Reina Amelia merupakan pembunuh bayaran terkenal dan ditakuti, dengan kode name Levy five. Sebut nama itu dan semua orang akan bergidik ngeri , tapi mati karena menerima pengkhianatan dan gagal misi.
Namun, Alih-alih beristirahat dengan tenang di alam baka, jiwa Reina malah masuk ke tubuh seorang siswi bernama Luna Wijaya yang merupakan siswi sangat lemah, bodoh, jelek, dan menjadi korban bullying di sekolah.
Luna Wijaya, yang kini dihuni oleh jiwa pembunuh bayaran, harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kehidupan sekolah yang keras hingga mencari cara untuk membalas dendam kepada keluarga dragon!
“Persiapkan diri kalian … pembalasan dendamku akan dimulai!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
HARI bergeser menjadi malam hari, langit hitam terbentang dengan sangat luas dan bintang-bintang bercahaya di langit-langit.
Suasana sunyi menenangkan suasana, angin sepoi-sepoi berhembus, memainkan rambut. Suara jangkrik dan hewan-hewan saling bersisih, menciptakan bunyi yang merdu.
Dibalik semak - semak mereka bersembunyi, Pakain telah berubah menjadi semi hitam dengan hodie. Hingga susah dikenali.
"Jadi ini markas keluarga Elang, levy two?" tanya Luna seraya melihat vila di depan mata.
Hans menganggukkan kepala, ia sudah sering masuk ke ruangan ini secara ia selalu menyamar dan menjadi mata-mata. Hanya saja lokasi markas kerap pindah- pindah, jadi lokasi yang ini terbilang sangat baru. Kurang lebih Hans tidak terlalu bisa diandalkan bila disuruh masuk ke ruangan.
"Ya tidak diragukan lagi ini merupakan tempat yang ada."
Mendengar perkataan itu Luna, Ryan, dan Thomas menaikan kewaspadaan, dia berada di tempat musuh, sebagai seorang profesional dia tidak akan menunjukkan kelemahan meski di depan anak buahnya.
Luna menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara, suaranya rendah namun penuh dengan otoritas yang tak terbantahkan. "ingat," ucapnya dengan nada tegas, "Keluarga Elang tidak akan memaafkan kita jika mereka tahu kita ada di sana. Ini bukan sekadar tentang mengambil kembali Vongola Book—ini tentang bertahan hidup."
Ryan menatap Luna dengan sorot mata penuh determinasi. "Kita tidak boleh meninggalkan jejak apa pun," katanya, suaranya sama beratnya dengan atmosfer di ruangan itu.
"Benar," jawab Luna, kali ini dengan tatapan yang menyapu seluruh ruangan. Cahaya remang-remang dari lampu gantung di atas mereka memantulkan bayangan di wajahnya yang tegas. "Kita harus bergerak cepat dan tepat. Satu kesalahan saja, dan kita semua akan berada di daftar target mereka. Ini bukan hanya soal keterampilan bertarung atau kemampuan menyusup. Ini adalah ujian tentang keberanian, kecerdasan, dan kesiapan kita menghadapi konsekuensi terburuk."
Levy One dan Levy Two saling bertukar pandang. Mereka berdua tahu bahwa misi ini lebih dari sekadar tugas rutin. Ini adalah misi yang akan menguji batas ketahanan mereka, baik secara fisik maupun mental. Malam ini, mereka akan memasuki sarang musuh yang terkenal kejam, dan tidak ada ruang untuk kesalahan.
Luna lalu menatap Hans. “ "Bagaimana dengan jalur masuk dan keluar? Apa kita sudah punya rencana cadangan?"
Hans yang sedikit mengetahui denah dari kediaman keluarga Elang menjawab. “Sudah ku perhitungkan semua jalur keluar. Jika situasi memburuk, kita akan menggunakan terowongan rahasia yang terletak di bagian timur gedung utama. Tapi itu hanya jika keadaan benar-benar mendesak. Prioritas kita adalah masuk dan keluar tanpa diketahui. Fokus pada misi, dan jangan biarkan apapun mengalihkan perhatian kalian."
Ketegangan di udara semakin terasa.
Ryan, berdiri terlebih dahulu karena melihat sesuatu yang mengejutkan.
Tadi sebelumnya mansion itu terkunci dengan sangat rapat dan ditunggu oleh dua orang penjaga, tapi kini dua penjaga itu menghilang dan masuk ke dalam mansion.
"Ini saatnya, untuk menerobos."Thomas berdiri dari posisi duduk,
“Semuanya bersiaplah… Mari laksanakan misi.”
*
Langkah kaki mereka sangatlah perlahan dan perlahan, hampir tidak menimbulkan suara. Di dalam markas terlihat banyak orang sedang mabok-mabok dan berpesta dengan makanan yang banyak. Mereka para preman yang memiliki tato bergambar Elang.
Kelompok Luna berhenti melangkah, bersembunyi di balik dinding dan kegelapan. Mendengar perkataan mereka.
“Bersulang untuk ulang tahun Baskara.”
“Bersulang.”
“Uhui. Pesta yang sangat meriah.”
“Omong-omong dimana Baskara sekarang?”
“Hahaha. Dia sedang tidur dengan wanita, baru saja dia bayar. Pasti sedang enak-enakan.”
Baskara tak lain dan tak bukan adalah bos dari keluarga Elang. Kemampuanya dalam bertarung berada di tingkat yang patut diwaspai, dalam masa lalu. Luna saat masih menjadi Reina pernah melawannya. Dan harus diakui ia bukan sembarang musuh.
“Apa yang akan kita lakukan sekarang, Luna?” tanya Thomas berdiri di samping.
“Jika terus seperti ini kita akan ketahuan. Semuanya mari berpencar, para keluarga Elang masih sibuk dengan pesta. Mari dengan diam-diam mencari buku Vongola.”
Mereka semua mengangguk.
“Levy one kamu sebelah barat, levy two kamu timur, Ryan kamu seletan,dan aku akan pergi ke utara. Jika menemukan sesuatu mari saling berkomunikasi.”
“Siap dimengerti.”
Dengan gerakan cepat seperti bayangan, mereka semua berpencar sesuai posisi. Meninggalkan Luna sendiri di sana. “Baiklah aku pun harus segera pergi.”
*
Sisa-sisa interior yang usang dan berantakan menerpa mansion tua itu. Furnitur yang rusak, dinding yang retak, benda-benda yang berserakan dan penuh debu memberi kesan bahwa Vila tersebut tidak terawat dengan baik. Meskipun pencahayaan lampu masih menyala, namun kondisi dalamnya sangat parah
Saat Luna sedang berjalan dengan penuh hati-hati, bersembunyi di balik tembok dan di balik bayang-bayangan. Dia tanpa sengaja menatap dua orang yang terlihat seperti penjaga sebuah kamar. Mereka berdua seperti baru saja keluar dari suatu kamar.
Luna dengan cepat bersembunyi. Dia berlindung di balik dinding dan melihat mereka sedikit-demi sedikit.
"Hah, Dengan begini kita akan berkuasa. Kita mendapatkan buku Vongola dan Tuan Baskara pasti akan memanfaatkan buku itu"
"Tapi bukankah itu ilegal, tugas kita hanya menjaga untuk sementara. Jika keluarga Elang tahu kita akan mati.”
"Siapa takut! Jika buku penuh pengetahuan itu ada di tangan kita, kuyakin Tuan Baskara bisa mengalahkan semuanya dengan sangat mudah."
Luna mengepalkan tangan dengan lebih erat dia marah akan ucapan para dua penjaga tersebut. Rasanya ingin memukul habis mereka, namun sekarang dia ada di zona kawasan musuh. Tindakan gegabah akan membawa kehancuran.
Dua penjaga tersebut berjalan menuju ke tempat Luna yang sedang bersembunyi. Mereka tentu tidak tahu ada sosok penyelinap di Vila ini. Mereka hanya ingin lewat tanpa menyadari bahaya yang menanti.
Ketika mereka sedang ingin berbelok, Ke dua penjaga itu terkejut dengan penampakan Luna yang berada di balik tembok. Gadis itu dengan cepat melumpuhkan satu penjaga Dia memukulnya dengan cukup keras sehingga membuat orang itu pingsan.
“serangan musuh! Sialan!”
Penjaga satunya terlihat tidak terima, dia bergegas menyerang Luna dengan senjata tajam. Tapi, dengan mudah serangan tersebut di hindari, ia memegang lengan penjaga tersebut dan menjatuhkan tubuhnya di lantai. Dengan tangan ditahan, Lantas dia mengambil pisau yang jatuh di tanah lalu meletakkan di leher penjaga.
Penjaga itu merasakan hawa dingin yang mencengkam di lehernya, dia mengeluarkan ekspresi ketakutan dan ingin mengompol.
"A-apa yang kamu ingin laku
ka-- Arhg! sakit!" dia berteriak karena Luna telah menusuk tangan sang penjaga itu dengan sebilah pisau.
"Jangan bergerak dan berteriak, cukup pelankan suaramu, kamu pahamkan?"
Penjaga itu menganggukan kepala
"Kalian berbicara tentang topik yang menarik. Buku Vongola kenapa, bisa beri tahu lokasi buku itu berada?”
“Tak akan kukatakan, aku masih menjunjung—Arhhh!” ia berteriak lagi kala mendapatkan tusukan dari Luna. “aku tak main-main. Seorang pembunuh main-main dengan perkataan mereka, sekarang katakan di mana lokasi buku itu berada! atau kubunuh kau.”
Penjaga berkata dengan lirih dan menunjukkan salah satu kamar kosong yang berisi dokumen transaksi.
"Terima kasih," ucap Luna. Lalu dia memukul pria itu agar pingsan, dia takut jika penjaga itu kabur dan berteriak.
Luna berjalan mendekati salah satu kamar lalu memerentang, untuk membuka pintu. Pintu tersebut berhasil terbuka, menampilkan ruangan gelap dengan lilin sebagai pencahayaan. Luna bejalan dengan perlahan berusaha sebisa mungkin untuk tidak menghasilkan suara apapun. Ketika dia berjalan beberapa langkah terlihat tangga yang menuju ke arah bawah.
Tanpa adanya keraguan sedikitpun. Dia melangkah menuruni tangga tersebut. Sesuai dugaannya.
Ruangan itu memang gelap, tapi sebuah entalase dengan kunci terpampang. Buku Vongola berada di sana.
“Ini semua menjadi sangat mudah,” ucap luna menginjakan kaki lebih dekat.
Namun tiba-tiba saja
Bip
Bip
Bunyi klakson tanda bahaya bergema. Nyaring bunyinya.
“Sialan, ternyata Ruangan ini memiliki alarm rahasia.”
“PERINGATAN! PENYUSUP DITEMUKAN! PERINGATAN PENYUSUP DITEMUKAN! PERINGATAN PENYUSUP DITEMUKAN!”
Mendengar suara alarm dari bel. Semua anggota Elang berhenti pesta, mereka menjadi serius dan berisap. Sadar akan kedatangan musuh, mereka berbondong-bodong memperiapkan senjata.
Disisi lain Ryan, Thomas, dan Hans berkata. “sialan kita ketahuan.”
Luna langsung bergegas saja, memecahkan entalase itu untuk mencuri buku Vongola. Semua sudah terlambat, ia tak punya banyak waktu. Segera juga ia harus kabur. Ia dalam kondisi buruk, ratusan tukang pukul dari keluarga Elang siap memberantas musuh yang ada.
*
Di sebuah kamar. Seorang pria sedang bersetubuh dengan wanita, mereka baru saja selesai melakukannya ketika mendengar suara bel itu.
“Ada penyusup.” Suara lelaki itu terdengar marah, segera saja dia berdiri dan memakai seragamnya.
Membiarkan sang wanita yang baru saja dia nikmati tidur Terkulai lemah.
“Ada tikus ternyata… siapapun itu akan kubur dan kubunuh. Tak akan kubiarkan buku Vongola dicuri!”