Amecca Saraswati seorang mahasiswi tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi sedang melakukan kemah bersama teman-teman anggota mapala di kampusnya.
Ia bertemu dengan pria yang sangat tampan di tepi sungai ketika sedang mandi di sungai. karena pada pria tampan itu akhirnya mereka berkenalan. Mulanya Mecca tidak mengetahui siapa sebenarnya pria yang merupakan pangeran dari Siluman harimau yang sedang bertugas menjaga gunung Arjuno bernama Lakeswara Pandita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Revisi.
Pandita merubah wujudnya kembali menjadi pangeran yang gagah dan tampan.
pandita mengambil pedang dari balik tubuhnya dan siap mengambil ancang-ancang untuk menyerang lawannya.
Lucas membantu dengan meniupkan angin tepat ke wajah para prajurit ular biru. Angin itu akan membuat mereka mengantuk dan tidur setelah angin itu menerpa wajah mereka.
Tak memerlukan perlawanan yang butuh effort lebih, para musuh semua sudah tumbang di tangan Pandita karena kekuatan Pandita memang tak tertandingi lagi.
Setelah semua musuh dapat di lumpuhkan. Kini mereka sedang beristirahat untung mengumpulkan kembali tenaga nya.
Mereka akan kembali menyerang kerajaan ular biru keesokan harinya karena malam telah tiba. Banyak prajurit yang kelelahan dan terluka.
Mereka saling membantu untuk membalut luka di tubuh rekan mereka.
Pandita menatap langit yang cerah dengan ribuan bintang yang berkelip. Ia kembali memikirkan Mecca.
"Sedang apa kamu disana sayang, aku merindukanmu!" ucap Pandita dengan bibir tersenyum mengingat kecantikan Mecca.
.
1 Minggu
2 Minggu
3 Minggu
4 Minggu
2 bulan kemudian. akhirnya Pandita dan pasukannya bisa menaklukan kerajaan ular biru.
Leno dan raja ular biru bernama Parsa telah gugur di tangan Pandita sendiri. Saat ini Pandita menyerahkan kerajaan ular biru pada Pandya untuk sementara waktu.
"Pandya, aku serahkan kerajaan ini sementara waktu padamu, aku tidak sabar ingin pulang ke Castil kristal menemui istriku, aku sangat merindukan permaisuriku Mecca." ucap Pandita dengan wajah berseri.
Pandya adalah pengawal pribadi Pandita sekaligus tanga kanan Pandita, usia mereka seumuran, Pandya adalah putra dari Sansik yang merupakan pengawal pribadi dan juga orang kepercayaan Pramudya.
Pandita dan Pandya sudah berteman sejak mereka masa kanak-kanak dulu.
"Ya sudah, memang sebaiknya pangeran kembali saja ke Castil kristal. Pasti permaisuri juga sangat merindukan pangeran. Biar aku disini bersama beberapa prajurit." ucap Pandya.
Pandita mengangguk senang, Pandya lalu memerintahkan beberapa pengawal pribadi Pandita untuk berkemas, karena beberapa dari mereka akan kembali ke castil kristal bersama dengan Pandita, sementara dirinya dan prajurit yang tersisa akan menunggu di istana ular biru.
Saat ini kerajaan ular biru tidak memiliki pemimpin. Karena raja dan putra mahkota sudah tewas dalam perang, beberapa prajurit dan hulubalang yang berkuasa di wilayah kekuasaan ular biru juga gugur.
Pandita kembali dengan membawa sebongkah rindu di hatinya pada permaisurinya.
Pandita bisa menyelesaikan perang dengan cepat dari waktu yang di targetkan, semua karena kerja sama yang baik antara Mecca dan Pandita. Meskipun Mecca harus mengalami kehamilan yang tidak mudah, selama ia bisa memberikan kesehatan dan kekuatan bagi janinnya dan pandita, Mecca sungguh rela merasakan ketidak nyamanan itu.
Siang ini Mecca sedang makan rujak mangga muda di tepi danau perak dengan di temani para dayang dan juga Adipala serta beberapa pengawal lainnya.
Beberapa hari lalu, stok rujak mangga muda yang di belikan oleh ratu telah habis, dan baru siang ini ratu kembali membelikannya.
Selama ini Rengganis sendiri yang keluar ke dunia manusia untuk membelikan rujak mangga muda untuk Mecca, Rengganis sudah membuat perjanjian dengan beberapa penjual rujak mangga jika dirinya akan datang untuk membeli rujak mangga sekitar 3 hari sekali, jadi sekitar 3 hari sekali, Rengganis mendatangi dunia manusia untuk membeli rujak mangga.
"Pangeran!" ucap Adipala pelan yang terkejut melihat kedatangan Pandita dari Medan perang.
Pandita memberikan kode pada para dayang dan pengawal untuk diam dengan meletakkan jari telunjuk nya di bibir agar tidak ada yang memberi tahukan kehadirannya pada Mecca.
Mereka semua menunduk hormat karena Pandita berjalan mendekati Mecca yang sedang fokus menatap air danau yang keperakan karena terkena cahaya matahari.
Pandita duduk di sebelah Mecca dan tersenyum karena Mecca belum menyadari kehadirannya. Pandita menatap istrinya yang semakin cantik dan berseri.
Mecca merasakan aroma yang sangat ia kenali dan menoleh ke samping.
Ia melihat Pandita duduk di sebelahnya yang tersenyum manis.
Karena merasa jika itu hanya ilusi, Mecca kembali mengalihkan wajahnya ke danau di depannya.
"Hhh, aku sampai berimajinasi jika dirimu disini Pandita." Ucap mecca pelan.
Ia meneteskan airmata nya karena sangat merindukan pandita sehingga ia berilusi pandita berada di sampingnya.
"Pandita! Aku rindu, hiks hiks." Mecca menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Bahunya bergetar karena merasakan dadanya sesak.
Pandita meneteskan air mata karena melihat permaisurinya menangis merindukannya.
Ia mendekati Mecca dan mencium pucuk kepala Mecca.
"Aku kembali sayang." ucap Pandita dengan suara serak.
Mecca mendongakkan wajahnya karena terkejut, ia pikir Pandita berada di sampingnya hanya ilusinya karena dirinya sangat merindukan Pandita.
"Benarkah? Benarkah kamu sungguh Pandita? Aku tidak sedang bermimpi kan?" ucap Mecca dengan air mata berlinang.
Pandita mengangguk dan mengusap airmata di wajah Mecca.
"Iya sayang, aku kembali. Aku kembali untuk menemuimu. Aku merindukanmu Mecca." ucap Pandita dengan mata berkaca-kaca.
Isak tangis Mecca semakin mengeras karena akhirnya Pandita kembali ke pelukannya.
Mereka menangis berpelukan erat dan menangis karena bahagia, akhirnya waktu yang di tunggu datang juga. Pertemuan setelah perpisahan merupakan hal yang sangat menghangatkan.
Mereka berciuman dengan air mata yang sama-sama berlinang.
Para pengawal dan dayang ikut merasakan keharuan yang membahagiakan pangeran dan permaisuri sedang rasakan.
Mereka juga menitikkan airmata dan menunduk karena pangeran dan permaisuri sedang berciuman melepaskan kerinduan yang sekian lama mereka tampung.
Pandita melepaskan pagutannya dari bibir Mecca dan mengusap bibir merah Mecca.
"Aku merindukanmu Mecca." ucap Pandita.
Mecca mengangguk senang.
" Aku juga merindukanmu Pandita. Sangat merindukanmu, setiap hari aku hanya menangis merindukan mu. Aku benar-benar bahagia akhirnya kamu kembali lagi. Aku sangat merindukanmu Pandita, aku merindukanmu!"
Ucap Mecca. Pandita tersenyum dan kembali mencium Mecca dan memeluknya. Mereka menyalurkan perasaan rindu di dalam hati mereka masing-masing.
Pandita membopong Mecca dan bangkit dari tepi danau untuk membawa nya kembali ke castil kristal.
Pandita berjalan menuju castil dengan mata mereka saling berpandangan. Pandita tidak menghiraukan keberadaan pengawal pribadi mereka dan dayang.
Ia sudah tidak sabar melepaskan rindu bersama dengan istrinya setelah berperang beberapa bulan.
Sesampainya di castil, Pandita langsung menuju ke kamar mereka berdua.
Raja dan ratu yang sedang duduk di ruang keluarga tersenyum melihat pangeran dan permaisuri yang tersenyum bahagia.
Mereka sudah lebih dulu mengetahui kembalinya Pandita karena Pandita lebih dulu menemui mereka untuk melaporkan hasil perangnya.
Sesampainya di dalam kamar Pandita langsung merebahkan Mecca diatas ranjang.
"Sayang, aku sangat merindukanmu." ucap Pandita dengan suara serak, dan mengungkung tubuh Mecca dibawahnya.
Mecca mengusap rahang tegas Pandita. "Aku juga sangat merindukanmu Pandita.
"Puaskan aku Mecca, puaskan aku hari ini." ucap pandita dengan tangan menyentuh seluruh tubuh Mecca.
"Sentuh lah aku Pandita, aku sudah lama merindukan sentuhanmu yang memabukkan Pandita." ucap Mecca pasrah
Pandita tersenyum dan mulai melumat bibir Mecca kembali.
Mereka menghabiskan siang ini dengan permainan panas yang panjang.
Mecca sangat mengenali sentuhan pria yang mengungkung tubuhnya. Semuanya sama, sama seperti sentuhan Pandita yang selama ini ia rindukan.
Ia yakin jika Pandita benar-benar telah kembali dan hari ini akan membuatnya kembali melayang ke nirwana.
Sentuhan memabukkan yang selama ini Mecca rindukan akhirnya Mecca bisa lagi merasakannya.
"Aaah, Pandita. Aku sangat mencintaimu dan merindukanmu Pandita, aku sangat merindukanmu." Mecca meracau ketika bibir Pandita menyesap seluruh kulit tubuhnya.
Kedua tangannya meremas kepala Pandita yang berhenti di depan intinya.
.
"Kanda, aku bahagia akhirnya Pandita bisa kembali dengan cepat, lebih cepat dari prediksi kita kanda." ucap Rengganis dengan senyum mengembang dan menatap kearah pintu kamar Pandita dan Mecca yang tertutup.
Pramudya mengangguk setuju. "Semua itu karena pengorbanan dari Mecca Dinda, Mecca bertahan dengan kondisi tidak nyaman dan lemahnya hanya karena ia ingin Pandita memiliki kekuatan yang besar saat berperang. Dirinya rela merasakan lemas dan mual muntah setiap hari. sekarang aku semakin yakin, jika putra mahkota akan menjadi raja yang sangat tangguh dan hebat di masa depan nanti, semua karena ke dua orang tuanya memiliki kekuatan cinta yang besar. Mecca dan Pandita saling mencintai dan kekuatan cinta mereka bisa mengalahkan semuanya." ujar Pramudya.
Rengganis mengusap titik bening yang keluar dari sudut matanya. "Aku berjanji pada diriku sendiri kanda, akan memperlakukan Mecca dengan baik, aku tidak akan membiarkan rumah tangga mereka berdua di terpa badai apapun itu." ucap Rengganis yang menangis terharu.
Dulu saat Pandita merengek minta di carikan gadis yang ia temui di alas lali jiwo gunung Arjuno mereka mengatakan jika mereka tidak akan mungkin berjodoh. Pramudya malah menawarkan Firas putri dari raja ular biru yang sangat ingin di nikahi oleh Pandita.
Ketika itu raja ular biru bertandang ke castil kristal bersama putrinya Firas dan Leno putranya. Kedatangan mereka untuk melamar Pandita untuk menjadi suami Firas. Tapi dengan halus Pandita menolaknya.
Kedua orang tuanya sempat memarahi Pandita karena telah menolak gadis secantik Firas. Tapi Pandita kekeh ingin terus mencari Mecca. sampai akhirnya takdir baik berpihak pada Pandita, mereka kembali bertemu di sungai gunung arjuno.
ketika itu, Pandita sedang mendapatkan tugas dari Pramudya untuk menemui manusia laknat yang ingin memuja mereka demi mencari kekayaan.
Setelah menemui orang yang bertapa, Pandita melihat Mecca sedang Mandi di sungai bersama 3 temannya. Mulanya Pandita merasa tidak percaya dengan apa yang ia Lihat, tapi ketika ia mendekatinya. Pandita tersenyum senang, hatinya berbunga-bunga karena akhirnya bisa menemukan kembali wanita pujaannya.
Kini mereka percaya, kekuatan cinta yang dimiliki Mecca dan Pandita tidak main-main.
Rengganis dan Pramudya tersenyum bahagia ketika mendengar rintihan Mecca dari dalam kamar.
Mereka berharap cinta mereka akan selalu kekal seperti ini selamanya.
aq kira lupa unk di lanjutkan hehehe
Bunga mawar 🌹 deh
please double update dunk Thor
aq ngasih mawar 🌹