Cinta Luar Biasa

Pernikahan dadakan itu membuat sepasang pengantin yang masih baru itu belum saling terbuka. Baik Adam maupun Mawar, Sedikit banyak yang Adam tahu bahwa Mawar memang mandiri sejak usia remaja.

Akan tetapi yang Adam tahu hanya versi luarnya saja. Adam mengira bahwa Mawar di tinggal mati oleh kedua orang tuanya sejak kecil tapi ternyata banyak hal yang Adam tak tahu rupanya..

Sebenarnya hanya perhatian kecil berupa menyuapi makanan. Namun perhatian tersebut membuat sang istri menangis dan murung sampai waktu pulang kantor tiba.

"Kau masih marah padaku perihal suapan tadi...?" Baru duduk dan selesai memakai seatbelt, Kini Mawar langsung di todong pertanyaan oleh sang suami. Mawar menggelengkan kepalanya, Ia tidak marah karena itu kenyataannya. Hanya saja Mawar mengingat pria itu. Seorang pria yang telah Menorehkan luka yang amat sangat dalam.

"Aku tidak marah sama mas kok.. "Jawabnya mengulas senyum tipis. Adam meraih tangan sang lalu di genggamlah tangan tersebut.

"Kamu ingat kan apa kata aku waktu itu.. Kita ini sudah menjadi

suami dan istri, Bukan hanya menjadi suami dan istri saja. Kamu juga bisa jadikan aku teman atau sahabat.. Kamu bisa cerita ke aku.."Mawar mengangkat kepalanya menatap iris hitam itu. Tatapan keduanya terkunci beberapa saat sebelum Adam berdehem.

"Kita lebih baik pulang.. Aku rasa kau memang butuh ketenangan hari ini.."Adam menyalakan mesin mobilnya, Pulang dengan waktu yang lebih awal tentu membuat Adam punya rencana baru.

Mawar yang tak tahu akan rencana dadakan suaminya itu santai-santai saja. Hingga alis wanita itu berkerut tatkala Adam melewati jalanan yang menuju pulang ke rumahnya.

"Loh mas?

"Kenapa?" Jawab Adam santai.

"Ini, Kenapa...Mas Adam ih!! " Adam tergelak, Pria itu tertawa sembari mengusap kepala sang istri.

"Aku kan udah bilang, Kamu butuh ketenangan sekarang. Dan mas akan bawa kamu ke tempat yang indah.. " Mawar tak menjawab, Sekarang ia bingung harus apa. Adam terlalu sempurna, Mungkin sekarang pria itu belum ada rasa untuknya. Akan tetapi, Walaupun dengan begitu Adam selalu ada cara untuk membuatnya tersenyum.

"Sudah sampai, Ayo turun.."Tanpa terduga, Adam Justru mengajaknya ke pantai. Mawar masih terpaku di tempat, Kenapa harus pantai? Apa tidak ada tempat lainnya?

Jika boleh di tanya kenapa Mawar tak suka pantai. Ya karena dulu ia pernah tinggal di sebuah desa yang dekat dengan pantai. Pantai adalah tempat favorit wanita itu dulunya. Dan lagi, Tempat indah itu harus menjadi tempat paling buruk setelah sang ayah pergi.

"Ayo..tempat ini tidak sama dengan tempat yang ada di otakmu.."Seolah tahu apa yang sang istri pikirkan Adam berucap demikian.

"Mas tahu aku tidak suka pantai?

"Aku bukan cenayang yang bisa mendadak tahu akan informasi seseorang..Tapi raut wajahmu tidak bisa berbohong.. Sekarang ikut mas, Mas yakin setelah ini kamu pasti akan kembali suka.."Tak ada pilihan selain menurut. Adam adalah pria yang baik, Dan tentu saja apa yang di katakan pria itu jujur bukan hanya sekedar ucapan belaka.

Adam meraih tangan lentik itu, Senyum Adam membuat Mawar luluh. Entah mengapa hatinya menghangat hanya sekedar melihat senyuman manisnya.

"Bagaimana?

Hatinya yang tadi suram kini berbinar kembali. Pantai yang ia kunjungi bukan pantai yang mirip dengan pantai yang ia sering kunjungi dulu bersama sang ayah.

Tempat ini sangat indah, Mungkin memang tempat wisata. Pemandangan nya nyaman di pandang mata sangat sayang untung di lewatkan. Masih banyak orang disana, Sudut bibirnya di tarik membentuk sebuah senyum.

"Ini sangat indah.. Darimana Mas mendapatkan tempat seindah ini mas..?" Adam tersenyum, Pria itu meraih bahu sang istri membuat keduanya saling berhadap-hadapan.

"Tempat ini adalah tempat kesukaan banyak orang.. Tuan Nalendra salah satunya. Beliau sering mengajak istrinya di tempat ini.. Dan ya,,Memang seindah itu.."

"Aku suka..

"Benar?

Mawar mengangguk, Adam kembali menghadapkan tubuh istrinya ke depan. Di peluklah tubuh Mawar dari belakang. Adam meletakkan dagunya di atas pundak sang istri dengan kedua tangan memeluk erat perutnya.

"Aku tahu, Mungkin kita menikah tanpa di dasari sebuah cinta.. Tapi jika boleh jujur, Aku memang selalu merasa nyaman saat bisa dekat denganmu..Aku rasa, Hatiku telat terpaut olehmu Mawar..

"Hatiku juga sudah terpaut olehmu, Bahkan sudah sejak dari dulu hingga sekarang...

.

.

.

"Jadi seperti itu ceritanya?

Mawar mengangguk usai wanita itu menceritakan kisah hidupnya yang malang. Adam yang mendengar pun tak bisa berkata apa-apa. Ia pikir, Hanya kisah hidupnya yang paling malang di dunia ini, Dan ternyata masih ada lagi...

Ya, Sebelum menjadi pria yang seperti sekarang. Adam juga pernah merasakan pahitnya hidup. Lahir dari orang tua yang memang sederhana dan bisa di bilang kurang berkecukupan. Ayah seorang nelayan, Sementara ibu bekerja apapun yang penting mendapatkan uang. Bisa makan pun sudah sangat bersyukur.

Setiap hari hanya sayur bayam, Itupun mencari di belakang rumah. Ikan asin dan tahu tempe setiap hari. Semua terjadi sebelum Adam di pertemukan dengan seorang Nalendra, Putra konglomerat besar di negara ini.

Ia juga tidak menyangka, Bahwa kisah sang istri lebih pelik dari itu. Bagaimana bisa wanita seperti mawar bertahan. Andai terjadi dengan wanita lain mungkin sudah berakhir.

Di tataplah wajah cantik itu, Tak ada air mata yang mengalir disana. Jangankan mengalir, Menggenang saja tidak ada. Mungkin semua rasa Mawar terhadap Sang ayah sudah mati.

"Kau wanita yang kuat sayang.."Mawar menoleh sejenak, Dan kembali menghadap ke arah sunset. Karena memang posisi keduanya sekarang sedang duduk di atas pasir putih sembari menikmati tenggelamnya matahari.

Sesuatu pemandangan yang banyak di nantikan oleh banyak orang. Sayang jika di biarkan, Sunset itu sangat indah.

"Sekarang kamu sudah punya mas.. Kamu percaya kan dengan suamimu ini?

Mawar terdiam tak menjawab. Matanya masih tetap menatap sunset di seberang sana.

"Sama seperti pantai ini yang tentunya berbeda dengan pantai yang aku tak suka.. Aku sadar jika semua pria tidak sama.. Aku tidak meminta lebih darimu mas. Cukup cintai dan sayangi aku, Itupun sudah cukup. Jika kamu tidak mampu untuk mencintai dan menyayangiku..Cukup hargai aku dan percaya padaku...

Keduanya saling menatap. Tatapan dalam penuh cinta yang sempurna. Mawar memejamkan matanya sebelum bi-bir keduanya menyatu..

.

.

.

TBC