galeri foto. Di sana ada foto Reno yang ia ambil secara diam-diam saat di rumah sakit. "Saya akan mengirimkan fotonya dan namanya. Namanya Reno. Jangan sampai dia tahu kalian sedang mengikutinya," lanjut Axel sebelum menutup telepon.
Setelah percakapan selesai, Axel menutup ponselnya dan meletakkannya di meja. Ia bersandar di kursinya, mencoba kembali fokus pada pekerjaan yang belum terselesaikan. Namun, pikirannya terus kembali pada Keira dan Reno. Ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman, sesuatu yang tidak bisa ia abaikan. Keira bukan hanya sekadar teman lama yang ia pedulikan, tetapi ada rasa tanggung jawab untuk melindunginya, terlebih setelah ia melihat kedekatan Keira dengan Reno yang terasa tidak wajar.
Axel mendesah pelan, mencoba mengalihkan pikirannya kembali pada pekerjaan. Ia membuka laptop di hadapannya dan mulai mengetik, namun baru beberapa menit berlalu, ponselnya kembali berbunyi. Axel melihat nama di layar yang tidak asing. Sebuah panggilan masuk dari seseorang yang sudah lama tidak ia temui.
"Sudah bertemu dengan Keira?" Suara di ujung telepon terdengar penuh canda namun memiliki nada aneh. "Gimana dia? Cantik kan?" tanya pria itu dengan nada penuh sindiran.
Axel terdiam sejenak, merasa sedikit terganggu dengan pertanyaan itu. "Udah," jawab Axel singkat. "Iya, dia cantik."
"Apa rencana lo selanjutnya? Mau ngapain sama cewek itu?" tanya pria tersebut, suaranya sedikit merendahkan.
Axel tak segera menjawab. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal di balik percakapan ini, tapi dia tak mau memikirkannya terlalu jauh. "Gue nggak ada rencana apa-apa. Gue cuma pengen pastiin dia baik-baik aja," Axel mencoba mengakhiri percakapan dengan cepat.
Pria di telepon tertawa pelan, namun tawanya terdengar misterius. "Yakin lo cuma mau pastiin dia baik-baik aja, Axel? Atau ada hal lain yang lo sembunyikan dari diri lo sendiri?"
Axel mengernyit, tak suka dengan nada suara pria itu. "Apa maksud lo?"
Pria itu tertawa lagi, lalu berkata, "Nggak ada, gue cuma penasaran aja. Keira itu cewek yang menarik, dan gue yakin lo nggak akan biarin dia jatuh ke tangan orang yang salah. Reno, misalnya."
Nama Reno disebut, dan Axel langsung merasa hatinya terpicu. "Lo tahu soal Reno?" tanyanya dengan suara lebih serius.
Pria itu diam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Mungkin gue tahu lebih banyak dari yang lo kira, Axel. Tapi gue nggak akan ngasih tau lo sekarang. Lo akan nemuin jawabannya sendiri kalau lo cukup pintar buat nyari tahu."
Axel menggenggam ponselnya erat. "Gue nggak butuh permainan ini. Kalau lo tahu sesuatu tentang Reno, lebih baik lo bilang sekarang."
Pria itu hanya tertawa lagi. "Santai aja, Axel. Semua akan terungkap pada waktunya. Untuk sekarang, lo fokus aja sama apa yang lo lakuin. Lo akan ngerti nanti kenapa gue bilang ini."
Axel hanya mendengus kesal sebelum menutup telepon tanpa berpamitan. Ia menatap ponselnya dengan frustrasi. Siapa sebenarnya pria itu? Dan apa hubungannya dengan Reno?
Axel merasa makin penasaran. Ia tak bisa lagi hanya menunggu, ia harus bergerak lebih cepat. Pikirannya kini dipenuhi pertanyaan tentang Reno. Siapa sebenarnya pria itu, dan kenapa pria tadi seolah mengetahui lebih banyak tentang situasinya? Axel merasa seperti terjebak dalam teka-teki yang makin rumit, namun ia tak punya pilihan selain memecahkannya.
Beberapa saat kemudian, salah satu anak buahnya mengirim pesan, memberitahu bahwa mereka sudah mulai melacak pergerakan Reno. Axel membalas pesan itu dengan instruksi tambahan, memastikan bahwa mereka bekerja dengan hati-hati dan tidak ketahuan.
Axel meletakkan ponselnya lagi dan mencoba untuk fokus pada pekerjaannya. Tapi pikirannya tetap berputar pada Keira, Reno, dan percakapan misterius barusan. Semua ini membuatnya merasa gelisah. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang salah dengan Reno, dan ia harus menemukan jawabannya secepat mungkin. Bukan hanya untuk melindungi Keira, tetapi juga untuk memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Sementara Axel mencoba menenangkan diri, pikirannya tak henti-hentinya kembali pada Keira. Setiap kali ia mengingat senyum Keira ketika bersama Reno, hatinya terasa sesak. Axel tahu, meskipun ia berusaha keras untuk meyakinkan dirinya bahwa ia hanya peduli sebagai teman, ada perasaan lain yang tak bisa ia bantah.
Saat malam mulai datang, Axel menyelesaikan pekerjaannya dan memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang, ponselnya kembali bergetar, sebuah pesan masuk dari anak buahnya yang memberi update terbaru tentang pergerakan Reno. Axel membaca pesan itu dengan cepat, merasa semakin dekat dengan jawaban yang ia cari. Namun, apa yang akan ia temukan nanti, masih menjadi tanda tanya besar.
Di dalam mobilnya, Axel memandang jalan yang panjang dan gelap di depan. Ia tahu bahwa apapun yang ia lakukan selanjutnya akan berpengaruh besar, bukan hanya bagi dirinya, tapi juga bagi Keira. "Keira, lo bakal aman. Gue janji," gumamnya pelan, bertekad untuk tidak membiarkan Reno terus mendekati Keira tanpa ia tahu maksud di balik semua itu.
Sambil duduk di kursi mobilnya, Axel meraih ponselnya sekali lagi. Kali ini, ia menghubungi seseorang yang tadi menelponnya, seseorang yang bisa memberikan informasi lebih dalam tentang Reno.
"Penting banget ini," gumam Axel pelan sambil menunggu panggilannya tersambung. "Gue nggak bisa terus terusan nunggu lebih lama lagi."
Axel tahu, ini semakin lama dia menunggu, semakin besar risikonya bagi Keira. Dan dia tidak akan membiarkan itu terjadi pada keira.