Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pura-Pura
Acara makan malam berjalan lancar, rencana perjodohan Altaf dan Ara berjalan mulus. Papa Aldi meminta Altaf ikut pulang ke rumah karena ada yang mau dibicarakan. Altaf tak bisa menolak setelah tadi sempat membuat sang mama marah dengan penampilannya malam ini.
Sampai di rumah, Altaf langsung melangkah naik tangga menuju kamarnya.
"Al, papa sama mama mau bicara!" Kata mama Fifi setengah berteriak karena Altaf sudah menjauh.
"Bicara apa lagi sih ma, besok aja, Al malas, capek mau langsung tidur!" Jawab Altaf dengan malasnya. Papa, mamanya hanya bisa menghela nafas dengan sikap putra bungsunya. Tak ingin memaksa bicara bisa-bisa tambah tantrum putranya itu.
Sampai di kamar, Altaf langsung mengunci pintu kamar.
"YES.....!" UUUUUUH ....! Kenapa nggak dari dulu aja kamu minta kita di jodohin sih Ra. Kalau gini kakak mau gimana coba! Seneng banget ya Allah....Nikmat Mu begitu nyata. Apa iya kakak harus guling-guling trus koprol , jungkir balik, kayang dan ACHHHHHH! Rara.... senangnya!" Kata Altaf sendirian di kamar. Lalu Altaf jungkir balik, koprol dan guling-guling di kasurnya beberapa kali, bantal, guling selimut berantakan di lantai, sampai....
PRANGGGGGG BUGGGGGG
Tak sengaja kakinya mengenai lampu tidur dan figura foto di meja kecil di samping ranjangnya. Tubuhnya terjungkal jatuh ke lantai.
"AHHHHHH! Apa lebay banget ya gua! Duh pasti kena omel mama lagi ini dan.....
Tok....tok....tok..."Tuh kan benar!" Batinnya.
"Al! Buka pintunya, ngapain sih kamu ngamuk kaya gitu! Udah untung mama jodohin kamu sama Amara yang cantik! Coba mama jodohin kamu sama babon, mau kamu mama jodohin sama babon?!
"BUKA NGGAK PINTUNYA?" Ancam mama Fifi dari luar. Dan dengan wajah takutnya terpaksa Altaf membuka pintu.
"Ya Allah Altaf ......! Kamu ngapain sih ngamuk kayak gini! Nggak suka sama perjodohan ini, HAH?!" Kata mama Fifi ngegas.
"Udah Al, lo nurut aja napa sih sama orang tua, nggak usah protes. Sekarang aja lo ngamuk, nanti kalau lo udah tahu rasanya ehem-ehem nggak mau berhenti lo! Pasti nagih, kecanduan! Udah dikasih enak kok, istri cantik, mertua tajir, istri lo anak tunggal, udah deh lo bakal makmur! Bersyukur Al, banyak yang ngantri jadi suaminya Amara, lo yang dapet, lo yang beruntung...mujur!" Kata Alfin.
"Iya bener kata Alfin, kamu beruntung Al dapat Amara. Jadi terima dia, perlakukan dia dengan baik, sayangi dia. Papa nggak pernah ngajari kamu untuk tidak bertanggung jawab. Hargai Amara sebagai seorang istri nanti. Jalani aja, semua pasti indah pada
masanya kalau kamu bersyukur." Papa Aldi menasehati putranya.
"Tuh denger kata papa, awas kalau sampai kamu nyakiti mantu mama, tak bejek-bejek kamu sampai kemek!" Ancam mama Fifi.
"Udah, udah malam tidur, istirahat, besok ke kantor papa akan serahkan tanggung jawab toko yang kamu kelola itu sepenuhnya jadi milik kamu. Mulai besok kamu jadi pimpinan di sana." Kata papa Aldi, dan mereka meninggalkan Altaf yang bengong hanya mendengarkan kata-kata orang tua dan kakaknya itu.
"Hah ....ngamuk? Siapa juga yang ngamuk! Ini gua saking bahagianya, seneng banget gua. Rara........!" Kata Altaf lagi setelah menutup pintu kamar. Altaf berjalan menuju almari pakaiannya. Dibukanya pintu almari itu dan mengambil sesuatu dari dalam almari itu. Ya....celana pendek Ara yang ia ambil dengan paksa waktu SMK dulu, masih disimpannya.
"Bukan cuma bisa milikin celananya, tapi isi celananya juga, EHHHH salah-salah, bukan! yang punya celana maksudnya!" Kata Altaf lagi dengan senyum-senyum sendiri. Dan tiba tiba ponselnya bergetar. Satu pesan masuk diikuti pesan-pesan yang lain.
Rara Jutek
Kak ini Ara kasih gratisan, lain kali
Kalo mo ngambil foto Ara
izin dulu, jangan nyuri".
"Hah.....!" Altaf bengong membaca pesan dari Ara.
"Kok Rara beneran tahu gua nyuri ngambil fotonya. Apa jangan-jangan dia buka ponsel gua waktu dia rampas dulu. Jadi dia bisa buka sandinya? Kok bisa?!" Kata Altaf penuh tanya. Dan ponselnya malah berdering tak sengaja langsung terpencet tombol hijau.
"Haloo.. kak cepet banget ngangkat teleponnya, kakak lagi mau nelpon Ara ya?!" Tanya Ara dari sebrang.
"Hah ....!" Jawab Altaf kaget dengan pertanyaan Ara.
"Mingkem kak jangan mangap terus, nanti goa nya kemasukan lalat!" Kata Ara dan spontan Altaf menutup mulutnya dengan telapak tangannya seolah Ara melihatnya mangap.
"Kak, kita Vc ya, Ara kangen sama calon syuwami Ara yang jelek ini!" Kata Ara dan langsung mengaktifkan sambungan video call. Cepat-cepat Altaf merubah mimik mukanya, pasang muka jutek lagi.
"Apa Ra, tidur..! Udah malam!" Kata Altaf ketika wajah Ara nampak di layar ponselnya.
"Hihhhh kakak ngusir nih?!" Tanya Ara kesal.
"Ngusir gimana? Rara kan ada di rumah sendiri?!" Jawab Altaf sok dingin padahal hatinya girang bukan main bisa melihat wajah calon istri.
"Ya kan Ara mau lihat muka kakak, malah suruh nutup telepon!"
"Tadi kan udah lihat, apa lagi?" Tanya Altaf memancing emosi calon istri.
"Uh .....ngeselin banget sih jadi lakik! Bisa nggak bersikap manis dikit sama Ara? Dosa tau nggak jutek sama calon istri!"
"Trus kakak harus apa?" Tanya Altaf.
"Harus bawa Ara jalan-jalan besok, kakak Ara hukum!" Ancam Ara.
"Nggak bisa Ra, besok kakak banyak kerjaan!"
"Nggak usah alasan deh! Besok hari Minggu, kerja apa coba?!" Tanya Ara ngegas.
"Rara, kakak kerjanya di toko, nggak ada liburnya, hari Minggu malah ramai-ramainya!"
"Ya udah besok jemput Ara ke rumah, Ara ikut ke toko, TITIK!" Kata Ara langsung mengakhiri panggilan sepihak.
"Ah......kalau punya istri posesif gini, harus seneng apa harus bahagia sih. Eh sama aja ya. Gini banget kelakuan orang lagi jatuh cinta!" Kata Altaf lalu bergidik ngeri sendiri.