"Ayah! ibu! kakak! Dimana kalian semuanya, hiks..."meraung Jeony sejadi-jadinya melihat anggota keluarga yang sudah tak bernyawa akibat kecelakaan beruntun yang menimpa keluarga pak Loey Christian.
"Kenapa tuhan? Kenapa engkau mengambil semua orang yang hamba sayang tuhan, hiks..."jeony meraung sejadi-jadinya di tempat kejadian yang dimana kondisinya pun saat ini juga tidak memungkinkan.
Ya memang benar adanya saat ini kondisi jeony pun begitu memprihatinkan. Karena kejadian naas itu yang membuat jeony mengalami patah tulang cukup parah yang membuat jeony harus menjalani serangkaian operasi estetika dan orthopedi agar dapat menyelamatkan nyawa jeony yang hanya tinggal menghitung jam.
Setelah melakukan serangkaian operasi, akhirnya nyawa jeony pun berhasil di selamatkan. Waktu terus berlalu hingga perubahan pada Jeony pun semakin terlihat jelas bahkan jeony dianggap seperti orang gila oleh warga sekitar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyajenkpankestu_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Saat itu juga, joeny mendongakkan kepala kemudian mengulas senyum tipis dan menganggukan kepala sejenak lalu melanjutkan langkahnya dan pergi menuju gudang tempat penyimpanan barang lama yang tidak jauh dari ruang tengah.
"Gimana? Jadi kerjasama dengan perusahaan pak asta?"
Pertanyaan bunda jihan membuat hampir jeony menghentikan langkahnya. Namun, ia segera melanjutkan langkahnya menuju gudang penyimpanan meski harus menajamkan indra pendengaran.
"Insyaallah jadi bun, sambil mencari asisten baru untuk bastian bun"jawab gafi sambil duduk di kursi meja makan. Lalu meneguk air putih. Kemudian, tak berselang lama jeony datang bersama mbak Rami sambil membawa nampan yang berisi cemilan kering.
"Apa… aku bisa melamar kerja padamu?"Ucap jeony kepada gafi.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"spontan gafi tersedak saat mendengarkan pertanyaan jeony yang sedang berdiri sambil meletakkan cemilan kering di meja makan. Sontak, gafi meletakkan gelas di tangannya dan menatap jeony dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kamu! Mau kerja bareng aku!"ujar gafi yang secara langsung meragukan kemampuan jeony.
Dengan tegas, jeony menganggukan kepala dengan cepat. Akan tetapi, gafi justru tidak memberikan jawaban. Kemudian, jeony meletakkan nampan kosong dan menghampiri pria tersebut.
"Aku bisa belajar sungguh-sungguh"ujar jeony dengan tatapan memohon.
"Aku butuh seseorang yang profesional"ujar gafi meremehkan.
"Semua profesional dimulai dari pemula"sahut jeony dengan tatapan memelas.
"Aku tidak butuh pemula"jawab gafi sambil beranjak berdiri dan pergi meninggalkan meja makan.
"Aku mohon padamu. Beri aku pekerjaan"pinta jeony dengan suara yang bergetar. Membuat pria itu berhenti dan menatapnya.
"Aku butuh uang untuk menyelidiki kematian keluargaku. Aku ingin denganmu bekerja bareng pak asta"desak jeony dengan wajah bersedih. Akan tetapi, hal itu membuat gafi malah tertawa tepat di depan jeony saat ini.
"Tunjukan tanda pengenalmu, baru aku beri izin kamu ikut bersamaku"pinta gafi.
"Setidaknya kamu punya sertifikat kuliah meski itu hanya bekerja sebagai asisten bawahan"
Jawaban gafi yang menyinggung sertifikat kuliah membuat jeony terdiam sangat lama. Tidak mungkin ia kembali kerumah hanya untuk mengambil dokumen serta sertifikat kuliah lulusan Akuntansi ekonomi bisnis S1 yang jeony punya. Kemudian, gafi juga ikut menatap jeony dengan tatapan mendalam beberapa saat. Percakapan mereka sudah terhenti. Lalu, gafi pergi ke lantai dua di susul bastian.
Beberapa menit bahkan berjam telah berlalu. Seharian jeony tidak keluar kamar dan memikirkan bagaimana bisa mendapatkan uang tanpa bekerja diluar rumah. Banyak hal yang ia pikirkan, membuat jeony suntuk dan ia pindah ke rooftop yang menjadi tempat untuk menjemput pakaian. Jeony duduk di bangku kayu. Ia menutup matanya lalu menikmati langit sore yang sedikit berangin. Rambut panjang yang mulai mengering usai keramas melambai-lambai karena tertiup angin. Jeony merasa lebih tenang berada di tempat ini.
"Eh mbak jeony disini?"
Kemudian, jeony membuka mata. Ia melihat wanita muda berhijab yang usianya lebih tua darinya. Dia adalah mbak Rami, asisten dirumah ini.
"Mbak Rami"panggil jeony seraya membantu mbak rami mengangkat jemuran.
"Ya, jo. Terima kasih sudah bantu mbak"ujar terima kasih mbak Rami dengan tulus.
"Ya mbak. Mbak jeony boleh tanya mbak"ucap jeony.
"Ya kamu mau tanya apa jo!"jawab mbak rami.
"Mbak rami disini kerja pake ktp mbak?"tanya Jeony.
"Enggak sih jo. Wong saya ini anaknya yang dulu kerja di sini juga. Mbokku sudah almarhum dan bapak sebelum kenal sama ibu sampai mas gafi kelas enam sd terus saya yang menggantikan mbok bekerja mbak"jawab mbak rami, kemudian jeony yang sedari mendengarkan menganggukan kepala yang sebagai tanda mengernyit maksud dari mbak rami
"Lama ya mbak?"jeony bertanya kembali.
"Dari remaja jo."sahut mbak Rami sambil Terkekeh geli.
"Kenapa toh mbak?"giliran mbak rami yang bertanya.
"Mbak rami bisa bantu jo cari kerjaan nggak mbak?"
"Kalau tanya kerjaan ke saya ini, ya ada aja, mbak. Tapi kerjaannya jadi pembantu gini. Mana cocok buat mbak yang berpendidikan tinggi mbak!"
"Tapi saya meski saya berpendidikan tinggi. Tapi sauha butuh kerja buat mengungkap kecelakaan keluarga saya mbak"
"Hah!"Rami segera menutup mulutnya da menatap jeony dengan tatapan tidak percaya.
"Aku Harus pergi dari kota ini mbak. Aku ingin mengungkap kasus kematian keluargaku mbak!"pertanyaan jeony membuat Rami mengernyit heran.
"Nggak mungkin aku terus menumpang sama bunda. Aku juga butuh uang untuk hidupku sendiri dan mengungkap kasus kematian keluargaku mbak"ucap jeony yang membuat mbak rami bergeming dan menatapnya begitu penasaran.
"Ehh ada handuknya mas gafi ada disini"ujar mbak rami yang mengalihkan pembicaraan.
"Biar ku antar ke kamarnya mbak"jawab jeony mengambil barang itu. Iya meski terpaksa ia harus melakukannya. Lalu, jeony turun ke bawah.
Saat hendak mengetuk pintu kamar anak pemilik rumah, tetapi jeony urungkan. Karena, ia mendengarkan namanya disebut oleh beberapa orang di dalam kamar. Ia kaget ketika mendengarkan gafi akan menerimanya bekerja di perusahaannya. Ia tidak tahu alasannya, tetapi ia sangat bersyukur mendengarkan hal itu. Tiba-tiba saja pintu kamar itu terbuka. Dua pria berdiri di hadapannya. Kemudian, ia menyodorkan handuk berwarna hitam milik gafi.
"Ini handuk badan punyamu"
"Terima kasih jo"jawab gafi.
"Ya sama-sama"sahut jeony sambil membalik badan dan berjalan untuk membantu mbak rami di lantai atas.
Di saat yang sama, gafi menahan pergelangan tangan jeony. Seketika, ia langsung berbalik badan dan melihat gafi yang sedang menatapnya.
"Kamu tak terima kerja di perusahaan sebagai revisi keuangan. Kamu mau jo?"tanya gafi dengan hati-hati agar tidak tersinggung perasaan jeony.
Seketika keadaan sekitar kamar berubah menjadi hening. Mereka berdua saling diam beberapa detik. Kemudian jeony menganggukan kepala.
"Alhamdulillah aku diterima kerja. Terima kasih mas"jawab jeony sambil mengulas senyum dan pergi meninggalkan gafi. Lalu, gafi melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.
Malam hari tiba. Sekarang bunda jihan, dan seluruh anggota sudah berkumpul di depan meja makan untuk makan bersama. Kemudian, bunda jihan menghampiri Jeony dan menanyakan sesuatu masalah kerjaan di perusahaan sang anak.
"Kata gafi, kamu akan bekerja dengannya. kamu ngga apa-apa nak? Nanti kamu akan bertemu banyak orang di perusahaan Fairland Company Group"tanya bunda ketika mereka sedang makan malam bersama.
Jeony sudah memikirkan hal itu dengan sangat matang. Ia harus bisa melawan rasa takut yang ada di dalam dirinya. Dan juga kecil kemungkinan untuk keluarga tirinya masuk perusahaan ceo lain. Karena mereka hanya pengangguran tua yang hanya bisa menikmati harta kekayaan dari orang lain.
"Aku Harus bisa bunda. Karena, aku sudah diberi amanah sama ayahku untuk mengungkap kasus kematian keluargaku dan juga merebut kembali harta warisan keluarga yang sudah di salah gunakan oleh keluarga dari ibu tiriku"penjelasan jeony secara singkat.
"Kamu punya keluarga? Dimana keluargamu nak! Biar kami yang mengantarkanmu nak"sahut Bunda jihan yang ikhlas menolong kesusahan Jeony saat ini.
"Aku tidak memiliki keluarga bunda. Ayah, bunda dan kakak sudah secara bersamaan dalam peristiwa kecelakaan beruntun di tempat yang berbeda dan aku juga dimanfaatkan oleh mereka para lelaki sialan yang tak bertanggung jawab. Tetapi, saat ayahku berusaha menyelamatkanku dan disaat yang sama, ayahku memberi perintah untuk tetap hidup dan rebut kembali seluruh harta warisan peninggalan kakek nenekku yang sudah di tukar balik atas nama Fuad Raharja bunda"jawab Jeony sambil menjelaskan kejadian Beberapa bulan yang lalu secara gamblang.
Seketika, bunda jihan dan para anggota keluarga yang lain terkejut bukan main. Jika saat ini mereka berada dekat bahkan begitu dekat dengan keluarga Christian yang selalu dipuji karena kebaikannya yang memahami seluruh warga tiongkok, china.
semangatt thorrr/Drool//Drool/