Vanny wanita yang terkenal barbar disekolahnya. dia yang suka membuat ulah dan membuat emosi semua guru yang ada disekolahnya.
Suatu hari ketika vanny akan dijodohkan dengan Arvan seorang CEO yang terkenal dingin dan kejam. Alasan mereka menikah hanyalah sebatas balas budi sang ayah kepada orang tua Vanny yang berhasil menyelamatkan nya dari kecelakaan maut.
Kevin terselamatkan ketika mobil yang jatuh kejurang dan tepat diperkampungan orang tua Vanny tinggal. Mereka menyelamatkan nya sebelum akhirnya mobil itu meledak terbakar. Ayah Vanny berlari dan memeluk tubuh Kevin untuk diselamatkan dan dibawa pulang untuk dirawat. Karena kebaikan orang tua Vanny yang tulus, Kevin sepakat untuk menjadikan anak perempuan satu-satu mereka menjadi menantu, dan akan dinikahkan dengan Arvan putranya.
Tak disangka perjodohan ini membuat mereka akhirnya menjadi suami istri, namun keduanya sepakat bahwa pernikahan ini adalah bohongan, kerena mereka tidak mencintai satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elvani Yunita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Tragedi di gedung pencakar langit
"Wahhh!! Indah sekali, aku mau perbanyak foto aku disini, supaya banyak kenang-kenangan."
Batin Vanny, yang tak hentinya merasa takjub melihat keindahan pemandangan kota pada malam hari.
"Mmm.. tuan Arvan bisakah kau memotoku dengan view pemandangan indah kota ini..?" Tanpa ragu ia meminta Arvan untuk memotonya.
"Apa..?, kau menyuruhku memotomu.? memangnya kau siapa menyuruhku,!! Dasar wanita kampungan." Ucap Arvan dengan nada ketus.
"Eh kau, biasa saja ngomongnya, saya hanya meminta bantuanmu untuk memotoku, kalau ngga mau ya sudah, kau kira kau setampan apa berani menghinaku wanita kampungan.?"
Perdebatan itu terjadi begitu saja, Vanny yang barbar tentu tak mau kalah pedas dengan ucapan Arvan yang barusan menyinggungnya dengan mengatakan wanita kampungan.
"Kau berfoto saja sendiri, atau suruh pealayan restoran memotomu. Aku bukan fotografer, lagian kau tak tau siapa aku, kalau bukan karena papa yang menyuruhku mengajak mu jalan-jalan malam ini akupun tidak akan sudi mengajakmu jalan-jalan, itu hanya membuang waktuku saja."
Arvan emosi dengan Vanny yang selalu se enak nya berbicara dengannya tanpa basa-basi. Dia bahkan melupakan mode dinginnya, kini ia tampak seperti laki-laki yang cerewet karena ulah Vanny.
Setelah Vanny puas berfoto-foto dengan gaya kampungannya, iapun di ajak Arvan untuk makan malam tepat direstoran gedung itu.
"Kau sudah selesai berfoto.? Sekarang ayo kita makan sebelum pulang, aku sudah bosan berada disini."
Vanny pun langsung menuruti Arvan, baginya sudah sangat puas menikmati keindahan kota dari atas gedung pencakar langit itu.
Arvan pun memesankan makanan kepada waiters restoran itu. Makanan mewah pun segera datang datang dan dihidangkan di atas meja makan mereka.
Vanny heran dengan makanan yang dihidangkan, lagi-lagi itu memakai pisau dan garpu. Namanya juga makanan orang kaya, jadi dia tak terbiasa.
"Mbak ada makanan lain kah..? Aku ngga suka makanan-makanan seperti ini, terlebih aku ngga bisa menggunakan pisau untuk makan. Apakah ada semacam ayam penyet atau pecel lele..?"
Tanya Vanny kepada waiters itu, sontak waiters itu kaget, bagai mana bisa ada pengunjung memesan makanan yang tak ada di daftar menu restoran itu.
"Kalau kau memang tak bisa menggunakan pisau dan garpu itu, yasudah kau pakai tanganmu saja, dasar kampungan." Celetuk Arvan yang sedikit malu kepada waiters yang menghidangkan makanan diatas meja mereka.
Tanpa merasa malu dia pun memakan daging steak itu dengan tangannya. Dan mencocolnya ke saus yang disediakan. Dia penasaran dengan salmon mentah, dan kaviar yang disajikan. Alhasil dia mencobanya, Dan diluar dugaan BMKG. Dia langsung memuntahkan makanan itu.
"Hueeekkk..!!! Anjir makanan apa ini..? Aku cuma lihat makanan ini di youtube para vloger tapi aku tak menyangka makanan ini benar-benar tidak enak, dan membuatku seketika memuntahkan makanan itu."
Seketika muka Arvan memerah menahan malu kepada pengunjung lain yang ada disitu.
"Kau gila, kau benar-benar memalukan dan menjijikkan."
Ucap Arvan dengan sedikit berbisik.
Vanny langsung berlari menuju toilet untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum akhirnya mereka pergi meninggalkan restoran itu.
Diperjalanan pulang Vanny kembali memancing emosi Arvan.
"Apa kau mau membunuhku.? makanan apa itu, kok baunya seperti kaos kaki busuk.?"
"Mulut mu yang bau busuk.! Kalau kau tau berapa bil makanan yang kau makan itu, tak mungkin kau sembarangan memuntahkannya."
"Memang berapa harga makanan mengerikan itu.?"
"Total semua hidangan yang ada dimeja itu sebesar 30 jt."
Sontak Vanny merasa kaget dan seketika membulatkan mata.
"Apa..? Ti - tiga puluh juta...? Anjir, uang sebesar itu sudah bisa memberi makan anak-anak satu kampung. Kenapa kau mau membuang-buang uang mu hanya untuk makanan mengerikan itu...?"
"Mungkin bagi lidah kampungan mu itu adalah makanan mengerikan. Makanya sering-sering main ke kota, supaya wajah dan tingkahmu tidak kampungan."
Arvan sangat geram menghadapi kebarbaran dan kekonyolan yang Vanny buat. Mungkin Arvan akan cepat tua jika harus terus berhadapan dengan Vanny.
"Yaaa walaupun lidah ku kampungan dan seleraku kampungan, setidaknya cukup sekali saja aku memakan makanan yang rasanya seperti kaos kaki busuk itu. Mending makanan murah tapi jelas rasanya enak dan bikin perut kenyang."
Vanny selalu punya jawaban tak masuk akal dan membuat siapapun lawan bicaranya akan emosi dan berperang batin sendiri. Alhasil orang itu hanya marah sendirian tanpa kepedulian Vanny. Dia hanya menganggap santai dan tak akan merasa malu dan bersalah akan tingkahnya.
