Novel ini lanjutan dari novel "TOUCH YOUR HEART" jadi jika ingin nyambung, bisa mampir dulu ke novel Author yang itu.
Nizar adalah seorang pilot muda yang tampan, kehidupan Nizar seakan kiamat kala melihat kedua orang tuanya meninggal secara bersamaan. Hidup Nizar seakan hampa bahkan sifat Nizar pun berubah menjadi dingin, cuek, dan juga galak.
Nizar dan adiknya Haidar harus melanjutkan hidup meskipun terasa sangat sulit tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya, seorang wanita cantik tiba-tiba hadir di kehidupan Nizar dan memporak-porandakan perasaan Nizar.
Siapakah wanita cantik itu? apakah wanita itu mampu mengembalikan semangat hidup Nizar atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19 Kepergian Nizar
Dewa berkacak pinggang dan menatap Binar dengan tatapan tajam. "Dari mana kamu? kata Suga kamu tidak bekerja hari ini," dingin Papa Dewa.
Bukannya menjawab pertanyaan Papanya, Binar malah memilih melengos masuk ke dalam rumah. Dewa semakin geram, ia dengan cepat menyusul Binar dan menarik tangan Binar dengan kasar.
"Kalau Papa tanya itu, jawab bukannya malah melengos. Papa sekolahkan kamu tinggi-tinggi bukan untuk menjadi anak yang tidak sopan!" bentak Papa Dewa.
"Stop, Pa! apa Papa tidak capek terus-terusan memarahi Binar? Binar capek, Pa," sahut Binar dengan kesal.
"Siapa yang tadi mengantarkan kamu pulang?" tanya Papa Dewa.
"Itu bukan urusan Papa," ketua Binar.
"Tentu saja itu urusan Papa, karena Papa tidak mau kamu berhubungan dengan pria sembarangan. Kamu itu anak Dewa Joyohadi Kusuma, jadi pria yang bisa menikahi kamu hanyalah kalangan kelas atas dan pastinya Papa akan mencarikan jodoh untukmu," tegas Papa Dewa.
Binar menghempaskan tangannya. "Jangan pernah ikut campur urusan pribadi Binar. Masalah pasangan, biar Binar yang cari sendiri," sahut Binar.
"Apa yang dikatakan Virlo benar, jika pacar kamu seorang supir?" kesal Papa Dewa.
"Memangnya kenapa kalau supir? yang penting dia punya pekerjaan," sahut Binar.
"Kamu gila, Binar. Mau disimpan di mana wajah Papa jika kamu mempunyai pasangan seorang supir! jangan macam-macam kamu Binar, kalau tidak Papa akan mencoret kamu dari kartu keluarga Papa!" bentak Papa Dewa.
"Coret saja Pa, Binar sudah muak dengan kelakuan Papa yang selalu memarahi Binar dan meng-anak emaskan anak-anak pelakor itu. Binar masih punya perusahaan, jadi Binar masih bisa menghidupi diri Binar sendiri dan Mama tanpa bantuan Papa!" teriak Binar dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jangan macam-macam, kalau kamu tidak menurut, perusahaan itu juga akan Papa ambil alih," sahut Papa Dewa.
Binar membelalakkan matanya tidak percaya dengan ucapan Papanya itu. "Papa tega mau membuat aku dan Mama jadi gelandangan di jalan? hati nurani Papa sudah tertutup, Papa lebih memilih pelakor dan anak-anaknya yang licik itu dibandingkan anak kandung Papa sendiri? asalkan Papa tahu, anak-anak sialan itu sedang merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan Binar supaya harta kekayaan Papa jatuh semuanya kepada mereka," ucap Binar.
"Jangan ngarang kamu Binar, jangan karena kamu membenci mereka, kamu jadi berpikiran seperti itu? mereka anak-anak yang baik bahkan mereka sangat menghormati Papa justru kamu yang anak kandung Papa sendiri malah selalu membangkang dan melawan sama Papa," sahut Papa Dewa.
Binar tersenyum sinis. "Oke, kalau itu pikiran Papa. Binar hanya mau bilang sama Papa, jika suatu saat nanti Binar mati, tolong biarkan Mama hidup dan bahagia," ucap Binar dengan deraian air mata.
Binar pun dengan cepat berlari menuju kamarnya, Dewa hanya bisa diam dengan ucapan anaknya itu. Sementara, tanpa diduga dari balik pintu Yulia mengintip. Ia mendengar semua yang dikatakan oleh mantan suaminya itu dan tanpa sadar Yulia mengepalkan kedua tangannya.
Napas Dewa tersengal, dia pun akhirnya memilih untuk pergi.
***
Keesokan harinya...
Siang ini Nizar akan berangkat tugas, Binar, Haidar, dan Risa mengantarkan Nizar ke Bandara. "Bang, hati-hati," ucap Haidar.
"Kapan aku tidak hati-hati?" sahut Nizar dengan nada bercandanya.
Kedua kakak beradik itu saling berpelukan, entah kenapa Haidar selalu khawatir jika kakaknya itu mau berangkat terbang. Dulu Mamanya menceritakan mengenai Papanya yang mengalami kecelakaan dan menghilang. Maka dari itu, sampai sekarang cerita itu melekat di otak Haidar apalagi di negara ini hanya Nizar yang dia punya.
"Pokoknya Abang harus pulang dengan selamat," ucap Haidar kembali.
"Siap."
Nizar kemudian menoleh ke arah Binar, terlihat sekali Binar menunjukan wajah yang sedih. Nizar menghampiri Binar dan berdiri di hadapan Binar. Binar tampak menyunggingkan senyumannya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kenapa kok sedih?" tanya Nizar.
"Enggak, aku hanya merasa kesepian aja karena gak bakalan ada lagi orang yang bisa menghibur aku," sahut Binar.
"Hai, aku pergi hanya satu bulan bukan untuk selamanya jadi kamu gak usah sedih," ucap Nizar.
Binar menundukkan kepalanya, dia awalnya tidak mau menangis tapi entah kenapa air matanya tiba-tiba saja menetes. Melihat Binar menangis, Nizar pun langsung menarik tubuh Binar ke dalam dekapannya. Tangisan Binar semakin pecah kala Nizar memeluknya.
"Jangan nangis, aku akan segera kembali," ucap Nizar.
"Aku tunggu," sahut Binar.
Nizar pun melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Binar. "Ingat pesan aku, jadilah wanita kuat jangan perlihatkan kelemahan kamu di hadapan mereka karena mereka akan sangat bahagia jika melihat kamu lemah. Aku tidak terlalu khawatir meninggalkanmu karena ada Pak Suga yang akan menjaga kamu," ucap Nizar.
"Kamu hati-hati," ucap Binar.
"Oke."
Sudah waktunya Nizar berangkat, dia pun melambaikan tangannya sembari menggeret koper. Risa mengusap pundak Binar dan menyunggingkan senyumannya kepada Binar. "Sepertinya Kak Nizar cocok sama kamu, Bin," ucap Risa.
"Apaan sih kamu," sahut Binar dengan wajah yang memerah.
"Jangan malu-malu, sepertinya Kak Nizar suka deh sama kamu," bisik Risa.
"Jangan ngada-ngada, mana ada suka. Kita baru beberapa kali bertemu dan kita juga baru kenal, masa iya bisa suka, ngaco kamu," sahut Binar sembari memukul pelan lengan Risa.
"Bisalah, kamu gak tahu ya kalau ada cinta pada pandangan pertama," ucap Risa.
"Risa, ayo kita kembali ke kantor," ajak Haidar.
"Oke. Bin, Aku duluan ya soalnya Aku harus kerja," ucap Risa.
"Iya, kamu yang rajin ya kerjanya," sahut Binar.
"Pasti dong."
"Bin, kita duluan ya. Kamu hati-hati di jalan," ucap Haidar.
Binar menganggukkan kepala sembari tersenyum. Haidar dan Risa pun pergi meninggalkan Bandara, sedangkan Binar masih menunggu sampai pesawat yang Nizar bawa take off. Beberapa saat kemudian, pesawat itu take off.
"Cepat kembali," batin Binar.
Setelah pesawat itu menghilang, Binar pun memutuskan untuk pergi dan kembali ke kantor. Sedangkan di rumah Yulia, Dona tiba-tiba datang. Dia tahu jika Binar pergi ke kantor jadi dia memutuskan untuk datang ke sana.
Dona membuka pintu kamar Yulia. "Nyonya, ada apa?" tanya Suster.
"Kamu keluar sebentar, saya ingin bicara dengan wanita gila ini," ucap Mama Dona dengan angkuhnya.
"Tidak bisa Nyonya, Nona Binar memerintahkan kepada saya untuk tidak meninggalkan Nyonya Yulia," sahut Suster.
"Kamu berani membantah! saya akan laporkan kamu ke suami saya, supaya kamu dipecat!" bentak Mama Dona.
"Maaf Nyonya, saat ini saya memang sudah tidak digaji oleh Tuan Dewa, tapi saya digaji oleh Nona Binar," sahut Suster.
"Kurang ajar, cepat kamu keluar saya hanya ingin bicara sebentar dengan dia." Dona merasa geram, dia pun menyeret Suster itu untuk keluar lalu mengunci pintunya.
"Nyonya, saya mohon jangan ganggu Nyonya Yulia, kondisinya sedang tidak baik-baik saja!" teriak Suster sembari menggedor pintu kamar.
Dona tidak memperdulikan teriakan Suster, dia menatap Yulia dengan senyuman menyeringai. Entah apa yang akan dilakukan Dona, sedangkan Yulia terlihat masih melamun di atas tempat tidurnya dengan posisi memeluk kedua lututnya.