PROLOG
Dimalam yang sunyi aku menangis seorang diri, meratapi hidup kenapa harus seperti ini. Bukannya Aku tidak bersyukur ya Allah tapi kenapa ujianmu kali ini begitu berat.
Jika memang ujianmu kali ini untuk mengangkat derajatku dimata-Mu ataupun dimata manusia lainnya aku ikhlas. Walau sakit ini seperti sembilu.
Hai, Namaku Sarena Anastasya. Aku adalah istri dari seorang pengusaha kaya yang bernama Willy Atmadja anak dari papa Atmadja mertuaku. Awalnya hidup kami begitu bahagia, kami menjalani hidup seperti pasangan lainnya. Tapi, semenjak kedatangan seorang wanita bernama Eksa semuanya perlahan berubah.
Yah, dia adalah mantan kekasih suamiku dulu. Dia kembali karena ingin merebut suamiku, Lucu sekali memang dia yang meninggalkan suamiku dengan alasan yang tidak masuk akal.
Bagaimana tidak dia meninggalkan suamiku dulu dengan alasan tidak bahagia dan ingin mencari kebahagiaan lain. Sekarang, waktu suamiku sudah bahagia denganku dia datang ingin merebut semua bahagiaku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reina Naura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
" Eemh sebentar lagi Mah, 5 menit lagi " Ucap Kayla dengan suara serak.
" Tidak ada 5 menit sayang. Sekarang bangun terus mandi. Mamah tunggu dibawah untuk sarapan " Ucapku sambil menarik selimut Kayla. Kemudian aku membuka tirai jendela agar cahaya bisa masuk ke dalam kamar.
" Huft Iya deh " Ucap Kayla lesu dan bergegas ke kamar mandi.
Aku hanya geleng-geleng kepala saat melihat dia berjalan dengan mata terpejam.
" Buka matamu Kayla nanti kamu menabrak tembok " Ucapku memperingatkan.
Dan benar saja saat aku akan menutup pintu dia mengaduh karena menabrak tembok. Aku tertawa melihat kelakuannya, Dia melihat ke arahku dan nyengir memperlihatkan barisan giginya yang rapih.
" Ya kan apa Mamah bilang. " Ucapku padanya
" Piss Mah Hehe " Ucapnya langsung masuk ke kamar mandi. Astaga ada-ada saja anak itu.
Aku berlalu menuju itu kamar. Dan, aku lihat Mas Willy masih tidur, Setelah sholat subuh tadi dia memilih untuk tidur lagi. Masih ngantuk katanya, Aku bangunkan dia untuk segera bersiap.
" Mas bangun, ini sudah jam 06:30. Ayok nanti kamu telat ke kantor " Ucapku padanya
" Jam berapa tadi sayang? " Tanyanya
" Jam 06:30 Mas astaga " Ucapku
" Hah? Waduh aku bisa telat nanti sayang Ya Allah " Ucapnya panik
" Hadeh kelakuannya sama saja seperti putri bungsunya " Ucapku sambil menatapnya yang tergesa-gesa menuju kamar mandi
Mas Willy keluar dari kamar mandi, Dia segera memakai pakaian yang telah aku siapkan. Setelahnya aku memasangkan dasinya.
" Sayang, Jangan cerita kepada Ayah dan Ibu yah. Aku tidak mau mereka marah dan menyuruhmu untuk tinggal di desa saja. Nanti aku sama siapa?" Ucap Mas Willy
" Ya sama temanmu itu dong. Terus sama siapa lagi? " Sindirku padanya
" Astaga yang. Kita kan sudah bahas ini tadi malam ." Ucapnya memelas
" Membahas jika kamu perduli dan kasihan padanya kan? Ingat ya Mas aku hanya memberimu kesempatan sekali ini saja. Jika aku tau, kamu dan dia masih berkomunikasi bahkan bertemu di luar sana. Maka aku akan pergi membawa serta anak-anakku nanti. Kamu berhak bertemu dengan mereka karena kamu adalah Papahnya. Tapi, kamu bukan lagi menjadi suamiku " Ucapku dengan memandang tajam ke arahnya.
" Iya Sayang, Aku janji tidak akan mengecewakanmu. Cukup sekali ini saja aku membuatmu kecewa ."
" Berjanji itu memang mudah Mas. Tapi, susah untuk menepati. Apalagi yang aku lihat kamu belum selesai dengan masalalumu. Sepertinya memang benar dia adalah mantanmu. Tapi, harusnya kamu sadar aku yang mengobati luka hatimu karena di tinggalkan olehnya. Aku juga yang membersamaimu saat kamu sedang merintis karir dan ekonomi kita benar-benar berada di titik paling bawah. Aku yang selalu menyemangatimu, Aku yang tidak pernah mengeluh dengan apapun keadaanmu. Bahkan aku yang meyakinkan kedua orang tuaku untuk menerimamu menjadi menantu. Seharusnya kamu berpikir ribuan kali jika ingin membagi hati dengan wanita lain. Tidak akan pernah kamu menemukan sosok diriku dalam diri wanita manapun. Ingat itu Mas " Ucapku setelah selesai memasangkan dasi untuknya.
Dia hanya diam mematung dengan ucapanku yang pelan tapi penuh penekanan. Mungkin otak kerdilnya itu mulai bisa di ajak berpikir setelah mendengar kata-kata yang aku lontarkan barusan.
" Ayok kita sarapan " Ucapku datar
Aku segera keluar kamar dan menuju meja makan. Ternyata kedua putriku belum juga turun ke bawah, Segera aku meminta tolong kepada Bibik untuk memanggil mereka agar segera sarapan.
