Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16.
Namun tiba tiba..
“Awwwwwwwww...” teriak Ki Selo Marto karena kepala nya digetok oleh sendok penggorengan yang masih dibawa oleh Lingga Sari.
“Jangan melawan kamu ya!” teriak Ki Selo Marto sambil merebut sendok penggorengan dan melempar jauh jauh sendok penggorengan itu.
Agus yang masih melihat cepat cepat mengambil sendok penggorengan itu dan dia yang melanjutkan menggoreng ayam dan akan segera sarapan.
“Ki, jangan! Ingat janji Ki Selo Marto yang tidak akan menyentuh saya.” Teriak Lingga Sari sambil meronta ronta berusaha untuk melepaskan diri..
“Hah! Janji apa!” teriak Ki Selo Marto sambil memegang erat pergelangan tangan Lingga Sari dan menyeret tubuh Lingga Sari. Mereka berdua sudah masuk ke dalam rumah bahkan sudah berada di dekat kamar Ki Selo Marto..
Dan sesaat kemudian..
CLING
Dalam sekejap tubuh Lingga Sari sudah berubah menjadi sosok monyet putih besar lagi.
Ki Selo Marto tampak kaget dan cepat cepat melepas tangan Lingga Sari..
“Hah! Kamu ternyata!” ucap Ki Selo Marto kesal dan nafsu birahi nya pun menjadi pudar.
Lingga Sari hati nya lega, tetapi dia juga sangat takut dan khawatir jika dimasukkan lagi ke dalam batu akik atau dibakar oleh Ki Selo Marto...
Tiba tiba Lingga Sari teringat akan nasihat dan ceramah dari Sang Suami tentang Allah.
“Allah nya Kakak Wanandi tolong aku...” ucap Lingga Sari sambil berusaha berlari ke arah pintu depan rumah itu..
WEEEEEEEEZZZZZZ
Lingga Sari terus berlari menuju ke pintu rumah, dia akan membuka kunci pintu rumah yang anak kunci nya masih tercantel di pintu itu.
“Ha... ha... ha... jangan coba coba lari ya.. “ teriak Ki Selo Marto sambil mengarahkan cincin batu akik pada tubuh Lingga Sari yang berada di depan pintu..
Akan tetapi tiba tiba..
CLING
Tubuh Lingga Sari hilang lenyap tidak ada di dalam rumah Ki Selo Marto.
Ki Selo Marto melihat batu akiknya dikira tubuh Lingga Sari sudah masuk ke dalam batu akiknya..
“Tidak ada, batu akik ku masih berwarna hitam pekat. Apa karena sudah retak jadi tidak sakti lagi ya..” gumam Ki Selo Marto sambil mengamati batu akiknya..
Sedangkan Lingga Sari sangat lega hatinya karena sudah terlepas bebas dari rumah Ki Selo Marto.. dan sesaat kemudian tubuh Lingga Sari sudah berada di dalam satu hutan yang sangat lebat..
“Di hutan mana ya aku sekarang? Ini seperti nya bukan hutan dalam kerajaan Sang Ratu. Tak apalah yang penting aku bisa sembunyi dulu dari kejaran Ki Selo Marto.” Gumam Lingga Sari yang kini sudah berdiri di tanah di dalam hutan.
Sesaat telinga Lingga Sari mendengar suara orang merintih kesakitan..
“Addduuuuhhhh... addduuuhhhh... aduuuuuh..” suara seorang laki laki yang sangat lemah dan menahan sakit.
“Siapa ya.. kok seperti suara orang kesakitan, apa pemburu diserang binatang buas..” gumam Lingga Sari yang masih dalam wujud kera putih.. Lingga Sari yang sering mengobati makluk pun terpanggil jiwa nya.
Lingga Sari mencari cari sumber suara..
Sesaat dari kejauhan mata Lingga Sari melihat seorang yang tampak kurus kering terbaring di bawah pohon yang sangat besar..
“Mungkin orang tersesat atau pemburu diserang binatang buas. Coba aku tolong..” gumam Lingga Sari.. Dann...
CLING
Lingga Sari sudah dalam wujud perempuan yang cantik lagi. Dia berpikir jika masih dalam wujud kera putih besar, orang itu malah ketakutan..
Lingga Sari melangkah mendekati orang itu. Saat sudah dekat tampak yang terbaring itu laki laki tua dengan tubuh kering kerontang ditambah banyak luka di sekujur tubuhnya.. pakaian nya kumal dan compang camping..
“Salam Kakek...” sapa Lingga Sari sambil duduk simpuh.
“Adduhhhh.... aduuuhhhh... aku haus...” suara lirih orang itu..
“Sabar Kek saya carikan air..” ucap Lingga Sari sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari apa ada air alami yang bisa diminum.
Bibir Lingga Sari tersenyum saat melihat banyak tanaman kantong semar yang sedang berbunga tidak jauh dari dia berada.
“Itu ada banyak bunga kantong semar.” Gumam Lingga Sari segera bangkit berdiri dan melangkah menuju ke tanaman bunga kantong semar yang banyak tumbuh liar di dalam hutan itu.
Lingga Sari memetik bunga bunga kantong semar yang belum terbuka.. setelah mendapat cukup bunga kantong semar yang dibutuhkan Lingga Sari kembali melangkah menuju ke tempat Kakek yang terbaring lemah tadi.
“Untung masih banyak bunga kantong semar yang belum terbuka, kalau sudah terbuka air nya tidak bisa di minum karena kemungkinan sudah beracun karena kemasukan serangga.” Gumam Lingga Sari di dalam hati sambil duduk simpuh lagi dan membuka satu bunga kantong semar. Air di dalam bunga kantong semar yang masih tertutup memang bisa dikonsumsi oleh manusia, pH nya netral sekitar 6 hingga 7.
“Minumlah ini Kek, air ini aman untuk diminum.” Ucap Lingga Sari dia pun membantu kakek itu untuk mengangkat sedikit punggung dan kepalanya agar bisa minum air dari dalam bunga kantong semar itu. Lingga Sari membuka lagi buka kantong semar dan diminumkan pada Kakek hingga terasa cukup..
“Aku lapar..” ucap Kakek itu selanjutnya..
“Tunggu Kek saya carikan apa yang bisa dimakan..” ucap Lingga Sari dan cepat cepat bangkit berdiri. Tidak begitu sulit buat Lingga Sari untuk mencari buah buahan yang ada di dalam hutan itu. Dia sudah terbiasa mencari buah buah yang bisa dimakan.
Sementara itu di lain tempat di kebun bunga lili yang baru saja dibuat oleh beberapa makluk astral tak kasat mata manusia. Kini Bapaknya Gotri, Gotri dan Windy masih berada di dalam kebun itu untuk bertugas menjaga kebun bunga lili itu.
Sesaat di jalan raya depan rumah yang dibuatkan kebun bunga lili itu, lewat mobil odong odong yang panjang , banyak penumpang anak anak juga ada emak emak.
“Kakak Gotri lihat itu ada kereta tidak berkuda!” suara imut Windy dan kedua matanya berbinar binar saat melihat odong odong yang melintas itu apalagi banyak anak anak duduk dengan senyum ceria di odong odong. Di Kerajaan Sang Ratu yang ada kereta kencana ditarik oleh banyak kuda kuda putih.
“Iya Wind, bagus ya.. mungkin ada pesta.” Ucap Gotri juga berbinar binar kedua matanya.
“Ayo kita ikut Kakak Gotri..” suara imut Windy sambil menarik tangan Gotri.
CLING
CLING
Dua bocil itu lenyap menghilang dan dalam seketika sudah duduk di kursi odong odong dalam mode tidak terlihat oleh manusia.
Bibir kedua bocil itu tersenyum lebar menikmati jalan jalan di atas odong odong.. Beberapa menit kemudian..
“Wind..ini sudah jauh, ayo kita balik, aku nanti dimarah Bapak ku. Kata Bapak ku tidak boleh pergi jauh jauh, mungkin nanti disuruh pulang ke kerajaan Sang Ratu dan berganti abdi lain yang jaga kebun bunga di bumi.” Ajak Gotri..
“Sebentar Kakak Gotri aku masih ingin naik odong odong ini asyik nih....” suara imut Windy, yang sudah tahu nama odong odong, karena tadi sudah mendengar orang orang berbincang bincang jadi tahu nama kendaraan yang dia naiki bukan kereta tak berkuda tapi odong odong.
“Ya sudah aku turun dulu mau balik ke kebun bunga lili.. hati hati ya.. “ ucap Gotri..
“Siyap Kakak Gotri.. siapa tahu aku bertemu Ibuku nanti..” suara imut Windy dan sorot mata masih berbinar binar menikmati jalan jalan nya..
Sedang Gotri tidak lama kemudian menghilang dan kembali ke kebun bunga lili..
....