Aruna dan Melvin yang kembali di pertemukan setelah 8 tahun. Mereka dulu 1 sekolah dengan Melvin adalah senior Aruna.
Setelah 8 tahun mereka kembali di pertemukan dengan keadaan yang berbeda. Melvin menjadi seorang aktris terkenal dan Aruna yang menjadi sutradara.
Tetapi ada scandal masa lalu dalam hubungan mereka yang belum selesai. Tentang kedekatan mereka dulu dan kenapa berpisah. Setelah sekian lama di pertemuan kembali dan Aruna yang sudah bersama seorang anak laki-laki berusia 8 tahun.
Bagaimana kah cerita di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 Tidak Bisa Menolak
Rumah sakit.
Karena Melvin sudah menyuruh Aruna untuk ke rumah sakit. Mau tidak mau Aruna harus menuruti Melvin. Karena makanan yang diminta Melvin begitu banyak dan juga hanya diberi waktu yang sedikit. Aruna tidak punya waktu untuk mengantarkan Rain pulang ke rumah terlebih dahulu dan sangat terpaksa Rain harus ikut bersamanya ke rumah sakit. Walau sebenarnya Aruna tidak menginginkan hal itu.
"Rain nanti tidak boleh recok di dalam dan jangan pegang apapun. Rain harus diam dan jangan mengganggu orang. Ingat Kita sedang berada di rumah sakit yang artinya banyak orang sakit jadi tidak boleh membuat rusuh!" tegas Aruna sembari berjalan dengan barang bawaan yang sangat banyak.
"Iya Mah! rain akan lakukan apa yang mama katakan," jawab Rain menurut.
"Ya sudah kalau begitu ayo kita langsung saja keruangan pasien!" ajak Aruna. Rain mengangguk yang pasti hanya mengikut saja.
Sampai akhirnya Aruna yang sudah sampai di lantai di mana Melvin di rawat dan Aruna yang mengetuk pintu. Ketika mendapat panggilan disuruh masuk. Aruna yang membuka pintu kamar tersebut.
Melvin yang terlihat duduk di atas ranjang melihat ke arah pintu dan melihat Aruna yang bersama Rain. Mata Melvin yang tertuju pada Aruna. Suara bocah laki-laki itu yang mampu membuat dia diam sejenak tadi.
"Kau jangan protes, aku hanya terlambat sebentar saja. Jadi jangan mengatakan kenapa aku lama datang," ucap Aruna yang memang tidak bisa datang tepat waktu.
Jadi sebelum Melvin mengoceh alangkah baiknya dia mengatakan terlebih dahulu. Karena tidak ingin mendengarkan ocehan Melvin.
"Ini makanan yang kau mau!" Aruna meletakkan di atas meja yang mana dia dan Rain sudah memasuki ruangan itu.
"Hay Om kita bertemu kembali!" sapa Rain yang mengingat siapa Melvin.
"Hai Rain," sahut Melvin dengan tersenyum. Dia terlihat senang bertemu dengan Rain.
"Makanlah makanan mu!" Aruna terlihat tidak suka jika Rain dan Melvin saling menyapa. Jadi Aruna yang sengaja mengalihkan sesuatu.
"Mama bukankah Om ini tidak gila. Lalu kenapa Mama mengatakan jika Om ini gila?" tanya Rain yang membuat dahi Melvin mengkerut dan Aruna terlihat gelisah dengan omongan Rain.
"Gila!" sahut Melvin dengan alis terangkat yang memastikan ucapan Rain sekali lagi.
"Rain apa yang kamu bicarakan, kapan mama mengatakan hal itu?" Aruna bertanya kembali dengan tersenyum terpaksa yang berusaha mengelak.
"Tadi waktu di telpon, Om yang tadi menelpon bukan?" tanya Rain memastikan yang membuat Melvin mengangguk.
"Mama tadi kesal saat ditelepon dan mengatakan jika itu orang gila," ucap Rain dengan polosnya dan bahkan sangat begitu lengkap yang membuat mata Melvin langsung melihat ke arah Aruna.
"Jadi aku gila?" tanya Melvin memastikan kepada yang bersangkutan langsung.
"Aku hanya asal bicara saja," jawab Aruna yang tidak bisa mengelak.
"Kau asal bicara jika tidak di depan orangnya, seenaknya mengatakan orang gila!" kesal Melvin.
"Ya maka dari itu jangan mematikan telepon begitu saja dan juga jangan menyuruhku membeli semua ini, kau pikir ini mudah di cari hah!" sahut Aruna yang bicara nada ngegas.
"Kenapa jadi kau yang marah? ini adalah tugasmu dan sudah kewajibanmu untuk menuruti apa yang aku inginkan demi kesembuhanku. Jadi aku yang harus marah padamu karena sudah mengataiku gila sembarang!" tegas Melvin.
"Ya karena memang perbuatanmu sudah melebihi orang gila," sahut Aruna.
Melvin dan Aruna malah adu jotos yang tidak ada yang mau kalah bertengkar di depan Rain membuat Rain melihat bergantian Aruna dan juga Melvin yang membuat jari Rain garuk-garuk kepala.
"Aduh stop!" Rain harus turun tangan untuk memisahkan dua orang yang adu cekcok itu. Barulah Aruna dan Melvin bisa diam.
"Bu guru Rain mengatakan tidak boleh berdebat jika hal itu tidak penting. Mama sama Om sudah besar masa iya bertengkar seperti anak kecil," ucap Rain dengan dewasa yang pasti sangat menggemaskan jika berbicara yang membuat Melvin dan Aruna seperti dinasehati dan mereka juga yang langsung terdiam.
"Jangan bertengkar lagi dan mama tidak boleh mengatakan orang yang masih sehat menjadi gila," sahut Rain.
"Tuh kamu dengar!" sahut Melvin yang pasti begitu sangat bahagia dibela oleh Rain.
"Om juga salah. Mama Rain hanya punya tangan dua dan jangan menyuruh Mama Rain beli ini dan itu," Melvin terdiam saat Rain juga menyalahkan dia dan Rain memang netral yang tidak memihak pada siapa-siapa.
"Dengar itu!" sahut Aruna bergantian.
Melvin tidak mengatakan apa-apa lagi yang menghela nafas dan sama dengan Aruna dan juga tidak memulai pertengkaran lagi.
"Sudah sekarang kamu makan saja makanannya aku sudah capek-capek membelinya dan kamu malah tidak memakannya," ucap Aruna dengan ketus.
"Iya Nona Aruna yang maha baik," sahut Melvin yang berbicara tampak dengan terpaksa yang membuat Aruna kesal.
"Apa sih sih orang!" kesal Aruna.
"Rain sudah makan?" tanya Melvin.
"Mana sempat makan," jawab Rain.
"Kalau begitu Rain makan sama Om ya," ajak Melvin dengan lembut.
"Nggak usah, kami makan di luar saja," sahut Aruna yang malah menolak tawaran Melvin.
"Siapa yang menyuruhmu pergi sekarang dan apa kau tega melihat anakmu tidak makan siang dan harus menunggu makan dan aku juga tidak tahu kapan kau harus boleh pergi," sahut Melvin yang memang sepertinya sengaja ingin menyulitkan Aruna yang membuat Aruna tampak kesal dengan merapatkan gigi yang ingin menerkam Melvin.
"Jadi lebih baik izinkan Rain untuk makan dari pada dia kelaparan," ucap Melvin menyarankan.
"Mama Rain memang lapar," sahut Rain dengan mengusap-usap perutnya secara berkeliling yang memang terlihat lapar dan wajahnya juga yang terlihat lemas.
"Ada ya Ibu hanya karena egois membiarkan anaknya lapar," ucap Melvin dengan suara pelan namun masih terdengar oleh Aruna yang membuat Aruna menatap horor Melvin yang mendapatkan sindiran itu
"Rain ini ayo makan sama Om!" ajak Melvin dengan ramah.
Mata Rain melihat ke arah Aruna yang seolah meminta izin dan Aruna yang memang tidak bisa mengatakan apa-apa menganggukkan kepala. Akhirnya Aruna mengijinkan Rain.
Melvin memakan semua apa yang dibawakan Aruna. Sementara Aruna yang duduk di sofa bersama Rain yang sedang di suapi Aruna. Rain memang terlihat begitu lapar dengan mulutnya yang mengunyah begitu lahap.
"Rain masih mau lagi, ini Om masih banyak makanannya," sahut Melvin.
"Ini sudah cukup Om," jawab Rain dengan mulut yang mengembang.
"Itu makanan dibelikan untukmu dan tanggung jawabmu untuk menghabiskan semua makanan itu, jadi jangan menyuruh orang untuk ikut membantumu menghabiskan makanan itu," sahut Aruna yang merocos.
"Perasaan aku sama sekali tidak bicara padamu," sahut Melvin yang membuat Aruna semakin kesal mendengar kata-kata itu.
"Mama suapi Rain lagi," sahut Rain.
Fokus Aruna kembali melihat sang putra dan Melvin yang juga melanjutkan makannya.
Mata Melvin yang melihat ke arah Rain, entah mengapa dia menatap Rain terus dan tidak tahu apa yang dia pikirkan. Tatapan mata Melvin yang terlihat tampak berbeda membuat mata Aruna yang melihat ke arah Melvin dan mendapati pandangan mata Melvin yang fokus ke arah Rain.
"Apa yang kau lihat!" tegur Aruna membuat Melvin tersentak kaget.
"Tidak ada," jawab Melvin yang mengalihkan tatapan mata itu.
Aruna yang kembali melihat putranya dan memberi putranya untuk makan.
Bersambung